Part 34

878 30 0
                                    

Aku bukan lelah menunggu,
Bukan pula lelah tanpa kepastian,
Namun aku lelah akan harapan. " Tasya

Hari ini aku sudah diperbolehkan pulang,jadi Kris nganterin ke Apart.
Awalnya aku udah nolak,
Soalnya kasian Kris dari kemarin ngurusin aku terus,pasti dia capek.
Cuma ya gitu dia maksa banget mau nganterin,katanya nebus kesalahannya, Padahal kan dia gak salah.

"gak pusing kalo jalannya?" Kris khawatir kalau nanti Tasya jalan malah pusing dan bakal pingsan lagi.
Sebenarnya sedikit berlebihan sih.

"aku gpp kok,aku masuk ya" aku senyum ke arah Kris,lalu membuka pintu mobil untuk keluar.

"yaudah,kalo kenapa-napa hubungi aku ya Sya" Kris berbicara melalui kaca jendela mobilnya.

"iyaa,makasih ya Kris,
Kamu hati-hati." sekali lagi aku tersenyum,lalu Kris mengangguk dan langsung beranjak.
Ada mata kuliah pagi ini makanya dia harus buru-buru.

***
BUNDAAAAAAA!!!

Betapa terkejutnya Candra yang mendapati Bundanya terbaring lemas dilantai,disekitarannya berhamburan obat-obatan yang sudah kosong tak berisi lagi.

Secepat kilat Candra mengendarai mobilnya,dia tak pusing lagi dengan kecepatan yang tinggi,yang ia pikirkan hanyalah keselamatan Bundanya.

sesampainya diRumah sakit Candra langsung meminta perawat agar Bundanya segera ditolong,
Beberapa perawat langsung membawa Bundanya keruang IGD agar cepat ditangani.

Candra menunggu diruang tunggu dengan cemas,mukanya pucat,dalam hati ia terus berdoa agar Bundanya tertolong.

Untuk beberapa saat kemudian Dokter keluar dari ruangan.
Candra berdiri mendekati.

"anda keluarganya?" Tanya dokter

"iya,saya anaknya.
Bagaimana keadaan Bunda saya?" Candra sangat takut saat ini,ia takut hal yang tak diinginkan terjadi padanya.

"Keadaan pasien sekarang masih kristis akibat overdosis obat yang ia komsumsi,kita harus menunggu sampai pasian kembali sadar.
Keluarga sudah diperbolehkan untuk masuk, saya harap keluarga tetap berdoa dan bersabar." Jelas dokter,lalu berpamitan untuk kembali untuk memeriksa pasien yang lain.

"Terima kasih dok" lalu Candra masuk keruang IGD untuk melihat kondisi Bundanya.

"Bun,apa ini terlalu berat?
Apa bunda terlalu sakit?
kenapa bunda gak sayang sama diri bunda sendiri?
kenapa bunda harus sebodoh ini?
Aku gagal bun, aku gagal jadi anak bunda yang harus menjaga bundanya sendiri." orang yang sedari tadi Candra ajak bicara tak bergeming sedikitpun, bundanya masih tak sadarkan diri.

Tak lama kemudian seorang lelaki masuk keruangan, Candra sedikit menatap sinis kearah orang itu, Siapa lagi kalau bukan Ayahnya.

"Ngapain?
Udah puas buat bunda kek gini?
gausa sok peduli sama bunda!!!" Candra langsung menyerang ayahnya dengan kata-kata pedas.

"Can maafin ayah..
Ayah gak pernah bermaksud buat bunda kek gini,
Ayah merasa bersalah banget."

"seharusnya emang gitu.
bahkan ayah lebih dari bersalah,
kalo ayah cuma nyakitin bunda lebih baik urus surat perceraian itu!" Candra memang sudah sangat marah pada ayahnya,siapa yang tidak akan marah ketika Bundanya hampir saja mengakhiri hidupnya karna lelaki itu.

"Ayah tahu,
Tapi beri ayah kesempatan sekali lagi"
tatapan ayah memohon.

"Bukan aku yang berhak buat ngasih kesempatan!
tapi sekali lagi aku mohon,
Kalau ayah datang kesini hanya karna merasa kasian,tolong ceraikan bunda sesegera mungkin!!!
aku tidak ingin hal ini terjadi kedua kalinya." entah mengapa Candra tak bisa melembut ketika meladeni lawan bicaranya ini,ia terlalu kecewa.

"ijinin ayah jagain bunda disini sampe bunda sadar" ayah kembali menatap ke Candra dengan muka memohon.

"terserah"

Setelah itu ayahnya duduk diseberang sambil memandangi istrinya yang nampak pucat,dan lemah itu.
Ia merasa bersalah telah menyakiti perasaan wanita yang telah hidup cukup lama bersamanya itu.

Bersabar bukan lagi solusi yang tepat bagiku! " Bunda

Friendzone [Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang