Part 42

833 28 0
                                    

Terus berada disampingku!
itu sebuah perintah.
Itu berlaku hanya untukmu " Candra

Setelah sampai diRumah sakit Bunda Terlihat sedang berbincang-bincang dengan Ayah.
Suasananya terasa lebih enak,tidak seperti kemarin.

"Gimana udah lebih fresh?" tanya Bunda.

"Iyaa bun,
New york bikin sayang selimut hehe"

"Disini tempat tidur paling strategis Sya" Ayah ikut berpendapat.

"Iya nih yah,
Suka banget sama udaranya"

"Ohiya Can,kata dokter bunda sebentar sore sudah boleh pulang"

"Ayah gak ikut anterin bunda?" tanya Candra.

"Ikut kok"

Candra hanya mengangguk,
dia terlihat santai saja kali ini dengan Ayahnya.

"Tasya tadi bawa makanan kesini,
Ayah belum makan?" kata Candra menawarkan makan bareng sama Ayahnya.

"Iya nih ayah kelaparan"

"Tapi aku masak nasi goreng + telur doang yah hehe" aku tersenyum malu,pasalnya sudah sebesar ini masih tidak bisa memasak.

"gpp kok,
namanya juga baru mau belajar jadi calon Ibu Rumah tangga.
Iya gak Can?"

"Hah?
Eh iya yah" Candra seperti terkejut atas pertanyaan Ayah padanya.

"Kok grogi gitu jawabnya Can?" Ayah menggoda Candra.

"B aja sih hehe" Candra senyum, tapi sebenarnya dia sedang menutupi salah tingkahnya.

Bunda dan Tasya sibuk berbincang,
Entah apa yang sedang mereka bicarakan.
Aku dan Ayah sibuk melahap makanan yang dimasak Tasya.
Nasi gorengnya terasa enak.

Ditengah-tengah aku melahap makanan,
Ayah merapatkan kursi ku dengannya
Lalu ia berbicara sedikit berbisik,
Takut akan didengar oleh Bunda dan Tasya.

"Jadi gimana sama Tasya?"

"hah?
Gimana apanya yah?" kali ini Candra was-was akan pertanyaan Ayahnya.

"Ya menurut kamu Tasya
Gimana orangnya?"

"Baik kok yah"

"lebih spesifik lagi lah Can jawabannya" Ayah memang sedang memancing Candra.

"yang gimana?
Aku bingung"

"kamu suka gak sama Tasya?" Boom! pertanyaan to the point dari Ayahnya.
Rasanya bibir nya seakan tak berfungsi lagi karna tidak bisa menjawab.

"belum tahu" jawabannya singkat.

"loh kok belum tahu?
tahu nya kapan?
Nanti udah diambil orang?" Ayahnya terus memanas-manasi Candra.

"Yah aku kan punya Viola" muka Candra terlihat serius.

"Terus Tasya?" tanya Ayah sekali lagi.

"Yakan dia teman aku"

"Can...
Cukup ayah yang kaya gini"

"Udahlah yah,
Aku gak kepengen bahas itu"

"Yaudah, lanjutin makan kamu"

Mereka berdua melanjutkan kembali makannya.
Candra bernafas legah karna terhindar dari pertanyaan mematikan seperti tadi.
Rasanya keringatnya akan terus bercucuran jika dapat pertanyaan sejenis itu lagi.

Sementara Bunda dan Tasya terus saja tertawa tiap kali bercerita.
Nampaknya mereka memang cocok.

"lagi bicara apa sih?
Heboh banget dari tadi,
Kan ayah jadi pensaran" Ayah sudah selesai makan dan langsung ikut-ikutan.

"Ayah gak boleh tahu kan Sya?
Ini rahasia wanita hehe" Bunda meminta persetujuan dari Tasya.

"Iya ayah gak boleh tahu" Tasya menyetujuinya

"Aku gak boleh juga nih?" Candra ikut-ikutan juga.

"Iya dong haha" Jawab Bunda dan Tasya kompak lalu tertawa.
Entahlah apa yang sebenarnya yang mereka tertawakan.

Candra dan Ayah bingung.

Mereka seperti keluarga kecil yang dibentuk sungguh bahagia.

Kau berada disini karna sebuah alasan. " Candra

Friendzone [Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang