[Warning! Chapter ini mengandung adegan kekerasan dan kata-kata yang tidak pantas. Oleh karena itu, author sangat mengharapkan adanya kebijaksanaan dari para pembaca, khususnya yang masih di bawah umur. Dan perlu diingatkan pula bahwa segala adegan dalam cerita ini tidaklah bermaksud untuk menjelekkan suatu nama atau instansi, melainkan hanya ditujukan sebagai konten hiburan semata. Terima kasih.]
...
“Syukurlah ...” bisik Yoongi lemah seraya mendekap tubuh itu dengan lebih erat. “Jimin-ah ... Chimchim-ku ....”
Berbeda dengan Yoongi yang merasa lega karena berhasil menemukan Jimin, pemuda itu justru tampak panik mendapati Yoongi yang tiba-tiba memeluknya. “Yoongi-hyung? S-sedang apa hyung di sini?” tanya Jimin. Suaranya terdengar gugup bercampur takut. Dan seolah tersadar akan sesuatu, pemuda itu kemudian meronta, berusaha melepaskan diri dari pelukan Yoongi yang semakin erat.
Yoongi tak menggubris pertanyaan Jimin. Ia menangkup pipi Jimin menggunakan kedua tangannya dan menatap pemuda itu dengan tatapan khawatir. “Kau baik-baik saja? Apa kau terluka?” tanyanya seraya memeriksa seluruh bagian tubuh Jimin yang dapat dijangkau oleh matanya, memastikan tak ada luka ataupun sejenisnya. “Katakan padaku, bagian mana yang sakit?”
Di luar dugaan, Jimin justru menghempaskan tangan Yoongi dan mendorong tubuh pemuda itu menjauh. “Sudah kukatakan padamu, hyung. Jangan temui aku!” hardiknya. Ekspresi pemuda itu tampak kaku, seolah berusaha menahan sesuatu yang tak Yoongi ketahui. “Kau sudah berjanji akan memenuhi semua permintaanku, hyung. Jadi, kumohon. Pergilah dan jauhi aku,” ujarnya penuh penekanan. Ia berbalik dan hendak melangkah pergi, namun Yoongi berhasil menahan pergerakannya. Pemuda itu menarik Jimin hingga kembali berbalik menghadap dirinya. Jimin mengernyit bingung melihat Yoongi mengangkat pergelangan tangan kirinya yang bebas dan menatap arloji yang melingkar di sana.
“Kemarin, tepat pukul delapan belas nol nol, kau mengajukan permintaan pertamamu padaku, dan saat itulah janji untuk memenuhi permintaan selama satu hari resmi dimulai,” ujar Yoongi dengan suara lantang, seakan sedang mengumandangkan proklamasi kemerdekaan. “Sekarang, sepuluh detik menjelang pukul delapan belas nol nol, yang berarti sebentar lagi genap 24 jam setelah permintaan pertama diajukan, janji selama satu hari itu akan segera berakhir,” lanjutnya, kemudian menatap tepat ke dalam manik mata Jimin yang terkesima melihat aksi kekasihnya itu. "Dan kau, tidak bisa lagi melarangku untuk menemuimu dengan menggunakan janji itu sebagai dalih, Jimin-ah."
Jimin hendak memprotes, namun Yoongi menulikan pendengarannya dan mencengkram tangan Jimin dengan lebih erat agar pemuda itu tidak bisa kabur.
“Sepuluh ...” Yoongi mulai menghitung mundur sambil sesekali melirik arlojinya.
“... sembilan ..." Jimin sadar dirinya tak punya banyak waktu dan berusaha melepaskan genggaman tangan Yoongi.
"... delapan ...” Ia meronta dan mencoba menghempaskan tangan Yoongi, namun bukannya terlepas, tangan pemuda itu justru menahan tangannya semakin erat.
“... tujuh ..." Jimin mulai kehabisan tenaga dan menyadari dirinya takkan bisa menang melawan Yoongi.
"... enam ... " Ia akhirnya berhenti memberontak dan menghela napas panjang.
"... lima ...” Berbanding terbalik dengan Jimin yang tampak putus asa, Yoongi justru menyeringai senang melihat pemuda itu kini tak bisa berkutik.
"... empat ..." Seringai Yoongi bertambah lebar melihat Jimin yang semakin pasrah.
"... tiga ..." Ekspresi Jimin tiba-tiba berubah.
“ ... dua ...” Yoongi menyadari mata Jimin tak lagi membalas tatapannya, melainkan kini tertuju pada suatu titik di belakang tubuhnya. Ada kilat ketakutan yang bisa Yoongi tangkap dari pancaran mata jernih itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Suga & Chim || YoonMin [✔]
Fanfiction[Judul sebelumnya: Diary of Sweet and Swag] Kisah cinta ketua klub basket yang dingin dan cuek dengan anggota klub tari yang manis namun galak. Suga dan Chim. "Sebenarnya kau serius tidak sih mau pacaran denganku?" "Kalau aku tidak serius, mana mung...