"Kau lupa satu hal, nak."
Hanbin menoleh penasaran. Pak Tua itu kini juga tengah menatapnya serius.
"Takdir.."
Hanbin terdiam. Yang dikatakan Pak Tua itu benar. Ia melupakan tentang hal itu. Hal yang bisa membuat semua rencananya berubah. Takdir.
"Akan saya buktikan." ucap Hanbin yakin.
"Buktikan apa? Bahwa kau akhirnya kalah taruhan?" Pak Tua itu tersenyum mengejek.
Hanbin menggeleng. "Bahwa saya bisa melupakan perasaan saya dan menentukan takdir saya sendiri."
Mendengar perkataan Hanbin, Pak Tua itu berdecak. Ia benar-benar tahu bagaimana pada akhirnya Hanbin hanya akan 'menjilat ludahnya sendiri'.
"Aku yakin kau akan kalah taruhan, anak muda."
Hanbin bangkit. Ia tersenyum pada Pak Tua itu.
"Mari kita lihat, Pak."
***
"Lo tahu yang gue omongin, Jen." jawab Hanbin.
Sontak Jennie membalikkan tubuhnya. Ia bingung hendak memberi alasan apa pada Hanbin. Sungguh ia tidak ingin Hanbin tahu bahwa ia adalah seorang yang pernah,
"Gue kemarin ngigau, Kak." kata Jennie sambil mengusap lehernya.
Hanbin menatapnya datar. Terjadi keheningan di antara mereka. Hanbin tak kunjung merespon jawaban Jennie.
"Jen,"
Jennie menunduk tak berani menatap Hanbin. Mata selalu berbicara meski mulut berbohong 'kan?
"Tolong,"
Jennie memberanikan diri menatap manik mata Hanbin. Ia penasaran dengan apa yang akan Hanbin katakan.
"Tolong lupain semuanya."
"Apa?"
"Semua yang pernah gue lakuin buat lo. Yang buat lo sampe berani bilang kangen ke gue."
Deg.
Jantung Jennie serasa berhenti berdetak. Hatinya sakit mendengar permintaan Hanbin.
Tanpa peduli dengan Jennie, Hanbin melangkah pergi. Jennie terduduk di bangku tua. Tangan kanannya memegang dada yang terasa sesak.
Tak terasa butiran bening mengalir dari mata cantik Jennie. Ia buru-buru mengusap air mata yang turun.
"Ya, memang seharusnya begini."
Ting!
Notifikasi pesan dari ponsel membuat Jennie membuyarkan lamunannya.
Jisooo
(09.00)
Jen lo dimana? Katanya dateng pagi. Gue sama anak-anak di gazebo. Buruan sini.Jennie
(09.01)
Gua di kantin otw ke sana.Jennie membuka aplikasi kamera. Ia perlu memastikan penampilannya baik-baik saja. Bukan ingin menyembunyikan hal ini dari teman-temannya hanya saja Jennie tidak ingin membuat mereka cemas.
Setelah benar-benar yakin, ia melangkah menuju gazebo kampus. Ia terpaksa berbohong kepada mereka karena jika tahu apa yang Jennie lakukan di sini maka mereka akan menghujani Jennie dengan beribu pertanyaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Found You [ Jenbin ]
Fiksi Penggemar"Takdir yang mempertemukan kita, bukankah sangat tidak adil jika tiba-tiba ia juga yang memisahkan kita?" - Kim Hanbin "Jika takdir memang menghendaki kita untuk bersama, aku yakin suatu saat ia akan mempertemukan kita lagi. Kita hanya perlu waktu...