"Rupanya kau masih saja suka menyiksa dirimu."
Bagaikan déjà vu, kejadian setahun yang lalu seolah kembali terulang di tempat yang sama, di waktu yang nyaris bersamaan, hanya saja dengan kondisi yang sedikit berbeda. Kali ini, Jimin bersyukur kondisinya tak semengenaskan dahulu saat orang yang sudah ditunggu-tunggunya itu akhirnya muncul di ambang pintu ruang klub tari yang dibiarkan terbuka setelah ditinggalkan oleh Jungkook beberapa jam yang lalu.
"B-bukan urusanmu."
Jimin merutuki lidahnya yang mendadak kaku hingga membuat suara yang ia keluarkan terdengar bergetar.
Memang tak bisa disangkal, meski ia sudah menyiapkan diri untuk menghadapi pemuda itu, tetap saja perasaannya tidak akan pernah bisa dibohongi. Sebaik apapun ia berusaha menyembunyikannya, Jimin yakin Yoongi bisa menangkap kegugupannya saat ini. Terlebih lagi, saat ia melihat pemuda itu menyunggingkan seulas senyum sambil menyandarkan tubuhnya di daun pintu. Dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, pemuda itu seolah ingin menegaskan kalau dirinya sedang mengejek Jimin yang mati-matian menahan diri agar tidak kabur dari ruangan itu.
"Dulunya memang iya, tapi sekarang sudah beda cerita," ujar pemuda itu, membuat Jimin mengerutkan kening.
"Apa maksudmu?"
Ia tidak ingin berharap, namun Jimin bisa melihat senyum pemuda itu perlahan berubah.
"Aku tidak suka melihat kekasihku menyiksa tubuhnya sendiri seperti itu, jadi jangan terlalu sering memaksakan dirimu."
Baru saja ia akan merasa tersentuh dengan kalimat tak terduga yang diucapkan Yoongi, namun tidak jadi saat pemuda itu kembali melanjutkan.
"Apalagi sekarang tubuhmu itu kelihatan semakin berisi. Aku tidak akan sanggup menggendongmu ke ruang kesehatan lagi."
Jika saja ada benda yang bisa ia raih di dekatnya saat ini, ingin rasanya Jimin melemparkannya tepat ke wajah menyebalkan itu. Sayangnya, sekarang ia masih berbaring di lantai ruang klub tari yang bebas dari benda apapun, dan tenaganya yang sudah hampir terkuras habis akibat latihannya barusan, membuatnya hanya mampu membalas ejekan pemuda itu dengan sebuah dengusan kasar dan tatapan tajam yang sepertinya sama sekali tidak memberikan efek yang berarti.
"Enyah saja sana, Min Yoongi!"
Yoongi terkekeh pelan melihat ekspresi dongkol Jimin yang selalu berhasil membuatnya merasa tergelitik. "Bukankah tadi kau yang menyuruhku datang kemari? Mengapa sekarang kau malah mengusirku?"
"Ah ya, kau benar." Jimin mengangguk-angguk. Ia bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk bersila menghadap Yoongi. "Kuharap kau tidak keberatan meluangkan sedikit waktumu yang berharga untuk memberiku penjelasan mengenai semua yang terjadi hari ini."
"Memangnya apa lagi yang kurang jelas bagimu?"
Jimin memutar bola matanya jengah. "Apa kau sedang berpura-pura bodoh? Tentu saja aku ingin mendengar tentang alasanmu," tuntutnya tak sabar. "Apa yang membuatmu tiba-tiba melakukan semua ini? Karena seingatku, kemarin-kemarin kau masih betah melihatku dengan senyum mengejekmu yang memuakkan, tapi kenapa sekarang kau malah memberiku senyum idiot seperti itu?"
Senyum Yoongi seketika lenyap, digantikan dengan raut wajahnya yang berubah datar kembali. Jimin benci mengakuinya, namun ia bisa merasakan tubuhnya yang tiba-tiba menegang melihat ekspresi serius Yoongi.
"Baiklah, akan kuberitahu jika itu maumu. Tapi sebelum itu, ijinkan aku untuk menceritakan sebuah kisah padamu terlebih dahulu." Pemuda itu menatap Jimin tepat di manik matanya, membuat Jimin mampu merasakan adanya kesungguhan dari setiap kata yang terlontar dari bibirnya. "Kisah ini menceritakan tentang Suga, Chimchim, dan kesalahpahaman di antara mereka."
"Menggelikan," gumam Jimin tanpa sadar, membuat pemuda di hadapannya mengangkat sebelah alis.
"Maaf?"
"Terserahlah, lakukan saja sesukamu."
Yoongi menarik napas panjang dan membuka mulut, hendak memulai ceritanya saat tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Oh ya ..." Tatapannya yang semula tertuju pada Jimin kini teralih menuju bangku yang terletak di dekatnya. "... bolehkah aku duduk dulu? Rasanya tidak nyaman bercerita dengan posisi seperti ini. Punggung dan kakiku rasanya mau patah."
Nyaris saja Jimin meledakkan tawa kencang mendengar nada jenaka dalam ucapan Yoongi, namun ia segera sadar diri. Ia menampar-nampar pelan bibirnya yang terasa berkedut-kedut dan memasang tampang sedatar mungkin.
"Aku mungkin bukan seorang pendongeng yang baik." Pemuda itu kembali berkata saat sudah menyamankan posisinya. "Tapi kuharap, segalanya menjadi jelas bagimu setelah kau mendengar cerita ini."
Jimin tak memberi respons. Bersamaan dengan Yoongi yang mulai menceritakan kisah mereka, ingatannya seolah kembali terputar ke masa 4 tahun silam. Ke masa di mana ia pertama kali bertatap muka dengan pemuda yang kini entah bagaimana telah menjadi kekasihnya itu.
...
A/N:
I am really sorry but, it took me a few days to think about this over and over again :(Sebenarnya Chill nggak terlalu percaya diri sama work ini, tapi karena Chill udah terlanjur memulai, jadi Chill harus menuntaskannya sampai akhir, iya kan?
[POSTED: 10.09.2018]
[EDITED: 08.02.2019]
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Suga & Chim || YoonMin [✔]
Fanfiction[Judul sebelumnya: Diary of Sweet and Swag] Kisah cinta ketua klub basket yang dingin dan cuek dengan anggota klub tari yang manis namun galak. Suga dan Chim. "Sebenarnya kau serius tidak sih mau pacaran denganku?" "Kalau aku tidak serius, mana mung...