Sinar matahari menyapa Hanbin. Ia mengernyit merasakan sinar sang surya mengenai matanya. Perlahan ia membuka mata.
22 Oktober, batinnya.
Hanbin segera bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh.
10 menit kemudian ia sudah siap di depan cermin. Wajahnya nampak segar dan tentunya tampan.
Ia menatap ponselnya yang sedari tadi berkedip-kedip menandakan notifikasi pesan. Hanbin tidak menggubrisnya, ia malah berjalan menuju lemari tua. Hanbin mengeluarkan sebuah kotak lalu memasukkannya ke dalam paper bag.
Segera ia menyambar jaket yang digantung di belakang pintu dan kunci mobil di atas nakas.
Ia berlalu meninggalkan kamarnya dengan keadaan terkunci.
Sebelum menemukan pintu keluar, ia berpapasan dengan asisten rumah tangganya.
"Tuan,"
Hanbin meliriknya sekilas. Ia tersenyum pada wanita paruh baya itu. "Saya pergi dulu, Bi. Ibu menunggu saya."
Wanita itu tersenyum ramah. Ia berjalan mendekati Hanbin. Tangannya yang kusam menggenggam kedua tangan Hanbin dan ia mengangguk.
"Selamat ulang tahun, Tuan Muda."
Hanbin tersenyum hangat. Ia memeluk wanita itu. Bi Sun sudah mengabdi pada keluarganya sejak Hanbin masih kecil. Ia tipe orang yang setia dan terpercaya. Tak heran Hanbin berani menunjukkan sisi hangatnya pada Bi Sun.
Setelah kepergian mendiang ibu Hanbin, Bi Sun yang telaten merawat dan membesarkan Hanbin. Hanbin sudah menganggap Bi Sun sebagai ibu sendiri begitu juga Bi Sun menganggap Hanbin sebagai anaknya.
"Sampaikan salam saya pada Nyonya Kim."
Hanbin mengangguk. Tangannya meraih tangan Bi Sun, mengisyaratkan bahwa ia akan baik-baik saja dan akan menyampaikan salamnya. "Jangan beritahu orang itu, Bi."
Sebelum Hanbin pergi, Bi Sun sudah mengemas bekal dan menyiapkannya di dapur. Ia meminta Hanbin menunggu sebentar sementara ia mengambil bekal itu.
"Jangan lupa makan, Tuan."
Hanbin tersenyum dan lagi-lagi mengangguk. Akhirnya Hanbin melangkah keluar dari kediaman keluarga Kim.
Ia masuk ke mobil hitam di garasi lalu segera tancap gas menuju ke suatu tempat.
***
Jennie berjalan menuju gazebo tempat teman-temannya berkumpul. Setibanya di sana ternyata ada segerombolan anak laki-laki yang ia kenal. iKON sedang bercakap-cakap dengan Jiso, Lisa, dan Rose.
Jennie terhenti sejenak. Ia memastikan tak ada sosok Kim Hanbin di gerombolan itu. Setelah yakin, ia melanjutkan langkahnya.
"Kak, tega lo ninggalin gue lagi." ucap Jennie membuat semua menoleh kepadanya.
"Gue ada kuliah pagi, nungguin lo kelamaan." jawab Jinan datar.
Jennie mendengus kesal. Akhirnya ia memutuskan duduk di sebelah Rose dan mulai meminum jus jambu di genggamannya.
"Besok libur ye?" Bobby membuka suara.
Seketika mata mereka berbinar mendengar perkataan Bobby barusan.
"Besok? Emang ada apaan?" tanya Yoyo.
"Bukannya besok tanggal merah?" kata Bobby.

KAMU SEDANG MEMBACA
Found You [ Jenbin ]
Fanfiction"Takdir yang mempertemukan kita, bukankah sangat tidak adil jika tiba-tiba ia juga yang memisahkan kita?" - Kim Hanbin "Jika takdir memang menghendaki kita untuk bersama, aku yakin suatu saat ia akan mempertemukan kita lagi. Kita hanya perlu waktu...