25 - Bahaya

2.1K 266 14
                                    

Bunyi peluit panjang menjadi penanda berakhirnya latih tanding antara tim basket BigHit Senior High School melawan tim basket Waiji Senior High School.

Taehyung menghela napas panjang seraya menyeka keringat yang membanjiri dahinya. Tadi itu nyaris saja, batin pemuda itu penuh kelegaan. Sambil mengatur napasnya yang masih memburu, Taehyung kembali melirik papan skor yang kini menampilkan angka 91 dan 93. Sekali lagi, ia menghela napas lega. Jika saja Soobin—salah satu juniornya yang baru saja resmi direkrut menjadi anggota tim reguler—tidak berhasil menyumbang poin dari dunk keren yang dilakukannya pada detik-detik terakhir, mungkin pertandingan kali ini akan berakhir dengan hasil imbang bagi kedua tim.

Merasakan adanya kejanggalan dari atmosfer di sekelilingnya, Taehyung melemparkan pandangan ke arah satu-persatu rekannya yang berdiri tak jauh darinya. Meskipun pada akhirnya tim mereka berhasil mengungguli tim lawan dan memenangkan pertandingan, tak ada sedikitpun raut kebahagiaan di wajah para pemain. Tak ada selebrasi penuh histeria seperti yang biasa mereka lakukan untuk merayakan kemenangan. Semua rekannya serempak membisu, berdiri mematung di posisi masing-masing dengan wajah yang tampak lesu.

Tak hanya para pemain, para penonton—khususnya para pendukung tim BigHit Senior High School—juga tampak kecewa melihat hasil pertandingan kali ini. Mereka masih setia bersorak-sorai, mendendangkan yel-yel penyemangat seraya mengelu-elukan nama jagoan mereka masing-masing seperti biasanya. Namun demikian, saraf auditori Taehyung yang luar biasa peka juga bisa menangkap beberapa kasak-kusuk bernada cemooh yang ditujukan untuk tim mereka dari segala penjuru tribune.

Ia sendiri sebenarnya mengerti bagaimana perasaan anggota timnya dan para pendukung mereka. Sebagai tim yang ditunjuk untuk mewakili daerah mereka dalam ajang kejuaraan basket nasional yang akan digelar dalam waktu dekat, sudah pasti semua pihak memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap mereka. Latih tanding kali ini, selain akan dijadikan sebagai media evaluasi untuk menilai sejauhmana kemampuan para pemain dan seberapa efektif strategi pertandingan yang telah mereka rancang, juga sebagai ajang pembuktian bahwa mereka mampu mengemban tugas yang telah dipercayakan kepada mereka. Maka dari itu, para pemain berusaha mengerahkan seluruh kemampuan yang mereka miliki untuk memberikan hasil yang terbaik. Akan tetapi, dengan realita yang kadang memang tidak sesuai dengan ekspektasi, Taehyung yakin kepercayaan yang diberikan kepada tim mereka saat ini menjadi berkurang. Menghadapi tim yang berasal dari daerah sendiri saja mereka masih kewalahan, bagaimana mau mengalahkan tim dari daerah lain yang mungkin saja lebih kuat?

Segala pikiran yang berkecamuk di dalam benak Taehyung mendadak dibuyarkan oleh bunyi peluit wasit yang memberi isyarat kepada para pemain dari kedua tim untuk segera berbaris berhadapan di tengah-tengah lapangan. Usai memberikan penghormatan kepada tim lawan dan saling berjabat tangan sebagai simbol persahabatan, semua pemain bubar menuju bench masing-masing. Ketika Taehyung tengah sibuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan selembar handuk, ia merasakan sebuah sikutan ringan di pinggangnya. Merasa kaget, Taehyung sontak menoleh. Baru saja ia hendak mendamprat si pelaku yang tak lain merupakan rekan setimnya, pemuda bernama Jackson itu memberi isyarat dengan dagunya untuk menunjuk ke suatu titik. Taehyung mengikuti titik yang ditunjukkan oleh Jackson dan mendapati sosok sang kapten yang tengah duduk terpisah dengan tim. Entah karena tak kebagian tempat duduk di bench atau memang ingin menyendiri, Taehyung tak tahu. Yang jelas, pemuda itu terlihat menunduk dengan kepala tertutupi selembar handuk. Melihat pemandangan menyedihkan itu, Taehyung dan Jackson saling bertukar pandang. Dan seolah mengerti makna tatapan bertanya-tanya Taehyung, Jackson hanya mengangkat bahu tanda tak tahu-menahu.

‘Coba kau hampiri dia.’ Taehyung membaca isyarat yang kembali diberikan Jackson melalui tatapan mata dan senggolan di bahunya. Buru-buru ia menggeleng. Ia tahu, kaptennya itu pasti sedang galau karena situasi mereka saat ini, dan ia tidak ingin membahayakan nyawanya dengan mengusik ketenangan manusia satu itu. Menghadapi Yoongi yang sedang dalam keadaan normal saja sudah berisiko, apalagi dalam keadaannya sedang yang tidak baik. Bisa-bisa Taehyung langsung diterkam mentah-mentah.

Story of Suga & Chim || YoonMin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang