19 - Konsiliasi

3.5K 484 48
                                    

"Maaf."

Bagaikan selarik mantra ajaib, Jimin seolah tersedot dari pusaran kenangannya dan dibawa kembali ke dunia nyata, setelah kata keramat itu terlontar dari bibir seorang Min Yoongi. Ia mengerjapkan matanya, menatap pemuda yang duduk di hadapannya itu dengan tatapan kaget sekaligus tak percaya.

"K-kau bilang apa barusan?"

Mengabaikan raut wajah Jimin yang tampak seperti habis menyaksikan peristiwa super langka di dunia, Yoongi menghela napas pelan. "Mungkin sudah sangat terlambat untuk mengatakannya sekarang, tapi aku ingin kau tahu bahwa aku benar-benar menyesal. Karena keegoisanku, kau juga harus ikut menanggung penderitaan. Karena harga diriku yang terlalu tinggi, aku justru membuatmu semakin terluka. Aku benar-benar minta maaf, Jimin-ah."

Jimin termangu sesaat, namun kemudian ia menggelengkan kepalanya. Kali ini, giliran dirinya yang menghela napas. "Jika kuingat-ingat lagi ucapanmu saat itu, rasanya aku ingin sekali menggantungmu di ring basket, hyung," akunya, membuat Yoongi yang mendengarnya seketika merinding. "Tapi, aku juga telah menyakitimu dengan ucapanku saat kau menemuiku pada malam sebelum kau pindah sekolah waktu itu. Jadi kurasa, kita telah impas. Lagipula ...."

Jimin tiba-tiba terkekeh, menatap Yoongi yang kini mengerutkan dahinya. Menyadari raut kebingungan di wajah pemuda itu, ia buru-buru menjelaskan.

"Tak lama setelah kau pergi, semua kebenaran di balik kasus itu akhirnya terungkap. Ketiga siswa yang memberi keterangan bersamaku di ruang kepala sekolah, ternyata bukan korban yang sesungguhnya. Mungkin karena aku yang terlalu takut waktu itu, hingga aku sama sekali tak menyadarinya. Yang jelas, ketiga korban yang sesungguhnya, tak lama kemudian datang ke sekolah kita dan meminta maaf. Mereka mengaku bahwa mereka berniat menyerangmu karena tak terima atas kekalahan tim mereka saat bertanding melawan timmu."

Yoongi tampak terkejut setelah mendengar penjelasan Jimin. "Benarkah? Mereka melakukannya?" serunya dengan nada suara seolah tak percaya.

Jimin mengangguk. Raut wajahnya mendadak berubah sendu. "Kenapa kau tak mengatakannya waktu itu, hyung? Andai kau memberitahuku sejak awal, mungkin semua kesalahpahaman ini takkan terjadi."

"Ada sejarah panjang yang melatarbelakangi semua kejadian itu, Jimin-ah. Sejarah yang tak bisa dibilang indah untuk dikenang," mulai Yoongi. "Aku tidak bermaksud untuk menyombong, tapi sebelum aku menjabat sebagai kapten, nama tim basket sekolah kita sempat meredup karena beredar rumor yang mengatakan bahwa kami gemar bermain menggunakan kekerasan. Aku sendiri awalnya tak percaya, tapi Minho-sunbaenim memberitahuku kenyataan yang sesungguhnya."

Kedua mata Yoongi terlihat menerawang, seolah sedang larut menyelami kisah masa lalunya. "Minho-sunbaenim bercerita padaku bahwa rekan-rekannya seringkali menemui tim yang akan kami lawan sehari sebelum pertandingan diadakan, dan mengancam mereka agar membiarkan tim kami menang. Mereka bahkan tak segan untuk menggunakan kekerasan agar tim-tim lain tunduk pada tim kami. Makanya, saat aku dihukum, tak ada satupun rekan tim yang membelaku karena mereka tahu bahwa tradisi radikalisme itu sesungguhnya berawal dari tim kami sendiri."

Jimin menyimak cerita Yoongi dengan seksama, dan tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Jadi karena itukah kau bilang padaku bahwa jika aku bergabung dengan klub basket, maka aku akan tahu kebenarannya?"

Yoongi mengangguk. "Aku mengerti kenapa tiga siswa sekolah tetangga itu menyerangku. Barangkali mereka berpikir bahwa aku dan timku telah mengancam tim mereka sehingga mereka berniat memberontak atas kekalahan mereka."

"Karena itu jugakah kau tak bisa membela diri pada kepala sekolah, sebab itu sama saja artinya kau akan membocorkan aib klubmu sendiri?" tanya Jimin lagi.

Story of Suga & Chim || YoonMin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang