6.Hukuman

137 21 1
                                    

     Sinar matahari membuat Dara terbangun dari tidur nyenyaknya. Membuka matanya dengan perlahan dan mengerjapkannya beberapa kali, lalu ia pun beranjak pergi dari kasurnya untuk ke kamar mandi dan berangkat ke sekolah.

     Hanya membutuhkan waktu 30 menit Dara sudah rapih dengan seragam sekolah seperti biasanya yaitu dengan berpenampilan nerd,ia pun keluar dari apartement nya dan mencari angkutan umum.

     Setelah Dara menemukan angkutan dan menaikinya ia terjebak macet membuat Dara sedikit resah karna 10 menit lagi gerbang sekolahnya akan segera ditutup.

     Tidak tahu darimana atau mungkin takdir. Revan berada di samping angkutan yang ditumpangkan oleh Dara dan mengajaknya bersama untuk pergi ke sekolah.

    "Turun! ikut gue."ajak Revan dengan datar sedatar-datarnya.

    "Ee--"ucap Dara ragu karna tidak enak dengan Revan yang kemarin ia caci maki namun Revan malah mengajak bareng untuk sampai ke sekolah.

     "Gc!"ucap Revan Singkat, padat dan jelas.

    "Pak saya turun disini aja ya,karna saya udah terlambat,nih uangnya."ucap Dara kepada supir angkot dan memberi uangnya lalu ia pun menaiki motor sport Revan yang sangat tinggi membuat Dara agak rumit menaikinya.

    "Lama lo."ketus Revan.

    "Lo ikhlas ngga si ngajak gue berangkat bareng?"kesal Dara karna Revan tak mau sabar.

    "Lo lama yang belakang udah nungguin"jelas Revan namun agak sedikit ketus.

    "Iya apa sabar dikira motor lo ngga tinggi."ucap Dara yang masih kesal.

    "Pegangan ngga ada bantahan!"ucap Revan yang diangguki oleh Dara dan terpaksa langsung memegang pinggangnya seperti memeluknya dari belakang. Dara kesal,itu sama saja Revan mengambil kesempatan dalam kesempitan.

    “Modus banget”Decak Dara dalam hati.

     Hening yang menyelimuti mereka berdua karna suasananya tidak ada yang mau membuka obrolan terlebih dahulu.

      Ketika mereka sudah sampai di sekolah,dan sayangnya ternyata gerbang sekolah sudah ditutup.

      "Gara-gara lo."ucap Revan dingin namun agak kelihatan ketusnya.

      "Gara-gara apaan?"tanya Dara heran.

      "Gerbang ditutup."singkat Revan yang membuat Dara semakin bingung karna omongan Revan yang super-super singkat.

      Dara pun tau apa yang dimaksud dari omongan Revan yang membuat mereka terlambat. “Moodyan banget orangnya”

     "Ko garagara gue sih? Siapa suruh lo ngajak gue?"ucap Dara tak terima.

     "Karna gue baik."kata Revan dengan pujiannya.

     "Terus gimana dong nih?"tanya Dara panik.

     "Ikut gue."ajak Revan.

     "Kemana?"tanya Dara.

     "Ikut aja."

      Akhirnya Dara mengkuti ajakan Revan yang membawanya entah kemana dan sampailah mereka di depan pagar sekolah,Dara yang tau apa maksud dari ini langsung kesal, bukannya dia tidak bisa memanjat,tetapi ia memakai rok hal itulah yang Dara takuti.

     "Gila lo, lo ngajak gue manjat pager?"tanya Dara kesal.

     "Kenapa? Lo takut?"tanya balik Revan.

     "Bukan itu masalahnya."jawab Dara.

     "Terus?"

     "Gue pake rok."jelas Dara.

Destiny DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang