"Hyung ...."
Panggilan pelan Jungkook seketika menyadarkan Jimin dari nostalgia singkatnya. Dengan sebuah gerakan ringan, ia mengakhiri tariannya seraya memejamkan mata dan mendesah pelan, kemudian menoleh ke arah adik kelasnya yang kini berdiri di ambang pintu. Napas pemuda itu tampak tersengal, namun Jimin memilih untuk tidak peduli. Ia sudah terlanjur kesal pada pemuda itu karena kejadian di gym indoor.
"Sudah selesai bermanja-manja dengan kekasihmu?" sindirnya.
Seolah tidak mendengar sindiran yang ditujukan padanya, Jungkook melangkah cepat mendekati Jimin yang masih berdiri di tengah ruangan. Tanpa ia duga, adik kelasnya itu tiba-tiba meraih kedua tangannya dan menggenggamnya dengan erat. Jimin berjengit kaget, namun tak berniat untuk melawan.
"Aku tidak tahu apa masalahmu dengan Kapten Min, hyung. Tapi ..." Nada suara dan tatapan Jungkook yang janggal membuat Jimin mengernyitkan kening. "... separah itukah sampai-sampai kau menangis begini?"
"Apa?" Jimin cepat-cepat menyentuh pipinya, hendak protes, "Siapa yang ..." dan tertegun ketika jarinya merasakan sesuatu yang basah. "... menangis?" Ia terdiam sesaat, lalu buru-buru mengusap pipinya dan menatap Jungkook yang terlihat khawatir. "Aku tidak menangis, Kook. Sungguh," kilahnya. Dengan panik ia memutar otak, berusaha keras mencari alasan yang sekiranya bisa meyakinkan Jungkook. "I-ini hanya keringat, Kook. Kau lihat 'kan tadi aku habis menari? Percayalah, ini hanya keringat. Lagipula, untuk apa aku menangis? Memangnya kau pikir aku secengeng itu?" Dan untuk membuat acting-nya terlihat lebih meyakinkan, ia memaksakan sebuah tawa di akhir kalimat. Tawa yang terdengar hambar di telinga Jungkook.
"Jangan mencoba membodohiku, hyung. Memangnya keringat macam apa yang membuat mata sampai memerah, huh?" tampiknya, membuat tawa Jimin seketika lenyap. Merasa tersudut, pemuda itu memalingkan wajahnya, berusaha menghindari tatapan Jungkook yang seakan sedang menghakiminya.
Melihat reaksi kekalahan itu, Jungkook menghela napas berat. Ia lalu menarik tangan Jimin untuk mengajaknya duduk di salah satu bangku terdekat. "Ayo, ceritakan padaku. Jangan memendamnya sendiri dan menangis seperti ini."
Jimin mengernyitkan kening, berpura-pura tidak mengerti ucapan adik kelasnya itu. "Memangnya apa yang harus kuceritakan padamu, Kook?"
Jungkook memutar bola matanya, jengah melihat Jimin yang seolah berusaha menutup-nutupi masalahnya. "Oh, ayolah ... kau masih berpikir kalau kau bisa membodohiku ya, hyung? Cepat ceritakan. Aku memaksa."
Kali ini, giliran Jimin yang memutar bola matanya. Satu lagi orang di dunia ini yang suka bersikap seenaknya, gerutunya dalam hati. "Memang tidak ada yang bisa kuceritakan, Kook. Seperti sekarang ini, aku dan Yoongi-hyung dulunya pernah satu sekolah semasa kami SMP. Dia kakak kelasku dan aku adik kelasnya. Begitu saja. The end."
"Lalu, apa yang membuatmu begitu membencinya?" desak Jungkook, menatap Jimin dengan penuh selidik. "Aku yakin pasti terjadi sesuatu di antara kalian."
Jimin memalingkan wajahnya lagi. "Aku tidak pernah bilang kalau aku membencinya, Kook," gumamnya lirih.
Salah satu alis Jungkook terangkat. "Lalu?"
"Aku hanya kesal padanya."
"Alasannya?"
Jimin mengendikkan bahunya acuh tak acuh. "Setiap kali melihat wajah menyebalkannya itu, entah kenapa mulutku rasanya gatal ingin mengumpatinya."
Jungkook menghela napas lagi. "Bicara denganmu lama-lama membuatku jengah, hyung," sungutnya. Ia berpikir sejenak, mencoba mencari cara agar Jimin mau bercerita padanya. "Begini saja deh," ujarnya setelah mendapat secercah ide, lalu menatap Jimin dengan tatapan serius. "Bagaimana kau bisa kenal dengan Kapten Min, hyung? Aku tahu kalian satu sekolah, tapi kurasa kau cukup dekat dengannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Suga & Chim || YoonMin [✔]
Fanfiction[Judul sebelumnya: Diary of Sweet and Swag] Kisah cinta ketua klub basket yang dingin dan cuek dengan anggota klub tari yang manis namun galak. Suga dan Chim. "Sebenarnya kau serius tidak sih mau pacaran denganku?" "Kalau aku tidak serius, mana mung...