-Dua Puluh Tujuh

10 1 3
                                    


"Ayah!"

"Iya nak?"

"Mau berangkat ya?"

"Iya nih. Ada apa?"

"Hari ini aku mau fitting baju pengantin sama Ibu dan Kevin. Kemungkinan kami pulang malam karena sekaligus mampir ke Bekasi mau ambil berkas yang tertinggal."

"Oh gitu. Oke lah. Gak masalah. Yang penting hati-hati ya nak dijalan. Ayah jalan dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Tiba-tiba suara teriakan terdengar dari dalam kamarku."Mbak Diraaaa! Ada telpon dari kak Khurnia."ujar Kevin sangat keras.

Aku berlari kekamar dan segera mengangkat telponnya."Iya, wa'alaikumussalam. Ada apa?"

"Kata Ayah, hari ini kamu mau fitting baju yah? Jangan lupa pilih warna yang tidak mencolok. Pesan saya satu lagi. Hati-hati dijalan."

"Iya kak. Siap."

"Okelah kalo begitu. Saya tutup telponnya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Aku kembali merapikan kamar tidurku yang berantakan. Banyak berserakan buku-buku bacaan yang habis kubaca semalam. Lalu aku bergegas menyiapkan barang bawaan untuk pergi hari ini.

"Aku udah siap!"

"Sama aku juga!"

"Baiklah. Mbak Dira sama Ibu ke mobil duluan aja. Kevin mau ambil Al-Qur'an dulu di kamar."

"Okeeee."

****

Ibu membantuku memilah dan memilih warna pakaian serta model pakaian yang akan dikenakan nantinya."Warna nya bagus ya, Mbak. Sudahlah ini saja. Kita cuma butuh warna putih dan warna biru muda ini."

"Iya, Bu. Dira juga suka."setelah itu dilakukan pengukuran baju dengan badanku. Aku meminta agar tidak terlalu membentuk tubuh dan dibuat agak longgar.

"Nahh. Pas tuh segitu Mbak."

"Iya Ibu. Kami akan tulis ukuran bajunya dan segera dibuatkan barunya."

"Baik, Mbak."

"Tante. Berarti jadi ya? Saya dan Ibu jadi pilih gaun ini dan ini."sambil menunjuk kearah gaun yang ku pilih.

"Oke, Dira. Kami akan siapkan semuanya. Semoga lancar ya?"

"Aamiin. Terimakasih tante. Dira sama Ibu pulang dulu ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Baru saja aku melangkahkan kaki keluar pintu, tiba-tiba aku terlonjak kaget saat melihat Aldi sedang berjalan tepat kearahku."Aldi? Sedang apa dia disini? Haduhhh!!!"

"Loh? Nadira? Kamu sedang apa disini?"tanyanya sambil mengerutkan dahi.

"Emm..enggak kok gak ngapa-ngapain. Hmm. Ibu duluan aja ke mobil nanti Dira nyusul."aku tidak ingin hal ini diketahui oleh Ibu. Dan beliau pergi menuju mobil bersama dengan Kevin.

"Memangnya siapa yang ingin menikah? Bukannya tempat ini......."

"Engg.....gak kok. Aku cuma mau liat-liat baju aja disini. Yahh walaupun aku juga belum tau akan diberi kesempatan Allah untuk menikah atau enggak."ujarku sambil mengalihkan pembicaraan. Nampaknya Aldi masih terlihat bingung dengan kerutan samar didahinya. Tapi sudahlah, aku mencoba agar Aldi tidak tahu soal pernikahanku bersama kak Khurnia.

"Hemm. Kamu tinggal di Bandung, Ra?"

"Iya, Aldi. Kamu tau darimana? Kamu sendiri kesini mau ngapain?"

"Tau dari Reina. Aku mau fitting baju pengantinku sama Aprilia."

"Waaah..Maa Syaa Allah. Kapan kalian akan menikah?"

"Kira-kira sih sebulan lagi."

"Semoga Allah melancarkan segalanya ya, Di. Aku turut berbahagia atas kalian."

"Terimakasih Nadira. Sungguh nikmatnya bila kita bisa dipersatukan dengan orang yang kita cintai. Dulu aku dan dia bukanlah orang yang seperti sekarang. Kami menempuh jalan hijrah bersama lalu Allah mempersatukan kami dengan jalan yang baik."

Mendengar kata-kata Aldi aku sangat terenyuh. Betapa beruntungnya dia bisa disatukan dengan orang yang dia cintai. Orang yang benar-benar dia harapkan. Sedangkan aku? Aku harus menjalani hari-hariku tanpa orang yang sesungguhnya aku cintai karenaNya."Alhamdulillah. Baguslah."ujarku sambil tersenyum lirih.

"Oh ya Ra, kak Rian minggu depan balik ke Jakarta. Dia akan menetap di rumah dan gak akan pergi-pergian ke luar negeri lagi."

"Serius?"

"Iya, Ra. Bisnis kedua orang tuaku di Malaysia diambil alih oleh paman dan bibiku. Jadi kak Rian bisa mengemban tugasnya di Jakarta."

"Alhamdulillah deh."aku mendadak lemas. Tubuhku berkeringat dingin saat tahu kak Rian akan kembali ke Jakarta. Aku harus bilang apa padanya jika aku akan menikah dalam waktu dekat ini?

"Ra?"

"Eh. Iya Aldi?"

"Kamu senang kan kalo kak Rian tinggal di Jakarta lagi? Aku do'akan yang terbaik untuk kalian."

"I..iya, Di. Terimakasih do'anya. Kalo gitu Dira balik dulu ya. Ibu udah nungguin Dira dimobil."

"Oke deh. Hati-hati kamu dijalan."

"Siap, Di. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam."

****

Berkas-berkas yang tertinggal di Bekasi sudah dikemas dan dibawa ke Bandung. Saat ini jarum jam menunjukkan pukul 07.30 malam dan kami masih dalam perjalanan menuju Bandung. Hari ini aku banyak menutup rapat mulutku dan enggan berbicara banyak pada Kevin dan Ibu. Aku mencoba menenangkan hati yang saat ini digandrungi oleh kebimbangan yang nyata.

Kak Rian akan balik ke Jakarta. Dan aku akan menikah dalam waktu dekat. Bagaimanakah perasaan kak Rian nanti jika tahu aku akan menikah? Apakah dia akan merasa kecewa? Atau bahkan membenciku? Bisa jadi sangat membenciku. Pertanyaan itu mengelilingi kepalaku sejak pertemuanku dengan Aldi.

"Mbak Dira, makan dulu. Daritadi nasinya belum kamu makan. Hayukkk dimakan."

"Nanti aja Bu. Dira belum lapar."

"Kok daritadi belum lapar. Kamu makan apa emangnya?"

"Enggak makan apa-apa. Nanti aja Bu."

"Oke deh. Jangan lupa dimakan loh ya!"

"Iyaa Ibuu."

Mobilku mulai memasuki gerbang asrama. Kami semua sampai dengan selamat kembali ke Bandung. Diteras rumahku ada beberapa teman Ayah yang sedang asyik berbincang-bincang."Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Ini Ibunya anak-anak, Pak. Dan ini anak perempuan saya yang satu lagi anak laki-laki saya."ujar Ayah sambil memperkenalkan kami dihadapan teman-temannya.

"Oalaaah. Udah pada gede bener ya, Pak. Boleh tuh yang perempuan sama mas Firman."ujarnya sambil mencolek pria disamping kirinya.

"Hehe. Calonnya Sertu Khurnia ini, Pak."

"Masaaa?"

"Iyah. In syaa Allah akan menikah dalam waktu dekat."

"Waduh. Telat dong, Pak? Kasian mas Firman susah cari jodohnya nih. Pangkat udah tinggi tapi jodoh belum keliatan juga hilalnya."

Kami semua tertawa mendengar nada bicaranya yang lucu. Lalu aku, Ibu, dan Kevin izin masuk kedalam rumah karena kami samgat lelah seharian ini."Kalo begitu saya dan anak-anak masuk dulu ya, Pak. Saya tinggal dulu."

"Iya Bu. Gapapa. Maaf nih mengganggu malam-malam."

"Enggak kok enggaaak. Santai aja, Pak."

"Hehehe."

"Mari Pak."

"Iya..iya Bu."

Kembali untuk Pergi...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang