Aku terlonjak kaget saat seseorang berjalan berlawanan arah menabrakku, hingga membuat ponselku jatuh ke aspal."Astagfirullahaladzim."ujarku sambil mengambil handphoneku yang terjatuh hingga kacanya retak.
"Afwan-afwan mbak. Rusak ya handphonenya?"
Aku mendongak dan terkejut ketika orang yang menabrakku adalah kak Rian."Eh.."
"Nadira?"
"Iya kak."jawabku singkat.
"Afwan Ra. Boleh aku lihat handphonenya?"
"Gapapa kak. Cuma retak aja kok. In syaa Allah masih bisa digunain."
"Duh. Gak gitu Ra. Sini-sini aku lihat."dia memaksa untuk melihat handphone yang masih ku genggam. Akhirnya aku berikan padanya. Dia mencoba melihat sisi demi sisi handphoneku yang retak dan terlihat lecet.
"Huhhh. Ini iphone 8 Ra?"
"Bukan kak, iphone 8 plus. Udah gak apa-apa kak masih bisa digunain kok."
"Bukan masalah itu. Tapi aku sudah merusak yang semestinya masih bagus buat dipergunakan. Biar aku ganti. Kamu jangan khawatir Ra."
"Gak usah kak. Gapapa, beneran deh."aku mengambil kembali handphoneku dari tangannya.
"Sudah tenang aja. Sekali lagi afwan ya Ra."
"Iya kak gapapa. Kakak kapan balik dari Malaysia?
"Seminggu yang lalu aku sampai disini."
"Btw kakak mau kemana? Kok buru-buru?"
"Mau ke ruang Pak Nurdin, mau daftarin Aldi jadi santri disini."
"Waah..Maa Syaa Allah. Silahkan kak, silahkan."
"Emm..Ra. Ada yang aku ingin bicarakan. Kamu sedang buru-buru?"
"Enggak kok. Aku lagi nunggu adikku setoran hafalan. Baru aja mulai. Mau ngomong apa?"
"Yasudah. Tunggu sebentar ya. Aku mau antarkan berkas-berkas ini. Kamu tunggu disini. Nanti aku ajak Aldi agar tidak ada fitnah di antara kita."
"Baik."
Kak Rian berjalan cepat menuju ruangan Pak Nurdin. Di balik itu aku merasa sangat senang ketika mendengar Aldi akan menjadi santri baru di sini. Semoga semakin istiqomah dan menjadi pribadi yang lebih baik.
****
"Ra.."sapa Aldi yang datang bersama kak Rian.
"Iya, Di."
"Hm..Nadira. Ada yang ingin aku bicarakan."kak Rian memulai pembicaraannya.
"Apa kak?"
"Aku menyukai seorang wanita. Dan aku yakin wanita itu pasti juga merasakan hal yang sama. Tapi aku gak bisa semudah itu untuk mengajaknya ta'aruf. Karena itu sangat melibatkan perasaan. Jika nantinya tidak jadi, pasti akan menimbulkan kekecewaan."diam sejenak."Sebenarnya aku ingin menikahinya tapi masih banyak yang aku pikirkan."
"Apa yang di pikirkan?"tanyaku yang sedaritadi sudah merasa bahwa wanita yang di maksud olehnya adalah aku.
"Aku belum punya materi yang cukup untuk menafkahinya. Ibu ku masih membutuhkan aku untuk membantunya dalam usaha. Masih terpecah belah. Belum fokus pada satu tujuan."
Hatiku begitu lirih."Yaudah kak mau di apakan lagi."
"Ra, jika ada yang lebih baik dari aku. Pilihlah dia sebagai suamimu kelak. Tapi jika dia tidak lebih baik dariku, tunggulah aku Ra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali untuk Pergi...
Teen FictionKetika Nadira jatuh cinta yang pertama kali dalam hidupnya. Membuat begitu banyak cinta yang datang mendekat. Namun sayangnya, dia hanya tertarik pada seorang pria yang tak sengaja Allah pertemukan dalam suatu tempat. Cintanya semakin rumit. Membua...