-Enam Belas

27 11 3
                                    

Hari ini merupakan hari ulang tahun nenek. Kami sekeluarga berangkat ke Jakarta untuk mengadakan syukuran bersama para keluarga besar. Piring-piring makanan digelar dimeja makan, dengan tumpeng berukuran besar menjadi menu utama. Biasanya yang membuat tumpeng adalah bibiku. Sedangkan di halaman belakang, para cucu-cucu nenek sedang berkumpul bersama.

Selama disana, aku mengobrol banyak dengan kak Riana. Anak dari pakdeku di Cengkareng. Kak Riana bercerita tentang dirinya yang gemar menuliskan puisi, dan membuat obrolan makin melebar kemana-mana. Hal itu membuat aku teringat dengan hobi menulis yang sudah lama ku tinggalkan.

Sayangnya, kak Riana di panggil oleh nenek. Sehingga aku kini duduk sendirian sambil memperhatikan Kevin yang tengah sibuk membakar ayam bersama mas Adit.

"Sendirian aja Ra?"sapa mas Adit lembut.

"Iya nih. Tadi kak Riana dipanggil nenek."

"Pantesan ya kalian cuma berdua. Cucu-cucu nenek yang lain masih pada SD-SMP, jadi gak ada temen ngobrol yang seimbang."

"Hehe. Iyaa mas. Apa kabar mas?"

"Baik Alhamdulillah. Denger-denger habis wisuda 30 juz ya? Maa Syaa Allah. Kapan nih nikah?"

"Kenapa ujungnya nikah?"tanyaku sambil tertawa.

"Kan kuliah di UI, udah masuk Universitas ternama di Indonesia. Di tambah udah jadi hafidzah. Kalo mas bukan saudara kamu, mas juga mau."dia tertawa begitu geli.

"Apaan sih kamu mas. Gombal aja deh."

"Ih serius. Kapan nih mas diundang ke pernikahan kamu?"dia menyipitkan sebelah matanya.

"Gak tau, jodohnya belum kelihatan."ujarku sambil tertawa.

"Hehe. Yowislah tak do'akan biar cepet di jemput sama jodoh."

"Aamiin..aamiin.."

Aku pergi ke ruangan tamu di rumah nenek. Disana acara makan bersama sudah dimulai. Walaupun tahun ini lagi-lagi Ayah tidak hadir ditengah-tengah kami, tapi suasana kekeluargaan tetap terasa melekat dihati.

Setelah selesai, ruang tamu sudah tak seramai sebelumnya. Beberapa sanak saudara sudah pulang, termasuk kak Riana. Yang tersisa kini hanyalah keluarga kami, termasuk bibiku yang juga tinggal bersama nenek sejak lima tahun yang lalu.

"Nek, kita pulang ya?"ujarku pada nenek sambil memegang tangannya.

"Kok pulang? Kalian nginap aja disini. Besok mas Adit kesini, katanya mau bantu kamu nyusun skripsi."

"Hmm..gimana Bu?"aku melirik ke arah Ibu.

"Terserah mbak Dira. Ibu ikut aja."

"Besok libur kan kuliah? Kan hari minggu."sambar nenek.

"Iya nek. Yaudah kita nginap malam ini."

"Nahh..gitu dong. Ngomong-ngomong Kevin udah Ujian kan? Gimana dek hasilmu?"

"Belum tau nek. Pengumumannya dua bulan lagi."jawab Kevin dari arah depan TV di ruang tamu.

"Oh iya yah. Mau kuliah dimana nanti?"

"In syaa Allah di Bandung. Mau ikut Ayah."

"Emm..semangat terus lah nih cucu-cucu nenek. Kevin harus nyusul mbak Dira. Hebat! Udah jadi hafidzah sekarang, tuh liat aja diem-diem aja tuh gak mau cerita sama nenek."ujarnya sambil tertawa dan menoleh ke arahku.

Aku balas tersenyum malu."Iya pastinya dong nek. Aku nyusul nanti, sekarang sedang di usahakan. Otw 30 juz nek."sahut Kevin.

"Aamiin sayang. Yasudah yuk kita makan malam dulu, Bi Leli udah siapin makan tuh di meja makan."

"Masih kenyang tau nek."

"Yeeeh. Biar mbak Dira makin gemuk, emangnya mau kurus terus begini? Hayuk."semuanya tertawa. Nenek menggandengku untuk ikut dengannya ke meja makan. Dan diikuti di belakangnya oleh Kevin, Ibu, dan anaknya Bi Leli yang masih kecil.

****

"Bu, aku dan anak-anak pulang ya."ujar Ibu sambil salim pada nenek. Aku dan Kevin mengikutinya.

"Pulang ya nek. Makasih mas Adit udah bantuin Dira nyusun skripsi."

"Sama-sama Ra. Semoga sukses sidangnya."tak terasa aku sudah memasuki akhir semester 8. Sidang sebelum kelulusanku sudah semakin dekat. Waktu berjalan begitu cepat.

"Aamiin."

"Yasudah yuk. Pamit ya semuanya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Ibu duduk di depan bersama Kevin yang mengendarai mobil. Aku di belakang duduk sendiri, sambil mengunyah cemilan yang di bawakan oleh nenek.

Tiba-tiba handphoneku berdering. Telpon masuk dari Aprilia. Aku langsung mengangkatnya.

"Halo, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Dira, kamu ada di rumah?"

"Aku sedang diperjalanan pulang Pril. Ada apa?"

"Dosen pembimbingku kacau nih. Aku baru nyelesain 20% nyusun skripsi. Semua salah, gak ada yang bener. Padahal aku udah seteliti mungkin. Dan besok aku harus temui dosenku jam 7 pagi."

"Waduh. Kamu terlalu mendadak. Mungkin aku sampai rumah malam karena Jakarta macet banget. Coba kamu cari-cari lagi dimana yang menurut dosenmu itu salah."

"Udah Ra, aku udah cari semuanya. Tapi emang dasarnya aja beliau mau nyalahin aku. Biar lama kali aku lulusnya."ujarnya dengan nada kesal.

"Husss. Istigfar Pril. Semua bisa di lakukan dengan mudah kok. Asalkan kamu selalu berdo'a kepada Allah. Sebelum bertemu dosen pembimbing bacalah basmalah dan istigfar sebanyak-banyaknya. Bisa jadi dosen itu jadi seperti yang kamu katakan karena dosa-dosa kita juga. Yakin deh."

"Hmm..gitu yah Ra? Trus aku harus coba lagi? Gitu?"

"Iya dong. Semangat! Jangan putus asa. Tinggal selangkah lagi nih."

"Iya Ra bener yang kamu bilang. Kalo kamu udah berapa persen kira-kira?"

"Hemmm..sekitar 45% sudah di acc dosen pembimbing. In syaa Allah hari Senin besok aku mau menyerahkan 20% pengerjaan yang udah aku kerjakan."

"Keren banget sih kamu Ra. Udah pergi-pergian masih aja bisa ngerjain."

"Yang penting mah fokus Pril. Harus tetep fokus dong."

"Terimakasih Ra. Aku mau lanjutkan lagi. In syaa Allah aku akan terapkan yang kamu katakan."

"Alhamdulillah. Silahkan Pril. Semangat ya kamu! Sampai ketemu besok!"

"Dah Ra! Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Ibu menoleh ke arahku dan mengerutkan keningnya."Siapa mbak?"tanyanya.

"Aprilia, Bu. Teman sekelas di kampus."

"Belum pernah main kerumah ya mbak?"

"Belum."

"Namanya sama kayak nama temen sekelasku."sambar Kevin.

"Banyak tau Vin yang namanya Aprilia."

"Tapi dia cantik banget. Putih, bersih, gitu."

"Bu, liat deh Bu anaknya."ledekku.

"Dihh aku kan jujur. Memang dia cantik, putih, bersih kok. Tapi aku gak suka sama dia. Biasa aja."

"CIE ELAH. Masa sih?"aku mencolek bahunya.

"Serius deh. Aku gak suka."

"Iyah, aku udah tau. Kamu sukanya sama Ayu kan? Hahaha."suara tertawaku semakin keras di ikuti oleh Kevin dan Ibu yang ikut tertawa.

"Apaan sih. Masih kecil gak boleh suka-sukaan. Bukan begitu Bu?"

"Boleh aja, asal jangan melanggar syari'atNya."

"Huuuu. Malu tuh maluuu."Kevin terlihat malu-malu sambil senyum-senyum kecil.

Kembali untuk Pergi...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang