Part 43

812 39 0
                                    

Kau berada disini karna sebuah alasan " Candra

Sore ini Bunda sudah keluar dari Rumah sakit.
Kami sudah pulang kerumah.
Ayah juga ikut bersama kami,
Tentunya rumah mereka adalah rumah ayah juga.
Jadi tiada salahnya jika Ayah ikut.

Setiba dirumah kami semua duduk di sofa.
Keheninganpun terjadi,
Suasana mendadak canggung.

"Can...
Ayah pengen bicara" Ayah membuka pembicaraan, membuat kami semua menatap kearah Ayah.

"Tasya disini aja gpp kok" lanjut Bunda, aku hanya mengangguk.

"Bicara aja yah" jawab Candra tetap fokus ke Ayah,menunggu apa yang akan dibicarakan sebenarnya.

"Jadi,Ayah sama Bunda udah mutusin semua" raut wajah Candra sedikit berubah, ia sedikit tegang.

"Kita tidak akan bercerai" lanjut Ayah, Aku dan Candra menatap ke arah Ayah dan Bunda menunggu penjelasan.

"Bunda udah kasih kesempatan kedua ke Ayah, dengan syarat kalau hal ini terjadi lagi, kita tidak perlu untuk bicara lagi, tapi langsung bercerai saja." lanjut bunda menjelaskan.

"Candra terima apa yang jadi keputusan Ayah dan Bunda, tapi aku punya satu permintaan ke Ayah" Bunda dan Ayah saling bertatapan lalu kembali menatap ke Candra.

"Apa can?" tanya Ayah.

"Ayah gausa kerja lagi,
Setelah Candra wisuda nanti aku yang bakal ganti"

"Yaudah kalo gitu,
Untuk semntara waktu Ayah kerja dulu nunggu sampai kamu wisuda.
Tapi jam kerja Ayah gak akan seperti kemarin, Ayah bakal pulang saat jam pulang tiba" Ayah berusaha meyakinkan Candra.

"Aku setuju" lalu semua bernapas legah, masalah ini kelar.

Tasya sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka, tanpa dia sadari air matanya menetes, kepalanya tertunduk.

Sadar akan sikap Tasya,
Candra menoleh ke arahnya.

"Kamu kenapa Sya?" Punggung Tasya terlihat bergetar, menandakan dia sedang menangis.
Dia berusaha mengigit bibir bawahnya, menahan isakan yang akan keluar.

"Kamu kenapa sayang?" Bunda mendekati Tasya.

Untuk beberapa menit Tasya masih belum menjawab, kepalanya masih tertunduk, wajahnya tertutupi rambutnya.

"Ayah sama Bunda istirahat dulu ya,
Biar Candra yang bicara sama Tasya" Bunda mengangguk, karna Bunda tahu apa yang sedang Tasya rasakan.
Setelah tersisakan mereka berdua,
Candra sedikit mendekat ke Tasya.

"Sya..
Liat aku, kamu kenapa hm?" suaranya melembut.

"Aku kangen mama sama papa" isakannya tak tertahankan lagi, air matanya menetes dengan derasnya.

"Sya...
Ada aku,ada bunda,ada ayah juga.
Kamu boleh anggap mereka sama seperti mama sama papa,
kamu jangan nangis ya" Candra membelai rambut Tasya dengan lembut.

"Can aku gak bisa lama dikeluarga ini" air matanya menetes lagi.

"Bilang ke aku apa alasannya?
Kamu boleh beratus-ratus tahun disini Sya,gak bakal ada yang ngelarang" Candra memeluk Tasya,berusaha meredakan tangisnya.

"Aku pengen kecil lagi Can,
Aku masih belum siap buat beranjak dewasa kaya gini"

"Sya...
Gak ada bedanya kok,
Buktinya aku selalu disamping kamu" bukannya mereda, malah tangis Tasya semakin menjadi.

Tasya hanya diam,
air matanya terus mengalir,
di lubuk hatinya terasa lebih sakit.

Setelah mereda tangisannya,
Candra mengantarkan Tasya untuk tidur, sepertinya dia kelelahan.

Apa kau tahu?
Kau berada dekat dengan ku namun mengapa aku masih saja tidak terlihat olehmu? " Tasya

Friendzone [Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang