"Dek, ini buat kamu!""Apa ini mas?"
"Susu jahe buatanku. Enak deh, yuk dicobain."
"Harusnya aku yang buatin buat mas. Kok malah mas yang buatin aku."
"Ya gapapa dong. Emangnya seorang suami gak boleh memperlakukan istrinya seperti sang istri memperlakukan dengan baik suaminya? Istri itu bukan pembantu sayang. Dia juga punya hati. Jadi....gapapa dong."mas Khurnia selalu menampakkan wajah yang sejuk dipandang setiap bicara denganku. Ditambah lagi perkataannya sungguh merenyuhkan hati. "Aku bangga sama kamu mas."batinku.
"Gimana rasanya?"
"Rasanya...."tiba-tiba pembicaraan kami terputus karena ada yang mengetuk pintu rumah kami. Mas Khurnia bergegas membuka pintu dan aku mengikutinya dari belakang.
"PLAKKKKK!!!"suara tamparan keras terdengar jelas. Tiba-tiba kak Rian datang ke rumah kami dan saat itu juga dia langsung menampar keras mas Khurnia yang tidak tahu apa-apa. Dan di belakang kak Rian berdiri ada Reina yang ikut bersamanya.
"Ada apa ini?"jawab mas Khurnia, tegas. Dia terkejut sekaligus bingung saat kak Rian memberikan tamparan keras yang membuat pipinya memerah.
"Anda adalah laki-laki yang gak tau diri! Seenaknya aja mengambil hak milik orang lain!"suaranya yang keras membuat tetangga sekitar rumahku beberapa orang diantaranya keluar rumah.
"Apa maksudnya ini? Bukannya kamu yang pernah datang ke rumah Nadira waktu itu?"tanyanya dengan suara yang lantang. Aku memegang erat lengan mas Khurnia. Karena takut mereka berdua berkelahi.
"Kamu sudah merebut Nadira dari saya! Saya yang mencintainya lebih dulu dibanding anda! Apa anda tidak punya otak? Iya????"suaranya semakin meninggi dan tangan kanannya mengepal seperti ingin memukul kembali mas Khurnia.
"Merebut? Atas dasar apa saya merebut Nadira dari kamu? Saya sudah menikahinya lebih dulu. Kamu ini tidak punya tatakrama."
"HEHHH!!! Sini maju!"dia coba menantang mas Khurnia namun mas Khurnia coba meredam emosinya.
"Kamu lebih baik pergi darisini sebelum diusir oleh semua orang disini. Gak ada gunanya kamu disini. Nadira sudah jadi istri saya. Kamu bisa apa?"
"Nadira!!! Demi apapun kamu gak akan pernah bahagia hidup dengan laki-laki brengsek ini! Kamu tau? Dia akan menyakiti kamu sepanjang hidupmu. Tentara ini akan memperbudak kamu sama seperti pekerjaannya!!"matanya menjurus ke arahku. Sontak aku merasa terpancing dan harus ikut membuka suara. Karena dia sudah membawa pekerjaan mas Khurnia yang sekaligus menjadi pekerjaan Ayahku selama bertahun-tahun. Sungguh merasa amat terhina akan ucapannya.
"Udah cukup!!! Aku tau siapa kamu sekarang kak. Ternyata Allah itu benar. Allah akan memberikan yang sebaik-baiknya atas pilihanNya. Kamu terlalu AROGAN! Aku benci sama kamu!!"ujarku dengan keras yang membuat semua pasang mata tertuju ke arahku.
"Nadira? Aku datang ingin membelamu. Kenapa kamu malah gak percaya sama aku?"
"Kamu benar-benar arogan! Sekarang aku tau sifat asli kamu yang sebenarnya kak. Ternyata ilmu agama kamu tidak berpengaruh sedikitpun bagi kepribadianmu!!!"aku menelan ludah."Udahlah..jangan pernah ganggu hidup aku lagi. Aku udah bahagia dengan pilihanku. Lebih baik kamu pergi dari sini."
"Ra....gak gitu Ra. Ini gak seperti apa yang kamu pikirkan."
"Sudah..sudah..Nadira sudah menyuruh kamu pergi kan? Silahkan pergi. Nadira juga gak memilih kamu sama sekali. Tolong jangan dipaksa."ujar mas Khurnia sambil mengarahkan tangannya ke arah pintu gerbang.
"Ra..aku menyesal. Aku minta maaf."dia mencoba mendekat ke arahku berdiri tapi dihalangi oleh tangan mas Khurnia.
"Pergi dari sini. Cepet!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali untuk Pergi...
Teen FictionKetika Nadira jatuh cinta yang pertama kali dalam hidupnya. Membuat begitu banyak cinta yang datang mendekat. Namun sayangnya, dia hanya tertarik pada seorang pria yang tak sengaja Allah pertemukan dalam suatu tempat. Cintanya semakin rumit. Membua...