"Mas...""Hey cantik. Ada apa?"dia mendekatiku dengan senyum manisnya.
"Nanti aku mau pergi ke tukang jahit di pasar pagi. Mau ambil baju buatanku yang dijahit disana."
"Kamu yang design kah?"
"Iya mas. Aku mau ambil karena semalam di kabarin kalo bajunya udah jadi."
"Emm kalo gitu biar aku aja yang ambil sekalian pulang kerja."
"Gak usah mas. Kalo aku yang ambil lebih enak. Nanti kalo ada yang gak sesuai aku bisa langsung komplain sama Ibunya."
"Iya juga yah. Tapi...kamu naik apa dek? Jalan gitu? Jangan ahh."
"Nanti aku kerumah Ayah dulu pinjem sepeda. Hehe."
"Mm oke sayang. Tapi hati-hati ya?"
"Iya mas."
"Aku berangkat dulu ya sayang."
"Hati-hati mas."
"Iya sayang."keningku dikecup hangat olehnya.
Setelah mas Khurnia berangkat, aku pergi kerumah Ayah untuk meminjam sepeda. Jarak rumah yang aku tempati dengan rumah Ayah sangat dekat. Kira-kira sih 5 menit sudah sampai disana.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Ehh..Mbak Dira, kamu apa kabar?"tanya Kevin yang saat ini membukakan pintu.
"Lebay deh kamu. Baru aja empat hari gak ketemu udah nanya kabar."
"Hahaha. Biarin sih mbak. Kamu kenapa pagi-pagi kesini?"
"Mau pinjem sepeda. Ibu mana?"
"Ada tuh di dapur. Ayuk kita ke dapur."
Sampai di dapur aku mengejutkan Ibu. Sudah beberapa hari ini aku tidak lagi bersamanya."Dooor!!!"suaraku terdengar nyaring ditelinga Ibu.
"Astagfirullahaladzim..."Ibu terlonjak kaget sambil menoleh ke arahku.
"Ibuuuuu!!"
"Maa Syaa Allah nak. Kirain Ibu siapa. Kamu ada apa pagi-pagi kesini?"
"Mau pinjem sepeda Ayah. Mau ambil baju jahitan di pasar pagi. Boleh kan, Bu?"
"Boleh sayang. Kamu sama siapa kesini?"
"Sendirian. Mas Khurnia udah berangkat."
"Ohh gitu. Tapi udah izin sama dia kan mbak?"
"Udah, Bu. Dira pinjem ya sepedanya nanti Dira kesini lagi."
"Yasudah pergi sana. Hati-hati kamu."
"Iya, Bu."
****
"Ini teh bajunya sudah siap."ujar Teh Santi si penjahit baju gamis dan khimarku.
"Makasih teh Santi. Udah masuk kan transferan aku kemarin?"
"Udah teh. Lagian teteh kok jualan baju cuma 10 pasang aja."
"Iya modalnya belum keliatan nih. Hehe."
"Semoga dilancarkan ya teh Dira. Nanti kalo modalnya teh udah ada, kemari lagi atuh jahit disini aja."
"Siap teh Santi. Aku pamit pulang ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Hati-hati teh."
Aku kembali pulang ke rumah Ayah. Mas Khurnia sudah memberitahuku bahwa dia akan menjemputku nanti sore sehabis pulang kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali untuk Pergi...
Ficção AdolescenteKetika Nadira jatuh cinta yang pertama kali dalam hidupnya. Membuat begitu banyak cinta yang datang mendekat. Namun sayangnya, dia hanya tertarik pada seorang pria yang tak sengaja Allah pertemukan dalam suatu tempat. Cintanya semakin rumit. Membua...