"Hyung ... boleh aku bertanya sesuatu?"
Hoseok yang sedang sibuk membenahi simpul tali sepatunya, menoleh ke arah Jimin yang duduk di salah satu bangku tak jauh darinya. Saat ini, kedua pemuda itu sedang beristirahat sejenak di ruangan klub tari setelah melakukan latihan rutin untuk persiapan kompetisi mereka.
"Sudah kau lakukan, Jim," sahut Hoseok.
Jimin mendengus kesal. "Aku serius, hyung."
Hoseok tergelak, merasa puas karena berhasil mengusili rekan sekaligus adik kelasnya itu. "Ada apa memangnya? Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"
Jimin mengangguk pelan. Wajahnya yang biasanya selalu berbinar penuh semangat, entah kenapa hari ini terlihat muram. Meskipun pemuda itu berusaha keras untuk menyembunyikannya, Hoseok masih bisa menangkap raut kegelisahan yang tercetak samar di wajah Jimin.
"Apakah itu yang membuatmu tak fokus hingga berkali-kali membuat kesalahan?" tanya Hoseok lagi, karena Jimin tak kunjung menjawab.
Jimin menunduk seraya menggumamkan kata 'maaf', merasa bersalah karena telah membuat Hoseok harus pulang terlambat karena dirinya yang terus melakukan kesalahan selama latihan sehingga mereka harus mengulang koreografinya beberapa kali. Lama ia bergeming, merenungi kembali sesuatu yang belakangan ini membebaninya, sampai akhirnya ia mengangkat wajahnya kembali dan menatap Hoseok lekat-lekat.
"Apakah kau kenal dengan Park Chanyeol, hyung?"
Mengerjap sekali, Hoseok kemudian terkekeh dan melemaskan kembali bahunya yang semula menegang. Ia sudah harap-harap cemas, mengira Jimin akan melontarkan pertanyaan mengenai sebuah persoalan riskan yang membutuhkan proses analisa yang mendalam.
'Ternyata hanya masalah gebetan toh,' pikirnya, merasa geli atas konklusi yang dibuatnya sendiri. "Siapa memangnya yang tidak mengenal pangeran sekolah kita yang satu itu? Akan sangat aneh kalau ada seseorang dari sekolah ini yang bilang kalau mereka tidak mengenal Chanyeol. Bahkan siswa-siswa sekolah tetangga saja sampai rela membangun tenda di depan gerbang sekolah hanya demi melihatnya ketika jam pulang," jelasnya, mencoba menyelipkan sedikit gurauan. Namun, bukannya terhibur, Jimin malah terlihat semakin risau. Berkali-kali pemuda itu terlihat meremas-remas tangannya, atau menggerak-gerakkan kakinya dengan tak nyaman.
"Apakah dia sepopuler itu?"
Hoseok mengangguk. Ia yang semula asyik berselonjor di lantai, kemudian bangkit dan beranjak menuju bangku tempat Jimin duduk untuk bergabung bersama adik kelasnya itu.
"Selain karena statusnya sebagai anak kepala sekolah, Chanyeol juga terkenal karena punya segudang prestasi dari bidang akademik maupun non-akademik. Dan berhubung kita hidup di dunia yang sangat menuntut masalah penampilan fisik, semua kelebihannya itu seolah makin disempurnakan oleh wajahnya yang rupawan serta perawakannya yang ideal. Tak heran jika hampir semua orang di sekolah ini mengidolakannya," jelas Hoseok. "Omong-omong, kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang Chanyeol? Apakah kau termasuk salah satu dari orang-orang itu?" godanya.
Jimin buru-buru menggeleng seraya mengibas-ngibaskan tangannya. "B-bukan, hyung."
Hoseok lagi-lagi terkekeh melihat Jimin yang tampak panik. Ia menepuk-nepuk pundak adik kelasnya itu. "Tak apa kalau kau menyukainya. Tapi kau harus siap untuk berjuang ekstra keras karena kau memiliki banyak saingan."
Jimin cemberut karena Hoseok masih saja menggodanya. "Sudah kubilang bukan begitu, hyung," rengeknya. "Terserah jika kau menganggapku aneh atau bagaimana, tapi aku sama sekali tidak tertarik padanya. Malah sebaliknya, aku merasa curiga dengan gerak-geriknya."
"Curiga?" tanya Hoseok dengan kening berkerut.
Jimin mengangguk. "Selain hal-hal yang kau sebutkan barusan, apakah ada hal lain yang kau ketahui tentangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Suga & Chim || YoonMin [✔]
Fanfic[Judul sebelumnya: Diary of Sweet and Swag] Kisah cinta ketua klub basket yang dingin dan cuek dengan anggota klub tari yang manis namun galak. Suga dan Chim. "Sebenarnya kau serius tidak sih mau pacaran denganku?" "Kalau aku tidak serius, mana mung...