Untuk yang kedua kalinya Ayah meminta untuk dibelikan pecel ayam di warung Bi Narsih."Terimakasih ya, Bi."ujarku pada Bi Narsih."Sama-sama, neng. Neng teh tinggal dimana?"
"Di asrama, Bi."
"Oalah..baru tinggal disini yah?"
"Iya, Bi. Baru empat harian yang lalu lah."
"Ohh..iya..iya..tiati ya neng."
"Makasih, Bi."
Cuaca sore ini sangat cerah. Semilir angin begitu kencang membuat tubuhku agak kedinginan. Sebenarnya cuaca di kota Bandung sangat cocok dengan suhu kulitku. Dokter pernah mengatakan bahwa aku tidak akan terkena alergi jika berada dicuaca yang dingin.
Baru saja aku masuk kedalam pintu pasar pagi, dibelakang terdengar ada yang memanggilku. Walau aku tidak tahu apakah benar aku yang dipanggilnya, aku tetap menoleh kearah belakang."Mbak."ujarnya keras.
"Iya..."aku menoleh kearahnya.
"Habis dari warung pecel ayam, Mbak?"
"I..iya..kak."
"Boleh saya jalan bareng sampe pintu masuk asrama?"
"Maksudnya jalan bareng?"
"Iya..pengen berteman sama Mbak. Sambil jalan aja sampe ke pintu masuk asrama. Tenang aja, ada temen saya kok. Jadi gak berduaan."
"Hmm...iya kak."aku kembali berjalan. Dia berada tepat disampingku dan temannya ada dibelakang kami.
"Maaf sebelumnya, nama Mbak siapa ya?"
"Nadira."jawabku singkat sambil menunduk kearah aspal jalanan.
"Ohh..kamu lulusan UI kah?"
"Kok tau?"mataku membelalak.
"Hehe. Tau dong. Saya juga tau kamu anaknya siapa."
"Masa sih?"
"Iya beneran."
"Anaknya siapa kak?"
"Anaknya Pelda Dwi Handoko, kan?"
"Hah? Kok kakak tau semua?"nada bicaraku mengeras. Aku semakin penasaran, 'Tau darimana dia?' 'Kenapa semudah itu untuk mengetahui semuanya apalagi aku baru saja pindah beberapa hari di Bandung.'gumamku dalam hati.
"Tau dong. Hehe."
"....."
"Sepertinya kamu gak nyaman yah? Gimana kalo nanti malam saya dan teman saya berkunjung kerumah mu? Boleh kah?"
"Untuk apa kak?"
"Mau silaturahim dan berkenalan saja dengan kamu. Saya ingin berteman."
"Maaf..aku membatasi pembicaraan yang tidak penting dengan laki-laki."
"In syaa Allah semua yang saya tanyakan penting. Jadi bolehkah?"
"Em...."
"Gak akan macem-macem kok. Semua akan baik-baik saja."
"Hem...yasudah."
"Yasudah apa nih?"
"Boleh. Aku duluan ya, kak. Takut ditunggu Ayah. Assalamu'alaikum."aku melangkah pergi dengan cepat meninggalkan mereka. Suasana tadi benar-benar membuat tidak nyaman sama sekali. Semoga tidak terjadi hal yang tidak aku inginkan.
"Wa'alaikumussalam Warahmatullah."
****
"Ayah..malam ini ada yang mau dateng kerumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali untuk Pergi...
Fiksi RemajaKetika Nadira jatuh cinta yang pertama kali dalam hidupnya. Membuat begitu banyak cinta yang datang mendekat. Namun sayangnya, dia hanya tertarik pada seorang pria yang tak sengaja Allah pertemukan dalam suatu tempat. Cintanya semakin rumit. Membua...