(27) A Question

2.4K 280 10
                                        

"Jen!"

Seseorang memanggil nama gadis yang kini sedang asik bermain bersama anak kecil di pangkuan Hanbin. Jennie menoleh mencari sumber suara yang tadi memanggilnya.

"Jennie!" teriak seseorang yang langsung berhambur ke pelukan Jennie.

"Kak Sandara? Kok bisa di sini?"

Sandara Park, saudara sepupu Jennie rupanya sudah kembali dari luar negeri. Beberapa tahun lalu ia harus menetap di luar negeri untuk belajar beberapa hal tentang bisnis. Karena usianya sudah matang Sandara dipercayai kedua orangtuanya untuk mengambil alih perusahaan.

"Iya udah kelar urusan di sana. Lo ngapain di sini?" Pandangan Sandara beralih ke Hanbin yang tengah menggendong seorang anak laki-laki sedangkan yang ditatap hanya mengangguk santun untuk sekedar menyapa.

Sandara tersenyum canggung lantas menarik Jennie agar mendekat ke arahnya.

"Jen, selama gue pergi terjadi sesuatu ya?" bisik Sandara.

"Ha? Maksudnya?" Jennie mengernyit tak mengerti. Mengapa ekspresi kakaknya harus seperti itu? Melirik Hanbin sekilas lalu bergidik ngeri.

"Lo.. sama dia? Anak itu.." Sandara menunjuk Jennie, Hanbin, dan anak kecil itu bergantian. Ekspresinya masih belum berubah, sama bingungnya dengan Jennie sekarang.

"Kalian udah nikah?!" teriak Sandara tertahan hampir mirip dengan jeritan. Hanbin tersedak lalu terbatuk-batuk, jantungnya serasa berhenti berdetak tadi saat kata-kata mengejutkan itu keluar dari mulut seseorang yang Hanbin ketahui adalah kakak sepupu Jennie.

"Kakak ih! Enggak, Jennie masih kuliah." Jennie mencubit pelan lengan Sandara dengan wajah merah. Entah karena marah atau karena malu. Pasalnya Jennie baru saja sadar jika sedari tadi orang-orang menatapnya dan Hanbin dengan wajah sama seperti Sandara.

"Terus ini anak siapa?"

"Dia keknya kepisah dari orang tuanya deh, Kak. Makanya kita bawa ke sini biar nggak diculik. Terus ini senior gue di kampus, Kak Hanbin." jelas Jennie disambut anggukan kepala Hanbin. Laki-laki itu mengelus dadanya pelan setelah kejadian tersedak air liurnya sendiri tadi.

Sandara ber-oh ria seraya tertawa kecil.

"Gue kira, soalnya dari jauh lo berdua keliatan kek keluarga bahagia."

"Apasih, Kak!" Jennie melipat tangan di depan dada, bibirnya mengerucut menandakan ia sedang kesal.

"Maaf ya," Sandara tersenyum pada Hanbin.

"Iya."

"Lagian lo ngapain di sini? Bukannya belajar. Oh gue tau nih," Sandara menatap Jennie dan Hanbin bergantian sambil menunjukkan senyum evil yang tidak Jennie mengerti.

"Apa?"

"Lagi kencan 'kan?" Sandara mencubit pipi Jennie tanda menggoda. Wajah Jennie sudah semerah kepiting rebut tidak seperti Hanbin yang hanya mengusap tengkuknya canggung.

"Habis balik dari luar negeri jadi rese ya. Balik sono, Kak." usir Jennie.

"Bilang aja nggak mau gue ganggu kencannya. Kalo dilihat-lihat lo berdua barusan jadian ya? Masih malu-malu gitu." Sandara kini mencolek dagu Jennie dan tertawa.

Sebelum emosi Jennie meledak, suara seseorang menghentikan mereka.

"Rian! Ya Tuhan, Mama cari kamu kemana-mana." Nada cemas dan kepanikan yang wanita itu tunjukkan membuat Jennie berpikir mungkin saja dia adalah ibu anak itu.

Nampak seorang ibu berlari menghampiri anak laki-laki digendongan Hanbin. Setelah paham, Hanbin menyerahkan anak itu ke ibunya. Laki-laki itu tersenyum melihat Rian melambaikan tangan padanya.

Found You [ Jenbin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang