“Apa?!”
Namjoon yang saat itu tengah menikmati santap siang bersama rekannya, sontak membanting sumpit yang digenggamnya saat mendengar laporan yang disampaikan oleh Jungkook. Tanpa mempedulikan rekannya yang kini tersedak karena kaget mendengar teriakan menggelegarnya, pria berlesung pipi itu bergegas membereskan peralatan makannya sebelum beranjak meninggalkan kafetaria dan kembali ke ruang kerjanya. “Sekarang kau ada di mana, Jungkook-ssi?” tanya Namjoon seraya menghembuskan napasnya dengan perlahan, berusaha menenangkan dirinya yang sudah nyaris kehilangan kendali. Sembari mendengarkan penjelasan Jungkook, ia mengotak-atik komputer yang ada di mejanya untuk mencari data laporan kasus yang pernah ditangani oleh kepolisian sektor tempat ia bertugas saat ini.
“Gotcha!” serunya pelan saat ia berhasil mendapatkan data yang ia cari. Ia membuka data laporan tersebut dan membaca detail kasus yang tertera di sana dengan cepat. “Baiklah, Jungkook-ssi. Pertama-tama, tenangkan dirimu dulu dan coba pikirkan solusinya pelan-pelan. Aku tahu kau khawatir dan panik—akupun demikian, tapi kita tidak bisa bertindak sembarangan. Sebisa mungkin kita harus tetap tenang supaya kita bisa berpikir dengan jernih,” imbaunya. Ia bisa mendengar helaan napas Jungkook di seberang sambungan, yang menandakan pemuda itu sedang berusaha menenangkan dirinya. “Sekarang, katakan padaku semua yang kauketahui tentang masalah ini, oke?” pinta Namjoon seraya bersiap mencatat keterangan yang akan disampaikan oleh Jungkook. “Pelan-pelan saja, Jungkook-ssi.”
Jungkook terdengar menghela napas lagi sebelum mulai memberi keterangan. “Akhir-akhir ini, Kang Daniel sering menghubungiku untuk menanyakan tentang Jimin-hyung. Dia selalu mengirimiku pesan, menelponku siang dan malam, hanya untuk mencari tahu segala hal yang berkaitan dengan Jimin-hyung. Obsesinya terhadap Jimin-hyung sudah tidak mampu dibendung lagi.”
“Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya, Jungkook-ssi?” tanya Namjoon, tanpa sadar meninggikan intonasi suaranya.
“Maafkan aku, hyung,” sesal Jungkook. “Jimin-hyung sendiri yang melarangku untuk melakukannya. Katanya, jika kau sampai turun tangan, maka masalahnya akan menjadi semakin runyam. Ia tidak ingin membuatmu dan keluarganya merasa khawatir.”
Namjoon berdecak sembari mengurut kepalanya yang terasa pening. “Dasar anak bodoh,” sungutnya. “Silakan dilanjutkan, Jungkook-ssi.”
“Setelah kejadian satu tahun yang lalu, Kang Daniel tidak berani lagi mendekati Jimin-hyung secara terang-terangan. Sebaliknya, dia selalu mengawasi Jimin-hyung kapanpun dan dimanapun. Karena dia tidak bisa memiliki Jimin-hyung, dia jadi berprinsip bahwa Jimin-hyung juga tidak bisa dimiliki oleh siapapun. Dia selalu memastikan tidak ada yang berani mendekati Jimin-hyung. Itulah sebabnya Jimin-hyung selalu bersikap galak terhadap orang-orang di sekitarnya. Jimin-hyung tak ingin orang-orang yang tidak bersalah menjadi korban atas obsesi yang dimiliki Kang Daniel terhadap dirinya. Ia tak ingin kejadian satu tahun yang lalu kembali terulang. Tapi ....”
“Tapi?” tanya Namjoon tak sabar, sedikit mengernyit saat Jungkook tiba-tiba terkekeh.
“Jimin-hyung bertemu kembali dengan cinta pertamanya sejak SMP,” sambung Jungkook setelah tawanya mereda. “Dia sudah berusaha menghindar dan menjauhi orang itu. Mereka selalu bertengkar dan bersikap layaknya sepasang musuh bebuyutan. Mereka bahkan tidak malu beradu mulut di depan orang banyak.” Jungkook kembali terkekeh. “Saat kutanya mengapa, Jimin-hyung bilang karena mereka memiliki masalah yang tak terselesaikan di masa lalu. Tapi saat kupikir-pikir lagi sekarang, bukan alasan itu yang membuatnya ingin menjauhi orang itu. Jimin-hyung sendiri yang bilang padaku bahwa dia ingin melindungi orang itu. Dia tak ingin membuat orang yang dicintainya terluka karena dirinya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Suga & Chim || YoonMin [✔]
Fanfiction[Judul sebelumnya: Diary of Sweet and Swag] Kisah cinta ketua klub basket yang dingin dan cuek dengan anggota klub tari yang manis namun galak. Suga dan Chim. "Sebenarnya kau serius tidak sih mau pacaran denganku?" "Kalau aku tidak serius, mana mung...