Namaku Nadira Aulia Rahmi, aku berusia 21 tahun. Aku hidup bersama Ayah, Ibu, dan satu orang adik laki-laki. Aku seorang Mahasiswi di Universitas Indonesia semester 6 jurusan Fakultas MIPA, lebih tepatnya mengambil Sarjana Matematika UI. Hobiku adalah menulis, membaca novel atau buku-buku bersejarah, dan berniaga. Apapun aku jual, yang penting halal dan bisa menutupi kehidupanku sehari-hari. Maklum, aku tidak ingin merepotkan Ayah dan Ibu. Meskipun mereka selalu tidak keberatan jika aku meminta uang lebih untuk keperluan kuliah.
Mentari mulai menyelinap masuk ke dalam kamar. Pertanda aku harus bergegas melangkahkan kaki pergi ke kampus.
Ku kalungkan handuk dileher dan segera masuk ke dalam kamar mandi. "Fiuuuh...udah Senin lagi aja."gumamku sambil sedikit menggelengkan kepala.
"Mbak...mandinya jangan lama-lama, Ibu mau buang air besar!"tiba-tiba terdengar teriakan Ibu dengan keras dari luar kamar mandi.
"I...iya..Bu. Dira habis ini selesai kok!"sahutku keras yang sudah mengetahui bahwa Ibu ingin buang air besar.
Tak tega mendengar Ibu yang tidak tahan menahan perutnya yang sakit. Buru-buru aku membersihkan badanku. Setelah itu aku mengeringkan badan dan langsung mengganti pakaian dengan cepat. Lalu aku keluar dari kamar mandi.
"Udah, Bu."ujarku pada Ibu sambil melihatnya yang sedang berdiri di depan pintu kamar mandi merintih menahan perutnya yang sakit.
"Duh...Ibu udah gak tahan nih. Minggir..minggir.."desahnya sambil masuk ke dalam kamar mandi.
Sehabis mandi dan mengganti pakaian, aku menuju meja makan. Ibu telah menyiapkan menu masakan untuk pagi ini. Diatas meja makan sudah tersedia nasi goreng beserta sayurannya dan satu gelas susu putih untukku.
Aku bersyukur memiliki Ibu yang sangat pengertian. Membantuku mempersiapkan disetiap pagiku dan terkadang Ibu selalu membawakan bekal makanan untukku. "Alhamdulillaah..segala puji bagi Allah.."ujarku sambil tersenyum tipis memandangi meja makan.
"Mbak? Udah makan?"tanya Ibu dari arah pintu kamar mandi.
"Belum, ini mau makan Bu.."
"Makanlah cepet, nanti telat loh!"seru Ibu agak keras.
"Iya Bu...Tenang aja sih, Dira paham kok telat apa enggaknya."sahutku sambil cengengesan didepan Ibu yang mulai duduk di meja makan.
"Kamu nih, gaya banget. Giliran telat aja..."
"Apa? Kenapa?"
"Iya, ngadu ke Ibu. Bu...masa Dira telat. Padahal Dira udah begini..begitu..begono..Hm. Ya kan?"balas Ibu memeletkan lidahnya, berusaha untuk meledekku balik.
Aku hanya balas tersenyum sambil melahap suapan demi suapan nasi goreng ke dalam mulutku.
"Selesaaaaaiii..."ujarku sambil tertawa menatap wajah Ibu.
"Kok cepet sih, Mbak?"tanyanya keheranan sambil sedikit mengerutkan dahi.
"Iya, aku buru-buru takut telat. Aku minum susu dulu ya, Bu."menenggak habis segelas susu putih yang Ibu siapkan sejak tadi di atas meja makan.
"Oh gitu. Yaudah buruan gih, nak."
"Udah, Bu. Dira berangkat yaa."meraih tangan kanan Ibu untuk salim sekaligus pamit padanya sebelum berangkat ke kampus.
"Hati-hati kamu."
"Iya..iya..Dah ya, Bu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Aku selalu mengandalkan commuterline untuk pergi ke kampus. Selain memudahkan, harganya juga terjangkau bagi Mahasiswi sepertiku. Hihi.
Gerak kakiku mulai memasuki commuterline jurusan Jakarta Kota yang melewati Jatinegara, Manggarai, dan terakhir berhenti di stasiun Jakarta Kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali untuk Pergi...
Teen FictionKetika Nadira jatuh cinta yang pertama kali dalam hidupnya. Membuat begitu banyak cinta yang datang mendekat. Namun sayangnya, dia hanya tertarik pada seorang pria yang tak sengaja Allah pertemukan dalam suatu tempat. Cintanya semakin rumit. Membua...