Setelah pergi dari jembatan itu, Dara pergi menyusuri tebing, entah apa yang ada didalam pikirannya,ia selalu ingin sendiri, masalahnya apa manfaat dari sendiri? Apa kesenangannya? Dan Dara menjawab, sendiri itu menyenangkan, walaupun tidak ada yang memperdulikannya setidaknya ia bisa lepas dari cemohan-cemohan orang yang tidak berguna.
Dara menyender disebuah batu besar, pasalnya ketika suasana hatinya sedang tidak karuan ia akan menghabiskan waktu bersama para sahabatnya, Namun ia teringat jika tali persahabatannya sudah putus yang sudah dibangun bertahun-tahun.
"Lucu"Guman Dara sambil tertawa miris
"Arghhh gue jadi cewek lemah banget si"Kesalnya sendiri
"Dikit-dikit ngeluh dikit-dikit ngeluh"
"Ayo dong bangkit jangan kayak gini terusssss"
"Ah bodoamat"
Ia terkadang berfikir, tahun lalu kejadian keluarga nya yang membuat dia patah semangat, kemarin putusnya tali persahabatan yang membuat ia menjadi terus mengeluh dan lalu setelah ini apa? Apakah kisah cintanya? Apakah kisah cinta yang membuat hatinya remuk? Hancur berkeping-keping? Dara tersenyum miring ia harus bersiap-siap untuk melawan masalah percintaannya yang akan datang.
Tepat pukul menujukkan 00:00, seorang gadis yang sedang asik duduk menyender sambil menghisap sebuah benda pun masih setia dengan aktivitasnya.
Ia sangat suka melihat bulan dan bintang yang berkelap-kelip,para bintang sahabatnya, setia menemani hingga mentari pagi tersenyum menggantikan tugasnya menerangi bumi,menemani malamnya yang sendiri dan sepi.
Dara pernah berkhayal ia ingin menjadi seperti bulan dengan sinarnya yang menerangi gelap gulita nya malam, menemani siapa pun yang merasa sendiri termasuk dirinya saat ini,menjadi sahabat alam yang tak pernah lelah berjaga di malam hari, menemani anak manusia merajut mimpi dalam tidur lelapnya, yang tak pernah disalahkan mengapa dia ada, mengapa dia datang, mengapa dia bersinar, dan mengapa hanya ada dimalam hari.
Dan ia juga ingin seperti bintang yang setia menemani rembulan, walau cahanya terkalahkan oleh sinar sang bulan. tapi tak pernah keberatan dengan hal itu. Walau cahayanya tak lebih dari setitik tinta putih di atas selembar kertas hitam, namun itulah yang membuatnya terlihat mempesona,bagai hamparan mutiara berlian yang berkilauan ditengah gelap dan dinginnya malam, dimana tempat setiap insan menggantungkan impian dan cita-citanya, menggantungkan harapan masa depan yang lebih indah dalam hidupnya.
“Aku ingin seperti mereka penuh keikhlasan, tak pernah mengeluh memberikan seberkas cahaya di tengah gelapnya malam, bagai dua insan yang tak dapat terpisahkan, saling melengkapai keindahan satu sama lain seperti telah ditakdirkan untuk bersama selamanya, tanpa ada yang dapat memisahkan” Gumam Dara sambil mematikan sebuah benda yang bernama rokok itu.
Itulah Dara ketika sedang frustasi ia akan menghampiri benda itu dan menghisapnya. Tidak sering, itu dilakukan ketika suasana hatinya sedang dilarut kelelahan dan kesedihan
Ia terus memandangi langit yang dilengkapi rembulan dan bintang itu, entah sampai kapan ia terus seperti ini.
Dara memutuskan untuk tidak pulang dulu ke apartement Revan,karna ia sangat malas sekali jika bertemu dengannya pasti akan menciptakan perdebatan yang tidak akan kelar dan ia memilih untuk tidur di atas tebing ini,mungkin orang yang melihatnya akan disangka orang gila tetapi Dara berusaha tidak memeperdulikannya toh hidupnya memang sudah banyak dibicarakan orang.
Sebelum Dara memejamkan matanya,ia sempat menulis sebuah kata lisan di kertas yang ia bawa
15, januari 2015
Hai
Gue Dara Nantasya.
Lahir pada tanggal 17 juni 1998 tepat di negara London.Pada malam hari ini pukul 00:00,
Gue mau menyampaikan sebuah kata lisan yang ingin gue curahkan dikertas putih ini.Kata lisan yang keluar dari mulut gue sendiri, sebenarnya gue juga gatau mau nulis apa dikertas ini karna baru pertama kalinya gue nyurahin hati gue disebuah kertas putih tipis polos
Di malam ini,gue seneng banget bisa menyempatkan waktu untuk bersama dua ciptaan tuhan yang gue kagumi sedari kecil, yakni Rembulan nan Bintang. Dua cahaya yang menerangi gelap gulita nya malam.
Entah apa yang gue sukain dari 2 cahaya itu. Mungkin karena cahanya nya yang lembut serta dapat menenangkan hati dan pikiran.
Kalian tahu mengapa sampai saat ini gue masih menyukai bintang? Bukan hanya karena ia indah, bukan saja karena ia menengkankan, tapi dengan melihat bintang gue mampu mengenangnya. Gue bisa dibilang gadis yang melankolis, gadis yang manja, atau gadis yang banyak mengeluh dibawah cahayanya bintang, entahlah! Gue ngga pernah benar-benar tahu apa yang tersirat di hati seseorang karena gue bukan malaikat tentunya.
Hanya kata itu yang bisa gue tulis di kertas ini,mungkin sangat terlihat tidak jelas karna tulisan gue yang sudah seperti anak TK.
Semoga khayalanku tulisan ini dibaca oleh sang rembulan dan bintang tercapai.
Terimakasih
Dara Nantasya.Dan terlelap lah Dara dalam tidurnya dengan posisi sambil memegang pena dan kertas. Tetapi karna hembusan angin malam ini kertas itu tertiup dan melayang entah kemana.
♡♡♡
Maaf banget di part ini cuma sedikit hanya 750 kata karna sesuai judul part ini menceritakan tentang Bulan dan Bintang.
Voment😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Dara
Teen FictionDara's Destiny Sebuah kisah dimana seorang perempuan menemukan jati dirinya sendiri. Seorang mafia fake nerd yang cukup misterius dengan sejuta kemenarikannya. Baginya,memusnahkan manusia-manusia yang tidak berguna adalah suatu hal yang cukup menari...