-Dua Puluh Lima

12 0 0
                                    


"Ya Allah Engkau Dzat Yang Maha SegalaNya. Engkau yang Mengetahui kelemahan Hamba, Engkau yang telah memberikan rasa ini padaku, Engkau juga yang telah mempertemukan aku dengan dua pria yang harus kupilih. Aku hanyalah seorang Hamba yang Dhoif. Dan hanya kepada Mu Hamba menyembah dan memohon atas segalanya. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, izinkan Hamba bersama dengan orang yang Hamba cintai tanpa harus mengurangi rasa cinta Hamba kepadaMu. Jika memang diantara kedua pria itu adalah jodoh Hamba, maka satukanlah kami, tetapi jika tidak, ikhlaskan diri Hamba untuk melepaskannya. Kak Rian dan kak Khurnia adalah pria yang Engkau pertemukan untuk Hamba. Berilah Hamba satu pilihan yang terbaik atas restu dan IzinMu. Hamba mohon dengan segala kuasa dan karuniaMu. Hamba tidaklah mengetahui suratan yang telah Engkau pilihkan untukku. Begitu beratnya cobaan yang sedang aku hadapi ini. Dan hal ini pula saatnya aku belajar tentang 'Ikhlas'. Maka izinkan aku mendapatkan yang terbaik. Apabila Engkau mengetahui pilihan ini yang terbaik untukku, maka mudahkanlah dan kuasakanlah untukku dan apabila pilihanku ini tidak baik untukku, mudahkanlah bagiku untuk memilih yang terbaik dari yang baik. Hamba Mohon keridhoanMu. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin."

Hati menjadi lega setelah ku curahkan seluruh isi hatiku kepada Sang Pencipta. Tak lagi ku tahan air mata yang terus mengalir ini. Mengharap segala keridhoan dariNya. Mudah-mudahan setelah ini akan ada jawaban yang indah yang ku dapatkan.

Hampir setiap hari ku selipkan waktu untuk sholat Istikharah. Dan menyisakan waktu istirahat malamku untuk berbincang-bincang kepada Allah tentang perasaanku dan apapun itu, agar senantiasa diriku nyaman dalam menjalani hari-hari. Karena aku yakin Allah pasti akan memberiku yang terbaik.

Hari ini menjadi hari terakhir shalat istikharahku. In syaa Allah segalanya akan segera diputuskan mana yang akan ku pilih untuk masa depanku kelak. Semua bukan hal sepele karena menyangkut ibadah yang akan ku jalani dengan rentang waktu yang sangat lama.

"Bu...Dira bantu ya masak ikannya?"

"Gak usah, Mbak. Biar Ibu aja. Kamu temenin Ayah gih duduk didepan."

"Ayah didepan, Bu?"

"Iyah, katanya nunggu kamu. Gih!"

"Iya, Bu."

Berjalan menghampiri Ayah yang sedang duduk dikursi teras rumah sambil menikmati teh manis hangat dan biskuit yang Ibu siapkan untuknya. Hari ini Ayah libur dinas, karena baru saja lepas piket semalam.

"Ayah.."sapaku lembut.

"Ehh. Sini duduk, Mbak Dira."

"Iya Ayah."

"Gimana?"tanya Ayah sedikit mendongak.

"Gimana apanya?"

"Shalat istikharahmu? Sudah tau mana yang harus kamu pilih?"

"Hm..in syaa Allah."

"Ingat pesan Ayah. Jika dihatimu masih tersisa keraguan dalam memilih salah satu diantaranya, lebih baik ditinggalkan. Karena kamu tau? Bahwa orang yang berada dalam keragu-raguan sama saja dengan orang yang munafik. Dan kamu bukan termasuk kedalamnya kan?"

Aku menggelengkan pelan kepalaku. Waktu yang terasa begitu cepat membuatku semakin gugup."Ayah.."

"Iya, nak?"

"Apapun pilihan Dira nanti. Ayah jangan pernah marah sama Dira, ya? Karena yang Dira pilih bukan berdasarkan pemilihan diri sendiri, tapi Allah."

"Hmm..iya Mbak Dira. Mas Khurnia akan datang jam 4 sore selepas pulang dari kantor. Dia tidak ditemani oleh keluarganya."

"Emm gitu..Dira ke kamar dulu deh. Mau tadarusan."

"Iya silahkan. Mantapkan hatimu, nak."ujar Ayah sambil tersenyum.

Kembali untuk Pergi...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang