Sengatan sensasi dingin yang menjalari pipinya membuat Jimin seketika tersentak. Dengan refleks ia melindungi pipinya menggunakan kedua tangannya seraya mendongak, merengut kesal ketika mendapati sosok yang sangat dikenalnya kini tengah tertawa penuh kemenangan. Di tangan kanan pemuda itu, tertenteng sekaleng minuman ion yang Jimin vonis sebagai senjata yang telah digunakan oleh pemuda itu untuk menyerang pipi bulatnya.
"Hyung!" protes Jimin seraya menggosok-gosok pipinya yang masih terasa dingin akibat serangan mendadak itu.
Yoongi mendudukkan dirinya di sebelah Jimin yang tengah beristirahat di sebuah bangku panjang yang tersedia di dalam ruangan klub tari. Selain dirinya dan Jimin, ruangan yang biasanya ramai itu kini tampak sepi penghuni. Mungkin teman-teman seklub Jimin sudah pulang, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat setengah jam.
"Sedang apa?" tanya Yoongi setelah tawanya mereda. "Kenapa belum pulang?"
Jimin menerima minuman ion yang disodorkan Yoongi dan meneguknya dengan rakus. Tanpa malu ia bersendawa keras setelahnya, membuat tawa Yoongi kembali meledak karena terlalu geli melihat tingkah konyol Jimin.
"Aku sedang memikirkan apa saja yang akan kuminta darimu nanti, hyung. Tapi kemudian kau datang dan mengacaukan segalanya," keluh Jimin, mengusap bibirnya yang basah dengan punggung tangannya.
Yoongi menghentikan tawanya dan menyisakan seulas senyum tipis di wajahnya. "Aku senang karena secara teknis, kau baru saja mengakui kalau kau sedang memikirkanku."
Mendengar ucapan Yoongi, membuat Jimin hendak melayangkan seruan protes. Namun, ucapan pemuda itu selanjutnya berhasil membuat ia kembali bungkam.
"Tapi, aku akan lebih senang jika kau mau jujur padaku," ujar Yoongi tenang, namun Jimin bisa merasakan tekanan dalam nada suara pemuda itu. "Apa yang sedang mengganggumu?"
Jimin tetap diam dan lebih memilih memalingkan wajahnya dari Yoongi seolah enggan menjawab. Namun, bagi Yoongi yang telah membiasakan diri membaca gerak-gerik Jimin, tatapan kosong ditambah ekspresi sendu yang kini terpasang di wajah pemuda itu sudah cukup menjadi jawaban atas pertanyaannya. Ia yakin pemuda di sampingnya itu sedang tidak baik-baik saja.
Merasakan atmosfir di sekitar mereka yang bertambah berat di setiap detiknya, Yoongi akhirnya memilih untuk mengalah dan memutuskan untuk tak terlalu menekan pemuda itu.
"Omong-omong, aku sudah mendengar perkembanganmu dari Hoseok," ujar Yoongi, mencoba mencairkan suasana dengan cara mengalihkan topik pembicaraan. "Dia bilang kau sangat hebat dan tak pernah gagal membuatnya terkagum-kagum dengan bakatmu." Sesekali ia melirik Jimin yang tak mengubah ekspresinya sedikitpun. "Duh, bagaimana ini? Sepertinya aku harus berlatih semakin keras dan menambah porsi latihan untuk timku agar tak sampai kalah darimu," keluhnya, pura-pura frustasi.
Sementara itu, Jimin masih tetap tak memberi respons. Hanya terdengar helaan napas beratnya yang membuat Yoongi semakin tersiksa oleh rasa penasaran.
"Untuk apa berbakat kalau tak mendapatkan dukungan dari orang yang paling kauharapkan," ujar Jimin kemudian, setelah jeda panjang yang membuat Yoongi hampir-hampir jatuh tertidur.
"Apa maksudmu, Chim?" tanyanya tak mengerti. "Meskipun kita sedang bersaing, aku tetap selalu mendukungmu kok."
Jimin mendengus kesal. Satu karena Yoongi masih saja suka memanggilnya dengan nama 'Chimchim' meskipun sudah berkali-kali ia tegur, dua karena pemuda itu masih saja sempat bercanda di tengah suasana serius seperti ini.
"Bukan kau, hyung," sentak Jimin, masih enggan untuk menatap Yoongi. "Tapi ayahku."
"Kenapa dengan ayahmu?" tanya Yoongi.
Jimin menghela napas berat. "Beliau melarangku ikut kompetisi."
"Kenapa?"
"Sejak awal ayahku memang tidak pernah mengijinkanku untuk ikut kegiatan klub. Beliau menyuruhku untuk fokus di bidang akademik agar aku bisa meraih prestasi."
Yoongi manggut-manggut. "Karena itukah kau masih bertahan di sini sampai selarut ini?"
"Aku ingin membuktikan padanya bahwa dance juga bisa membuatku berprestasi, hyung," aku Jimin.
Yoongi tersenyum. "Bagus, Chim," ujarnya seraya menepuk-nepuk bahu Jimin. "Masih ingatkah kau saat aku bilang kalau aku benar-benar terkesan padamu? Sekarang kau tahu alasannya. Itu karena kau tak sedikitpun menyerah meskipun orang-orang meremehkanmu. Bahkan saat ditertawai habis-habisan oleh rekan setimku pun, kau tetap melanjutkan seleksi sampai akhir. Keteguhanmu itulah yang membuatku terkesan padamu."
Jimin akhirnya memberanikan diri untuk menatap Yoongi yang masih tersenyum padanya. "Kau tahu tidak, hyung?"
"A-apa?" tanya Yoongi, sedikit salah tingkah karena Jimin yang sedari tadi menolak menatapnya, kini malah menatapnya dengan begitu lekat.
"Kalau kau melakukannya dengan benar, ternyata kau punya senyum yang sangat manis. Seperti gula."
Pujian Jimin membuat Yoongi yang semula tegang, seketika tergelak. Ia merasa lega karena akhirnya pemuda itu kembali menunjukkan sifat aslinya yang terkadang suka blak-blakan. "Makanya aku tak terlalu sering mengumbarnya, Chim. Aku takut dituntut kalau sampai membuat orang terkena diabetes," guraunya.
"Dan, diabetes itu sangat tidak baik untuk jantung," timpal Jimin dengan suara yang sangat pelan, namun Yoongi masih bisa mendengarnya karena suasana yang sepi.
"Kau bilang sesuatu, Chim?" godanya, terkekeh pelan saat melihat Jimin buru-buru bangkit dan kabur ke tengah ruangan. Meski begitu, Yoongi tahu apa yang ingin disembunyikan oleh pemuda itu. Semburat merah muda yang kini menghiasi pipi bulatnya sudah terlanjur tertangkap oleh mata Yoongi.
"Kau bilang kau dengar dari Hoseok-hyung kalau aku sangat hebat, benar?" tanya Jimin, berusaha mengalihkan topik.
Yoongi mengangguk.
Setelah menyalakan tape yang terletak di sisi ruangan, Jimin segera bersiap di posisinya. Ia berdiri menghadap Yoongi, menatapnya yang juga sedang menatap Jimin. "Mau menilainya secara langsung, hyung?"
Mendengar tawaran Jimin, Yoongi buru-buru memperbaiki posisi duduknya. "Silakan dimulai, Chimchim-ssi," perintahnya, berlagak layaknya seorang juri yang sedang menilai peserta audisi.
Jimin tergelak sebentar, sebelum akhirnya ia kembali bersikap serius. Ekspresi wajahnya perlahan berubah, mendalami karakter yang akan ia sampaikan melalui setiap gerakan dalam tariannya.
"Bersiaplah, karena saya akan membuat anda terpesona, baesim-nim."
...
[POSTED: 21.09.2018]
[EDITED: 08.02.2019]
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Suga & Chim || YoonMin [✔]
Fanfiction[Judul sebelumnya: Diary of Sweet and Swag] Kisah cinta ketua klub basket yang dingin dan cuek dengan anggota klub tari yang manis namun galak. Suga dan Chim. "Sebenarnya kau serius tidak sih mau pacaran denganku?" "Kalau aku tidak serius, mana mung...