Disaat Felice membuka pintu berniat untuk turun, Adhitama menahan tangannya. Ia menoleh dengan wajah kesalnya.
"what else?" tanyanya dengan kesal.
"after work go straight to my house. dont go anywhere"
Felice memutarkan bola matanya malas. Tanpa menjawab Adhitama, ia langsung turun dari mobil yang ia tumpangi tadi.
Setelah memastikan Felice sudah masuk ke dalam gedung barulah Adhitama melajukan mobilnya meninggalkan gedung itu. Meskipun ia hanya tertarik kepada wanita itu tanpa perasaan apapun, tetapi ia tetap harus menjaganya. Ia tidak mau wanita yang dijodohkan dengannya terluka sedikit pun. Ia juga tidak ingin wanita yang dijodohkan dengannya jalan dengan lelaki lain tanpa sepengetahuannya dan tanpa seizinnya. Biarlah orang menganggap dirinya posesif tapi itulah nyatanya.
Hari ini berita perjodohan Felice dan Adhitama akan diumumkan kepada masyarakat. Berita itu akan diungkap di majalah-majalah ternama, koran ternama dan stasiun televisi ternama. Ini semua bukanlah kemauan Felice maupun Adhitama, melainkan kemauan orangtua mereka berdua karena mereka sendiri pun tidak tahu akan ini.
"i go to toilet first" pamit Adhitama.
Sekarang tinggallah orangtua kedua belah pihak.
"Semoga mereka berdua mau menerima perjodohan ini" ucap ayah Felice.
"iya aku harap mereka mau menerimanya" balas om Alex.
"semenjak kita memberitahu bahwa mereka akan dijodohkan tadi, mereka hanya diam" balasnya.
"mereka juga gak bilang gak mau. Kalau gitu kita anggap saja mereka menerimanya" balas om Alex.
"kita juga harus memberitahukan berita bahagia ini kepada masyarakat agar tidak ada yang berani mendekati kedua anak kita lagi" timpal om Alex.
Ayah Felice hanya menganggukan kepala. Begitu juga dengan ibu Felice dan tante Layla.
Setelah kembali dari kantor Felice, Adhitama langsung pulang ke penthousenya. Ia tidak kembali ke kantor lagi karena pekerjaan hari ini tidak banyak dan sudah diselesaikannya tadi sebelum jam makan siang.
"have you moved all Felice's stuffs?" tanya Adhitama kepada anak buahnya melalui telepon.
"yes sir" balas yang diseberang sana.
"good" kata Adhitama.
"anythi..."
Tidak sempat anak buahnya selesai mengucapkannya, Adhitama sudah memutuskan panggilan sebelah pihak.
Ting
Adhitama keluar dari lift dan langsung menuju ke kamar yang akan menjadi kamar Felice nantinya. Kamar itu terletak di lantai dua dan tepat di sebelah kamar Adhitama. Di kamar ini hanya terdapat tiga warna yaitu putih, abu dan hitam. Dari apa yang Adhitama tahu, Felice menyukai warna monokrom dan ia menyukai sesuatu yang simpel. Oleh karena itu Adhitama mendekor kamar ini sesimpel mungkin.
Ia membuka pintu dan melihat semua barang Felice sudah tersusun rapi di lemari dan di meja. Kamar tersebut sudah siap dipakai.
Tring tring
Tiba-tiba ponsel Adhitama berbunyi. Ternyata ia mendapat telepon dari orang kepercayaannya yang ia tugaskan untuk mengurus proyek yang sedang ia bangun. Seketika tampak lelaki itu menanggapi telepon dari orang kepercayaannya dengan mengerutkan keningnya.
"just control it. I cant go there. i got a lot of things to do here"
"alright sir"
"i'll go there when i finished here"
Setelah mendapat kabar dari orang kepercayaannya yang memberi tahu ternyata proyek yang sedang ia bangun memiliki masalah, ia langsung mengirimkan email ke perusahaannya yang berada di satu negara dengan proyek yang sedang ia bangun. Ia
menyuruh manager perusahaan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di proyeknya. Meskipun perusahaannya yang berada di Seattle berbeda dengan perusahaannya yang itu, tetapi perusahaan itu masih dalam bidang yang sama yaitu hotel & resort.Di tempat lain, seorang wanita baru saja menyelesaikan pekerjaannya. "huft selesai juga" ucap Felice.
Hari ini pekerjaannya bisa di bilang banyak. Dokumen menumpuk dimejanya. Setelah kembali ke kantor ia langsung mengerjakan semuanya. Ia berusaha untuk tidak lembur kerja.
Karena jam sudah menunjukkan jam pulang, ia pun langsung meninggalkan kantor. Hari ini ia akan mulai tinggal bersama Adhitama. Jarak dari penthouse Adhitama dengan kantornya memang lebih dekat jika dibandingkan dengan jarak penthousenya dengan kantornya.
Selama 20 menit membelah jalanan kota Seattle akhirnya ia sampai. Ia langsung menekan tombol angka yang ada di dalam lift.
Ketika ia berjalan memasuki penthouse ia tidak melihat ada seorang pun disana. Ia lalu berjalan menuju lantai dua dan melewati sebuah ruangan dengan pintu terbuka. Ia mengintip ke dalam ruangan tersebut. Terlihat Adhitama sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya. Semenjak ia menerima kabar adanya masalah dengan proyeknya, Adhitama mendapat kerjaan yang membuatnya lumayan sibuk.
"where's my room?" tanya Felice tanpa menyapanya terlebih dulu.
"beside" dan tanpa menoleh juga Adhitama menjawabnya.
Setelah itu Felice langsung berjalan kesebelah, yaitu kamarnya. Ia berjalan memasuki kamarnya dengan sambil menelusurinya.
"ternyata tau seleraku juga" batinnya.
Di tengah ruangan bertemulah dirinya dengan separuh jiwanya - kasur. Ia merebahkan badannya disana. Tiba-tiba keluar keinginan untuk sedikit bermain dan melepas penat dari dirinya lagian Adhitama juga sibuk dengan pekerjaannya. Lalu ia pun mengeluarkan ponselnya berniat untuk mengajak kedua sahabatnya untuk pergi ke club malam ini. Tapi berujung lain, ia malah membuka room chat Alister. Lelaki itu benar-benar hilang. Felice sudah kebal dengen hilangnya Alister meskipun ia tetap saja memikirkannya. Lelaki itu akan datang dengan sendirinya ketika waktunya sudah tepat.
Ia mengajak kedua sahabatnya untuk pergi ke sebuah club yang ternama yang di datangi oleh kalangan atas. Ini bukan pertama kalinya ia pergi ke tempat begitu meskipun dirinya adalah seorang introvert. Perlu kalian ingat, Felice dan kedua sahabatnya pecinta dunia malam.
Kedua sahabatnya sudah mengiyakannya dan akhirnya setelah sekian lama tidak menikmati dunia malam, malam ini ia akan merasakannya lagi.
Apakah keputusannya malam ini akan membantunya melepas penat atau akan menambah beban pikirannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SAVIOR BILLIOANIRE [COMPLETE]
RomanceALISTER GALEN ARMANDO. Youngest and hottest CEO. Kekayaan, tampang, dan tingkahnya yang mampu membuat semua wanita luluh padanya. Tidak ada yang tahu dibalik tingkahnya yang membuat para wanita menggilainya terdapat penyesalan yang teramat dalam. Pe...