Mungkin hari ini merupakan bagian dari hari bersejarah bagi seluruh mahasiswa jurusan Matematika. Beberapa dari kami merasa lega dan bahagia ketika pengumuman nilai IPK untuk semester 6 telah di keluarkan oleh pihak kampus."Assalamu'alaikum Warahmatullah. Hari ini Ibu akan membagikan sekaligus mengumumkan nilai IPK tertinggi untuk semester 6."
"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh."kami semua menjawab salam yang di ucapkan oleh Bu Retno.
Seketika suasana menjadi sunyi. Semua orang bersiap untuk mendengarkan pengumuman dari Bu Retno selaku Dosen Pembimbing di kelas kami.
"Peraih nilai IPK tertinggi untuk semester ini, diraih kembali oleh anak perempuan."
Reina merangkul bahuku dan kami semua sangat deg-degan mendengarkan pengumuman ini. Tatapan kami tertuju pada bibir Bu Retno yang sedang memegang secarik kertas ditangannya.
"Baiklah, untuk semester ini diraih oleh Aprilia Wijayanti yang nilainya hanya selisih 0,9 dengan nilai Nadira Aulia Rahmi. Maka untuk semester ini dipimpin oleh Aprilia. Silahkan maju Aprilia dan Nadira."
"Yaaaah Dira. Kamu gak jadi yang pertama lagi donggg."ujar Reina dengan tatapan murung ke arahku.
"Gapapa Rein. Aku bahagia kok kalo Aprilia yang memimpin semester ini. Tandanya dia sudah berubah untuk lebih fokus pada pelajaran. Aku maju dulu ya."
"Hm..yaudah sana Ra."
Aku bangkit dari tempatku duduk bersamaan dengan Aprilia yang berjalan disampingku.
Setelah kami berdua berdiri didepan, Bu Retno memberikan kertas hasil IPK dan mengajak kami bersalaman.
"Semester kali ini, untuk yang pertama kalinya Aprilia menjadi yang utama. Tingkatkan prestasimu ya nak. Dan untuk Nadira, tetap jangan mau kalah. Persaingan semakin ketat. Tapi ingat jangan curang yah!"
Semua orang di kelas tertawa mendengar perkataan Bu Retno dengan logat khas Medan yang menempel dalam dirinya.
"Iya, Bu. Terimakasih."ujarku pada Bu Retno yang menatapku penuh senyuman.
Tiba-tiba Aprilia menoleh ke arahku dan tak lama, dia memelukku didepan teman-teman."Nadira, kamu sangat berjasa bagi hidup aku."dia menangis tersedu-sedu di hadapan puluhan pasang mata, termasuk Bu Retno. Suasana menjadi haru.
"Semua karena Allah Aprilia. Bukan karena Dira."aku mengusap lembut bahunya seraya menenangkannya.
"Mengapa Aprilia menangis?"tanya Bu Retno keheranan.
Aprilia melepaskan pelukannya lalu menjelaskan pada Bu Retno dan teman-teman."Dulu saya tidak pernah serius dalam belajar. Saya juga tidak pernah kepikiran untuk rajin membuka buku. Yang ada dalam benak saya hanyalah bersenang-senang dan setiap hari saya habiskan untuk nongkrong, jalan sama pacar. Hm..seperti itu Bu."diam sejenak lalu melanjutkannya lagi."Tapi Allah Maha Baik, membuat saya mendengarkan nasihat Dira saat saya merasa kecewa dengan semuanya. Allah membuat Dira perlahan membimbing saya dalam langkah hijrah. Karena itu tidak ada waktu untuk bersenang ria, saya hanya mendengarkan apa yang Dira ucapkan. Menyibukkan diri dengan hal positif. Menjadi wanita yang cerdas untuk menjadi madrasah masa depan yang baik."air matanya tak henti-hentinya menetes membasahi pipi. Aku pun mulai meneteskan air mata, sungguh Allah lah yang mampu membantuku. Allah juga lah yang memberikanku kekuatan dalam memegang teguh iman ini.
Semua orang bertepuk tangan setelah mendengarkan penjelasan yang diberikan Aprilia. Dan Bu Retno ikut memeluk kami satu persatu, dia juga merasakan suasana haru di antara kami."Semoga kalian istiqomah ya nak."ujar Bu Retno dengan senyuman lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali untuk Pergi...
Teen FictionKetika Nadira jatuh cinta yang pertama kali dalam hidupnya. Membuat begitu banyak cinta yang datang mendekat. Namun sayangnya, dia hanya tertarik pada seorang pria yang tak sengaja Allah pertemukan dalam suatu tempat. Cintanya semakin rumit. Membua...