32 - Akhir (END)

4K 300 14
                                    

[Warning: Beware of a very very very long chapter. Also, there's a little mention of m-preg.]

...


"Chim!!!"

Jimin menghela napas berat.

Hari ini, tepat satu minggu sejak Yoongi dipulangkan dari rumah sakit-yang berarti tepat satu minggu sejak mereka mulai tinggal bersama, dan tepat satu minggu pula ia telah menjadi pesuruh kekasihnya itu. Ya, pesuruh. Alias orang yang disuruh-suruh. Jimin tak mengerti mengapa dan bagaimana perannya bisa menyimpang jauh dari ekspektasi begini. Padahal seingatnya, ia menawarkan diri untuk menjadi perawat bagi Yoongi. Namun sepertinya, kata 'perawat' dalam kamus Jimin memiliki makna yang berbeda dengan kata 'perawat' dalam kamus Yoongi. Kekasihnya itu sepertinya memaknai kata 'perawat' ke dalam definisi yang paling buruk, sampai Jimin nyaris tak bisa membedakannya dengan definisi kata 'pesuruh'.

Misalnya saja seperti saat ini.

Ia yang tengah sibuk menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasaknya untuk hidangan makan malam mereka, terpaksa menghentikan kegiatannya sejenak karena Yoongi yang terus berteriak memanggil namanya sedari tadi.

"Chim!!!"

"Iya, hyung, iya!" sahut Jimin, balas berteriak. Ia melepas apron kuning yang melilit tubuhnya, lalu mencuci tangannya di wastafel. "Aku ke sana sekarang!"

Yoongi yang tengah bergelung malas di sofa ruang tengah, seketika berubah sumringah melihat kekasih manisnya yang kini berlari tergopoh-gopoh menghampirinya. "Kenapa lama sekali?" protesnya, berusaha menyembunyikan senyum dan memasang wajah pura-pura kesal.

Jimin menghirup napas dalam-dalam, mencoba bersabar menghadapi sang kekasih yang sedang berada dalam mode 'bossy'-nya. "Tadi aku sedang sibuk di dapur," jawabnya kalem. "Ada apa, hyung? Kenapa memanggilku?"

"Pencetkan remote TV-nya," perintah Yoongi tanpa rasa bersalah. "Tolong carikan aku siaran musik."

Wajah Jimin berubah datar seketika. "Kau 'kan masih bisa pakai tangan kirimu, hyung," gerutunya, namun tak urung menuruti perintah Yoongi. Ia menyambar remote TV yang tergeletak di atas meja yang berada persis di depan Yoongi dan melampiaskan kekesalannya pada benda malang itu.

"Jangan keras-keras memencetnya," tegur Yoongi. "Nanti remote-nya bisa remuk."

'Daripada tulangmu yang kuremukkan?' Ingin rasanya Jimin berkata demikian, namun ia hanya mampu menahannya di dalam hati. Setelah menemukan program siaran musik yang dimaksud, ia melempar remote TV-nya hingga mendarat di dekat bokong Yoongi.

"Mau kemana?" tanya Yoongi saat Jimin hendak kembali ke dapur.

"Memasakkan hyung makan malam," jawab Jimin dengan nada ketus. "Mau apa lagi?"

Yoongi menepuk sofa di sampingnya menggunakan tangan kirinya yang tidak sakit. "Duduk di sini."

"Tapi 'kan-"

"Nanti saja memasaknya," sela Yoongi sebelum Jimin sempat mengajukan protes. "Aku belum lapar."

Lagi dan lagi, Jimin hanya mampu menghela napas. Ia memilih untuk mengalah dan mendudukkan dirinya di samping Yoongi. "Sekarang apa lagi?"

Yoongi tersenyum dan merebahkan kepalanya di atas paha Jimin. Ia lalu meraih tangan kekasihnya dan menempatkan tangan pemuda itu di kepalanya. "Kepalaku gatal, Chim. Tolong digaruk."

Tuh, 'kan.

Jimin tidak mengada-ada, 'kan?

Tidak heran, 'kan, jika terkadang ia merasa dongkol?

Story of Suga & Chim || YoonMin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang