Part 39

833 28 0
                                    

Dulu kau yang menangis,
Dulu akulah yang akan menenangkanmu.
Sekarang itu berbalik,
Anakku kini adalah penguat bagi ku " Bunda

Hari ini Tasya tiba di New York pukul 07.30 pagi waktu setempat.

Saat keluar dari pintu kedatangan terlihat Candra sudah menunggu diantara orang-orang yang tengah menjemput kedatangan keluarga mereka ataupun kerabat.

Candra melambaikan tangannya dan tersenyum ke arah ku,segera aku hampiri dia.

"Capek ya Sya?
Sini aku bawain kopernya"

"hehe lumayan sih"

"Langsung ke Rs dulu apa mampir ke Rumah aku dulu?"

"Ntar aja kerumah,
Aku pengen ketemu bunda"

"Yaudah,kita ke Rs dulu" Aku dan Candra bergegas menuju Rumah sakit dimana Bunda dirawat.

Untuk beberapa menit mobil terasa hening, Aku dan Candra sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Sya" tiba-tiba Candra menepikan mobilnya.

"Loh kok berhenti?" aku menatap kearah Candra

"Ayah sama Bunda bakal cerai" aku terkejut,karna yang ku tahu keluarga mereka sangatlah erat dulunya.

"Can,
Selagi bunda sama ayah masih sehat
Itu patut buat kamu syukuri.
Jangan berlarut dalam kesedihan,
Mungkin Tuhan punya rencana lain melalui ini" aku berusaha menguatkan Candra.

Candra tersenyum padaku,namun senyumannya sedikit dipaksa.
Setelah itu Candra kembali menyetir mobilnya,melanjutkan perjalanan kita menuju Rumah sakit.

Setelah beberapa menit lamanya,
Akhirnya kita tiba di Rumah sakit.
dan langsung keruang dimana Bundanya Candra dirawat.

Saat Candra membuka pintu,
terlihat seorang wanita tengah berbaring lemas,namun kecantikkannya masih terus terpancar.

"Tasya,sini sayang" tangan Bunda terbuka lebar, ternyata sedari tadi ia sudah menunggu Tasya datang.

"Bunda aku kangen" aku memeluk Bunda dengan erat.

"Bunda juga kangen sama kamu"

"Bunda cepat sembuh ya"

"Iya sayang,
Kamu disini berapa hari?"

"3 hari bun"

"yah kok cepat banget?"

"hehe aku mau skripsi jadi gitu deh bun"

"wahh anak bunda hebat,
Candra juga udah mau skripsi"

Sedari tadi Candra hanya menyimak apa yang sedang dibicarakan dua orang wanita didepannya ini.
Entah sejak kapan, yang Candra lihat
Bunda dan Tasya sangat dekat satu sama lain.
Candra senang akhirnya bundanya bisa senyum lagi karna adanya Tasya.

"Kamu udah makan Sya?" tanya bunda

"hehe belum bun"

"Yaudah,kamu cari makan dulu gih sama Candra"

"Ntar aja Bun,
Aku masih pengen disini sama Bunda" Tasya menolak karna dia memang masih pengen kangen-kangenan sama Bunda.

"Nanti kamu sakit sayang" bunda membelai rambut panjang Tasya yang tergerai.

"Candra kok gak ditanyain bun?" Aku dan bunda menatap Candra,lalu tertawa.
Bundanya sampai lupa sama anaknya sendiri.

"Kamu kan bisa cari makanan
sendiri Can" Bunda pura-pura gak peduli.

"Bunda gak asik nih" Aku dan Bunda tertawa lagi, melihat Candra kecewa dengan jawaban bundanya.

"Yaudah,ntar kamu anterin Tasya cari makan sekalian kamu juga makan ya"

"Ntar bunda siapa yang jagain?" tanya Tasya.

Belum sempat Bunda menjawab,
Pintu ruangan terbuka,ada yang masuk. dan yang datang adalah Ayahnya Candra.
Kami hanya saling memandangi.

"Loh Tasya kapan datang?" tanya Ayah memecahkan kecangunggan.

"Eh ayah,barusan kok" aku bangkit dari tempat duduk,lalu menyalami tangan Ayah.

"Sini duduk yah" ajak Bunda.

"Yaudah bun,Aku anterin Tasya ke Rumah dulu nanti bunda dijagain Ayah dulu ya" Candra bangkit dari tempat duduknya.

"Ohiya yaudah,biar ayah yang jagain Bunda" Kata Ayah,yang langsung dibalas anggukan dari Bunda.

Candra dan Tasya pun langsung bergegas ke Rumahnya Candra.
Soalnya Tasya harus mandi biar lebih segar sama sekalian makan.

Aku percaya badai pasti berlalu. " Tasya

Friendzone [Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang