***
"Hoam.." gumam seorang gadis yang baru saja bangun dari tidur nyenyaknya semalam. Dahinya mengernyit karena merasakan cahaya matahari yang memasuki jendela kamar kini mengenai matanya.Berbeda dengan gadis lain yang pada umumnya tampil fresh pada saat bangun, pesona gadis ini sungguh berbeda.
Rambut bergelombang miliknya kusut dan mengembang, kantung mata karena begadang untuk melihat drama, bekas air liur yang mengering di pipi kirinya dan keadaan kamar yang sungguh sangat rapi.
Rapi dalam tanda kutip. Bantal tergeletak di sembarang tempat. Selimut bergambar logo Golden State Warriors-tim basket favoritnya-berada di lantai bersama dengan beberapa kertas sobekan bekas ia menggambar.
"Jam ber-" Baru saja ia hendak duduk dan membuka mata, tiba-tiba..
"JEN! MAU BANGUN JAM BERAPA KAMU?!" teriak Mama dari lantai bawah mengejutkannya.
Masih dengan mata terpejam Jennie terduduk.
"Sial!" umpatnya saat melirik ke arah jam dinding. Sudah pukul 06.45 dan ia masih di tempat tidur.
Sontak ia berlari menuju kamar mandi. Tak sampai 5 menit ia sudah keluar dan bersiap-siap. Rambutnya disisir asal-asalan.
Jennie membereskan buku-buku yang tergeletak di meja belajar dan memasukkannya ke dalam tas. Entah buku apa saja yang ia masukkan. Yang penting bawa buku, batinnya.
Setelah mengoleskan sedikit liptint dan bedak, ia bergegas turun.
"Jennie berangkat, Mom." ucapnya sambil mengecup sekilas pipi Mama. Tangannya sempat mencomot roti panggang di meja makan. Mama hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putri bungsunya itu.
"Ma, Kak Jinan mana? Kok mobilnya nggak ada?" teriak Jennie dari teras.
Mama yang mendengarnya segera keluar menyusul.
"Kakak kamu udah berangkat dari tadi." kata Mama.
"Loh kok aku ditinggal?" Jennie manyun mendengar jawaban Mama.
"Kamu sih udah tau hari pertama masuk malah telat. Pesen.. Loh Jen mau kemana kamu?"
"Jennie mau lari aja, Ma. Ngejar angkot di depan komplek! Dah!" teriak Jennie di depan gerbang rumah.
"Loh Jen! Kan bisa pesen.." Ucapan Mama terpotong saat sadar Jennie sudah tidak nampak. Dulu aku ngidam apa bisa jadi kayak gitu, batin Mama sambil geleng-geleng kepala.
***
Nafas Jennie tersengal-sengal saat sampai di depan gerbang kampus.
"Gila, capek banget" ucapnya sambil mengusap keringat di pipi.
Pasalnya ia harus berlari sejauh kurang lebih setengah kilometer karena angkot terakhir sudah berangkat tepat 5 menit sebelum Jennie sampai.
Beruntung gerbang belum ditutup padahal sudah pukul 07.05. Jennie segera berlari masuk ke dalam kampus.
Sementara itu,
"Bin, junior lo kurang satu noh." ucap June. Hanbin mengecek list nama-nama junior yang menjadi tanggung jawabnya selama masa ospek.
"Kim Jennie.." gumamnya.
***
"1..! 2..! 3..!" Terdengar suara para senior. Jennie bergidik ngeri membayangkan hukuman apa yang harus ia hadapi karena telat pada hari pertama.
BRUK!
Tubuh Jennie nyaris terjatuh. Rupanya ia menabrak seseorang karena terlalu asik melihat junior lainnya di lapangan.
"Aduh, ngapain sih berhenti di tengah jalan." Jennie melihatnya dari ujung kaki sampai akhirnya bertatap mata dengan seseorang yang dia tabrak.
"Eh, m-maaf Kak saya nggak sengaja t-tadi.."
Hanbin berdiri di depannya sambil menyilangkan kedua tangan.
"Ikut gue sekarang." ucap Hanbin dingin tanpa melihat Jennie.
Mereka berjalan ke arah lapangan dimana para junior sedang melaksanakan ospek. Ia mengernyit heran saat seniornya ini membawa dia saja tidak dengan kelompoknya.
"Squat jump 50x."
"Iya, Kak.." Jennie mengangguk. "HAH? 50x?" ucap Jennie begitu sadar.
"Kurang?" Hanbin menatap tajam.
"T-tapi kak.." Baru saja Jennie hendak protes namun ia mengurungkan niatnya saat melihat tatapan tanpa ekspresi Hanbin.
Akhirnya dengan sangat terpaksa ia melakukan hukuman dari Hanbin.
"Aduh!" pekik Jennie saat kakinya salah tumpuan dan akhirnya terkilir pada lompatan terakhir. Ia terduduk sambil memegangi kakinya. Ia menatap Hanbin yang diam saja melihat keadaannya.
"Kaki lo kaga kenapa-kenapa. Jangan manja." ucap Hanbin berlalu meninggalkan Jennie. Sialan, batinnya.
***
Mereka kembali ke kelompok. Jennie berusaha menyamakan langkah dengan Hanbin namun kakinya terlalu sakit untuk itu.
"Kalian semua jadi tanggung jawab gue selama ospek jadi kurang-kurangin ngerepotin." kata Hanbin dingin.
"Bin, santai ae elah." ucap seseorang menghampiri Hanbin. Seseorang itu bertolak belakang dengan Hanbin. Ia terlihat ramah dan menawan.
"Sebelumnya duduk dulu semua. Kenalin gue Yunhyeong, panggil ae Yoyo. Senior galak ini namanya Hanbin." kata Yoyo memperkenalkan diri. Hanbin menatap Yoyo dingin. Sedangkan yang ditatap hanya terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Oke langsung aja. Game pertama kalian harus mindahin 10 karung beras ini ke ujung lapangan selama 10 menit sambil melewati tantangan di sepanjang lapangan. Ini melatih kerja sama kalian sebagai tim." Ucapan Yoyo mengejutkan kelompok Jennie. Terlebih Jennie karena keadaan kakinya tidak memungkinkan untuk melakukan itu.
Mau tak mau Jennie harus tetap ikut meskipun kakinya sudah memar.
Game pun dimulai. Satu persatu anggota kelompok Jennie memindahkan karung beras berpasangan. Giliran Jennie pun tiba.
Gue harus kuat, gue pasti bisa, batinnya.
Setengah tantangan bisa ia lalui dengan mengagumkan padahal keadaan kakinya seperti itu. Namun di tengah-tengah..
Kaki Jennie bergetar hebat. Ia tak mampu lagi mengangkat karung itu. Akhirnya ia terjatuh dengan keadaan karung menimpa kakinya yang kesleo akibat hukuman dari Hanbin.
Sontak kelompoknya panik dan berlari ke arah Jennie. Ingin rasanya Jennie menangis.
Sebelum kelompok Jennie sampai, tiba-tiba sebuah tangan terulur di depannya. Hanbin. Dia mengangkat karung beras itu dari kaki Jennie dan membantu Jennie bangun perlahan.
Hanbin menggendong Jennie yang masih kesakitan di punggungnya.
"Sorry, gue kelewatan." ucap Hanbin.
Seharusnya waktu itu aku tidak perlu peduli. -Kim Hanbin
****
Hope you enjoy it guys^^ please vote and comment^^
![](https://img.wattpad.com/cover/161667422-288-k232866.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Found You [ Jenbin ]
Fanfic"Takdir yang mempertemukan kita, bukankah sangat tidak adil jika tiba-tiba ia juga yang memisahkan kita?" - Kim Hanbin "Jika takdir memang menghendaki kita untuk bersama, aku yakin suatu saat ia akan mempertemukan kita lagi. Kita hanya perlu waktu...