Kerutan samar muncul terlihat didahi Ibu menandakan beliau sedang bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi pada anak laki-lakinya, Kevin. Karena Ibu mampu melihat dengan jelas mata Kevin yang berkabut."Ada apa sih, Vin?"Ibu yang sejak tadi memperhatikan Kevin langsung tak sabar ingin menanyakan sesuatu yang terlihat tidak biasanya pada Kevin.
"Eng...gak apa-apa kok, Bu."jawabnya setengah terkejut menoleh pandangannya pada Ibu yang tiba-tiba duduk menghampirinya.
"Jujur aja. Kenapa?"desak Ibu pada Kevin.
"Iya nanti adek cerita sama Mbak Dira."ujarnya tersenyum seraya membuat Ibu merasa agak tenang dengan sikapnya.
"Okee deh..Ibu tau kamu malu ya cerita sama Ibu?"ujarnya sambil tertawa dan perlahan bangkit dari tempat duduk menuju dapur.
"Hehehe."
Aku sudah melihat Kevin sejak tadi. Dia terlihat cemas, gelisah, risau, dan sejenisnya. Nanti malam, sepulang dari tempatku mengajar aku akan tanyakan langsung padanya. Untuk sekarang biarkan dia menenangkan diri. Dan merefresh pikirannya dari sesuatu yang sedang mengganggunya.
"Ibuuuuuu!!!"aku teriak kencang memanggil Ibu hingga Kevin ikut menoleh sebentar ke arahku.
"Iya, mau berangkat ya. Hati-hati ya Mbak..."ujar Ibu yang juga setengah teriak ke arahku.
"Iya, Bu. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
****
"Mbak Dira, soal UTS anak-anak gimana? Ada hambatan kah?"tanya Bu Amel padaku yang sedang mengedit soal-soal untuk UTS Semester Ganjil.
"Udah kok, sudah siap semua."jawabku singkat dengan menolehkan pandangan ke arahnya.
"Bagusss! Btw, saya melenceng dikit gapapa kan ya?"
"Apanya tuh Bu yang melenceng?"tanyaku tertawa saat melihat ekspresi Bu Amel yang menatapku sangat serius.
"Hehe. Mbak Dira, gak pacaran kan?"
"Enggak, Bu. Ada apa?"
"Dapet salam tuh dari Mr. Adli. Cieeee."
Spontan aku terkejut dan langsung bertanya pada Bu Amel. "Mr. Adli? Mr. Adli, Buu?"tanyaku dua kali seraya menegaskan yang di katakan Bu Amel barusan.
"Iyaaaa, Mr. Adli yang guantengnya pwoooool!!!"ujarnya sambil menyipitkan matanya.
"Terus apa hubungannya sama aku?"
"Kamu siap menikah gak?"
"Ibu, apaan sih?"aku merasa tegang ketika pertanyaan menikah dilontarkan. Entah mengapa, hatiku masih sangat sensitif membicarakan hal itu.
"Loh kok apaan sih? Kamu siap gak? Kalo sudah siap biar Ibu bilang ke Mr. Adli biar langsung di lamar."ujarnya dengan tatapan serius ke arahku.
"Ibuuu, udah ah. Dira gak paham. Aku masuk kelas dulu ya, Bu."ujarku yang mendadak salah tingkah didepan Bu Amel.
"Hadeuuuh, Mbak Dira ini loh! Yasudah."Bu Amel menggelengkan kepalanya sambil memalingkan wajahnya ke arah laptop di depannya.
Duh, lagi-lagi persoalan ini membuat pikiranku semakin bertumpuk. Aku sama sekali tidak mengerti maksud Bu Amel. Yang jelas, beliau bicara penuh keseriusan tanpa ada celah bahwa apa yang dibicarakannya hanya bahan ledekkan semata.
Setengah fokus dalam mengajar adalah hal yang menyebalkan, sangat. Setiap kali diam, otakku selalu mengarah pada perkataan Bu Amel. Setiap kali aku diam pula, kak Rian selalu muncul bersamaan.. "Hft..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali untuk Pergi...
Novela JuvenilKetika Nadira jatuh cinta yang pertama kali dalam hidupnya. Membuat begitu banyak cinta yang datang mendekat. Namun sayangnya, dia hanya tertarik pada seorang pria yang tak sengaja Allah pertemukan dalam suatu tempat. Cintanya semakin rumit. Membua...