20 - Eksekusi

4.1K 472 76
                                    

Semuanya berawal ketika Taehyung tak sengaja melihat sosok Yoongi yang tengah duduk sendiri di salah satu meja kantin pada jam istirahat siang waktu itu.

Bermaksud menyapa sang kapten, Taehyung memisahkan diri dari gengnya dan beranjak menyambangi Yoongi. Ia mengurungkan niatnya untuk mengucapkan salam ketika menyadari Yoongi yang sedang terpaku mengamati suatu titik tanpa sekalipun berkedip. Diikutinya arah pandang Yoongi, dan tertangkaplah objek yang berhasil mencuri perhatian sang kapten. Tak begitu jauh dari meja itu, terlihat sosok Park Jimin yang sedang asyik tertawa bersama teman-temannya.

Yoongi sepertinya larut sekali dalam kegiatan observasinya, sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Taehyung. Dan dari tatapannya yang begitu intens itu, Taehyung langsung tahu bahwa sang kapten rupanya telah diam-diam menyimpan rasa pada pemuda yang ia sebut sebagai musuhnya itu.

"Seseorang takkan memandangi musuhnya dengan tatapan penuh cinta seperti itu, hyung."

Yoongi seketika terlonjak hingga nyaris terjungkal ketika merasakan sebuah tepukan ringan yang hinggap di bahunya. "S-sejak kapan kau di sini, Taehyung?" tanyanya gelagapan.

Taehyung mendudukkan diri pada bangku kosong di samping Yoongi seraya memegangi perutnya yang terasa kram. Melihat reaksi Yoongi yang seperti maling habis kepergok oleh pemilik rumah itu benar-benar membuatnya tak kuasa menahan tawa. Andai Taehyung membawa sebuah kamera saat itu, mungkin ia sudah mengabadikan momen super langka itu dan menggunakannya sebagai senjata andalan untuk mengancam sang kapten.

"Itu tidak penting, hyung," balas Taehyung setelah tawanya mereda. "Yang jelas, aku tidak melewatkan kesempatan berharga untuk menyaksikan Kapten Min yang sedang terlena memandangi sosok Park Jimin di sebelah sana."

Yoongi menghela napas pasrah. Ia sudah tertangkap basah. Tidak akan ada gunanya ia membantah, apalagi pada manusia keras kepala macam Taehyung. Bisa dipastikan waktunya hanya akan terbuang sia-sia jika ia sampai mencoba beradu argumen dengan rekan setimnya itu.

"Kau tidak berniat membela diri, hyung?" tanya Taehyung, sedikit heran karena tak biasanya Yoongi masih tetap kalem setelah ia usili. "Ternyata kau juga manusia biasa ya, hyung. Aku jadi lega."

Yoongi mengernyit, merasa bingung sekaligus tersinggung karena ucapan Taehyung. "Apa maksudmu? Kalau aku bukan manusia biasa, lantas apa?"

Taehyung hanya menyengir sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Habisnya selama ini kau hanya terlihat fokus pada idealismemu, hyung. Jadi, kupikir kau tidak tertarik pada cinta dan hal-hal semacamnya."

Yoongi tak menanggapi. Ia meraih cangkir espresso yang sedari tadi tak disentuhnya sama sekali, lalu menyeruput isinya yang telah mendingin. Sementara itu, Taehyung yang mulai penasaran tentang seluk beluk kisah cinta sang kapten, memutuskan untuk menggunakan kesempatan eksklusif ini untuk mengorek informasi sebanyak-banyaknya. Lumayan, nanti bisa dijadikan bahan gossip yang seru untuk dibagi bersama sekutu-sekutu laknatnya di klub basket.

Setelah memastikan Yoongi sedang berada dalam mood yang bagus untuk diwawancarai, Taehyung mulai melancarkan aksinya. Ia memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman, lalu menatap Yoongi dengan tatapan serius.

"Omong-omong, hyung ... sejak kapan kau menyukai Park Jimin?" tanyanya hati-hati.

Yoongi mengendikkan bahunya acuh tak acuh. "Entahlah ... aku juga tak begitu yakin." Kedua matanya kini terlihat menerawang, seperti sedang berusaha mengingat sesuatu. "Mungkin sudah sejak SMP."

"SMP?!"

"Dulu aku sempat satu SMP dengannya di sini, sebelum aku pindah ke Daegu."

Selain sebagai rekan satu klub, Yoongi dan Taehyung bisa berteman dengan akrab karena mereka juga memiliki kampung halaman yang sama, yaitu Daegu. Rumah keluarga mereka di sana juga tak begitu jauh, hanya berjarak beberapa blok. Ketika masa liburan panjang tiba, mereka sering janjian untuk pulang kampung bersama.

Story of Suga & Chim || YoonMin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang