(12) D-1

2.5K 293 4
                                    

Mudah kau bilang lupakan saat aku baru saja mengingat semuanya.

***

Hanbin berjalan tergesa-gesa menuju tempat parkir. Ia menekan tombol pada kunci mobil untuk mempercepat menemukan mobil Porsche hitam miliknya.

Sesampainya di mobil, ia segera membuka pintu seraya melempar kasar tasnya ke bangku penumpang. Hanbin terduduk sambil memegangi kemudi.

Kemarahan sedang mempengaruhi pikirannya. Pegangannya pada kemudi semakin mengerat seiring pikirannya yang berkecamuk.

Ia meletakkan kepalanya di atas kemudi. Kedua matanya menutup dengan dahi mengernyit.

"Sial!" Hanbin memukul keras kemudinya.

Punggungnya kini bersandar, ia menghela nafas berat. Hanbin mengacak rambutnya gusar.

Pikirannya sedang kacau. Emosi yang sedang tertahan membuat wajahnya merah padam.

Hanbin bingung.

Ya, dia bingung dengan perasaannya sendiri. Ia merasa bersalah sudah menyakiti Jennie yang notabenenya adalah junior sekaligus adik sahabatnya. Hanbin masih ingat jelas saat ia menemui Jennie hanya untuk mengatakan bahwa Jennie harus melupakan semua hal yang terjadi di antara mereka.

Yang tidak Hanbin mengerti adalah mengapa ia malah bersembunyi di balik tumpukan bangku itu hanya untuk memastikan Jennie baik-baik saja.

Mengapa Hanbin harus peduli?

Lalu saat kejadian Jennie menangis dipelukan Kai, mengapa ia justru memperhatikan mereka. Mengapa dadanya nyeri dan untuk apa emosinya naik tiap Jennie menyebut nama Kai.

"Argh!"

Hanbin menancap pedal gas lalu melaju pergi meninggalkan kampus. Tak ada gunanya ia di sini. Tak akan ada satupun mata kuliah yang masuk ke otaknya.

"Je, gue kangen lo."

Lagi-lagi ia menyangkal. Jika yang mengusik pikirannya adalah Jennie, lantas mengapa ia mengatasnamakan teman kecilnya itu.

Hanbin benar-benar kacau sekarang. Ia sedari tadi mengitari kota, berharap ada suatu tempat yang bisa ia gunakan untuk meluapkan segalanya membantunya menenangkan pikiran.

Ah, Hanbin hampir melupakan tempat itu. Danau di ujung kota dekat tempat tinggalnya dulu. Saksi bisu perjanjian antara dirinya dengan Jeje. Cinta pertama yang pergi dan mungkin tengah menikmati hidupnya di sana jauh dengan Hanbin.

Ia segera memutar kemudi hendak menuju danau itu.

Hanbin terpaksa berhenti saat ponselnya tiba-tiba berdering. Di layar tertera nama asisten rumah tangga keluarganya. Ia menepikan mobilnya lantas mengangkat panggilan tersebut.

"Tuan Kim meminta Tuan Muda untuk pulang segera."

"Ada apa?"

"Ini tentang,"

"Apa?"

"Besok, tuan."

"Cih, persetan."

"Lebih baik Tuan Muda mengikuti permintaan Tuan Kim, karena jika tidak.."

"Jika tidak apa?"

Found You [ Jenbin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang