"Ananda Khurnia Adi Laksono Bin Hari Suryono saya nikahkan dan saya kawinkan dengan putri pertama saya Nadira Aulia Rahmi binti Dwi Handoko dengan maskawinnya berupa 7 g emas dan seperangkat alat shalat, tunai."Ayah dengan lantang membacakan lafadz Ijab dengan penuh hikmat. Lalu diteruskan kembali oleh kak Khurnia sebagai lafadz daripada Qabul atas pernikahan kami."Saya terima nikah dan kawinnya Nadira Aulia Rahmi Binti Dwi Handoko dengan maskawinnya yang tersebut dibayar tunai."Kak Khurnia menjawab Ijab dari Ayah. Dengan satu tarikan nafas dia begitu lancar mengucapkannya. Dan kini aku telah sah menjadi istri dari kak Khurnia.
"Gimana para saksi? Apakah pernikahan ini sah?"
"SAH."
"Alhamdulillah."Pak Ustadz Ali yang turut menghadiri acara pernikahan kami membacakan do'a penutup setelah Ijab Qabul berlangsung.
Para sahabat mendekat dan memelukku. Mereka mengucapkan selamat dan do'a-do'a tercurahkan untukku. Baru saja aku resmi menjadi seorang istri dihadapan seluruh saksi banyaknya pasang mata yang melihat dan dihadapan banyaknya para malaikat-malaikat Allah yang in syaa Allah ikut menyaksikan.
Ibu memanggilku agar berdiri dan berjalan mendekat ke tempat dimana kak Khurnia duduk, didepan penghulu dan beberapa saksi dari pihak keluarga.
Ditemani oleh sepupuku dan sahabat-sahabat kesayangan berjalan pelan menuju tempat dimana kak Khurnia duduk."YaAllah..aku masih merasa tidak menyangka. Dia adalah suamiku. Yang akan menemani perjalanan hidup yang akan dilalui bersama. Hatiku sangat gugup. Bisa dibilang deg-degan, sangat. Semoga Engkau beri kemudahan dalam segalanya. Aamiin."batinku.
"Silahkan duduk."ujar Pak Penghulu.
Aku mengangguk sambil tersenyum dan duduk bersebelahan kak Khurnia.
Setelah serangkaian prosesi buku nikah selesai. Kami berdua diminta oleh MC untuk berdiri menghadap ke arah kamera, kak Khurnia memakaian cincin maskawin untuk dipakaikan ditangan kiriku tepatnya dijari manis.
Tanganku dan kak Khurnia sukar menyatu. Kami masih canggung satu sama lain. Bahkan masih tak berani saling tatap antara satu sama lain."Hayukk mas Khurnia, silahkan dipakaikan."ujar Pakdeku.
"Sudah halal kok mas Khurnia dan mbak Dira."seru Ibu dari jarak yang sangat dekat dengan kami.
Perlahan tangan kak Khurnia mendekat dan meraih tanganku. Spontan aku melepaskan sentuhan tangannya. Masih teramat kaku! Aku belum bisa sepenuhnya merasa jika dialah makhramku.
"Mbak Dira, hayukk. Gapapa. Dia suamimu."seru Ibu lagi.
Kemudian perlahan tanganku dan tangannya bersentuhan. Kak Khurnia memakaikan cincin maskawin ditanganku. Lalu aku mencium tangan suamiku untuk yang pertama kalinya. Setelah itu, dia memegang ubun-ubun kepalaku untuk dibacakan do'a.
"Allahumma Inii Asaluka Khairo Khaa Wa Khairo Maa Jabaltakhaa 'Alayhi Wa A'uudzubika Min Syarri Khaa Wa Syarro Maa Jabaltakhaa 'Alayhi. Aamiin."tubuhku seketika merinding saat kak Khurnia menempelkan tangannya diubun-ubun kepalaku.
Sang Fotografer meminta kami untuk melakukan serangkaian sesi foto bersama. Foto pertama diambil bersama dengan buku nikah yang kami pegang masing-masing. Lalu disusul dengan foto bersama kedua orang tuaku dan juga kedua orang tua kak Khurnia.
"Cekrek."
"Sekali lagi ya, Bu. Satu..dua..tiga..Cekrek!"
"Oke, selanjutnya bersama dengan teman-teman Mbak Dira boleh, silahkan."
Sahabatku mendekat dan mengambil posisi untuk difoto. Kami melakukan dua sesi foto, yang pertama bersama suamiku dan yang kedua hanya bersama denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali untuk Pergi...
Ficção AdolescenteKetika Nadira jatuh cinta yang pertama kali dalam hidupnya. Membuat begitu banyak cinta yang datang mendekat. Namun sayangnya, dia hanya tertarik pada seorang pria yang tak sengaja Allah pertemukan dalam suatu tempat. Cintanya semakin rumit. Membua...