-Tujuh

51 16 5
                                        


"Jangan lupa belajar ya kalian semua. Semoga sukses buat UTSnya Senin depan."seruku pada murid-murid kelas VIA yang akan melangsungkan UTS hari Senin. Mereka diperlakukan sama seperti murid di sekolah pada umumnya. Ada serangkaian ujian seperti UH, UTS, dan UAS. Setelah itu, mereka semua akan menerima hasil belajar selama 1 tahun.

"Okeee, Ibu Nadira!!!"jawab beberapa murid di kelas. Mereka terlihat sangat bergembira.

"Yaudah yuk. Kita berdo'a dulu sebelum pulang. Yusuf, ayuk siapin."aku meminta Yusuf untuk memimpin do'a sebelum pulang.

"Before we go home. Let's pray together. Pray begin."

"Thank you for give us and make us to be always thanks to you. Aamiin."

"Greetings."

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Yang perempuan, boleh keluar duluan. Laki-laki belakangan."ujarku pada semua murid sebelum beranjak keluar kelas. Seluruh murid perempuan salim bergantian dan keluar kelas. Lalu di ikuti oleh anak laki-laki di belakangnya.

"Thank you Ibu."

"You're welcome."

Selepas semua murid pulang, aku merapikan kelas dan pergi ke kantor. Disana ada Bu Amel dan Bu Widya sedang makan siang bersama. Aku masuk ke dalam dan ikut menimbrung bersama mereka."Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Sini masuk mbak Nadd."jawab Bu Widya sambil tersenyum ke arahku."Makan mbak..sini-sini."

"Iya, Bu. Makan apa tuh?"aku berjalan mendekati mereka.

"Ini gado-gado. Tadi aku beli di depan mbak."sambar Bu Amel.

"Oh, yaudah makan dulu habiskan."

"Makan sini mbak, bareng-bareng. Masih ada kok nih."

"Enggak Bu Widd, aku lagi puasa."

"Ohalah...puasa toh. Maaf ya mbak Nadira cantik."ujar Bu Amel.

"Maaf nih mbak, gak tau kitaaaa."tambah Bu Widya sambil tertawa.

"Santai aja, Ibu Widyaaaaa."aku balas tertawa bersama beberapa guru lainnya.

Bu Amel membuat aku benar-benar tidak enak. Dia membuka suaranya tentang Mr. Adli di depan Bu Widya. Tak tanggung-tanggung, dia mengatakan perihal ta'aruf yang menurutku persoalan itu terlalu jauh untuk di bahas."Mbak Nadira, Mr. Adli ngajak kamu ta'aruf tuh. Gimana jawabannya?"tanya Bu Amel sambil melirik tajam ke arah Bu Widya.

"Waduhh, Ibu bisa aja. Nadira masih gak kepikiran ke arah sana tau."ujarku sambil mengerutkan dahi.

"Nih, kalo ada laki-laki sholeh. Jangan di tolak atuh mbak. Nanti kamu nyesel deh. Udah nyia-nyiain."

"Bukannya gitu Bu Widd. Nadira beneran belum siap. Lagian juga Bu Amel bisa aja nih pake ke arah ta'aruf segala. Hehehe."

"Lohh, aku tuh serius mbak Nadira. Tanya saja orangnya."ujarnya tertawa sinis ke arahku.

"Apasih Ibu...bercanda aja. Enggak tau ahh Bu."aku hanya menganggap semua perkataan Bu Amel candaan belaka. Bisa saja semuanya tak tik beliau untuk menjodohkan aku dengan Mr. Adli.

"Ibu beneran Mbak Nadiraaaa. Coba lihat muka Ibu. Ada gak tampang bercanda?"

"Iya bener. Bu Amel bener kok."semua mata tertuju pada suara laki-laki yang tiba-tiba masuk tanpa permisi. Mr. Adli datang mengejutkan kami semua di dalam. Aku semakin tidak suka, karena dia masuk ke dalam ruangan seenaknya. Tidak sopan!"

Kembali untuk Pergi...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang