Shxxbi131 liked your post.
Notif ponsel Jennie berbunyi. Ia tampak sedang duduk di depan meja riasnya. Masker warna hijau muda di wajahnya kini telah pecah karena ekspresi terkejutnya barusan.
"Serius? Di like sama Hanbin?!" ucap Jennie setelah selesai mencuci muka. Wajah putih mulusnya nampak lebih cerah. Mungkin bukan karena maskernya, namun notif dari seseorang tadi.
Masih dengan posisi mulut menganga dan pandangan mata yang tidak terlepas dari ponsel, Jennie berjalan ke tepi tempat tidur.
"Kok bisa? Jangan-jangan dia beneran.."
Jennie menutup wajahnya dengan tangan. Berusaha menahan teriakan histeris ala-ala remaja yang sedang jatuh cinta. Ia menghempaskan tubuhnya di kasur sambil tersenyum manis. Ia menatap layar ponselnya kemudian tertawa. Terus seperti itu hingga,
"Jen kamu sehatkan?" ucap seseorang yang sukses membuat Jennie mengubah posisinya menjadi duduk. Ia lupa mengunci pintu kamarnya.
"Mama ih! Ketok pintu dulu harusnya."
Mama terkekeh melihat putri bungsunya sedang salah tingkah.
"Anak Mama udah gede ya ternyata." ucap Mama sambil mengusap ujung kepala Jennie."
Kini Mama dan Jennie duduk di tepi ranjang. Jennie masih berusaha mengontrol rona merah di wajahnya.
"Jennie kan udah kuliah, Mah."
"Bukan itu Jen,"
"Terus?"
Arah tatapan Mama beralih pada ponsel Jennie yang tergeletak di ranjang masih dengan keadaan sama. Notif dari kakak angkatan yang bisa membuat Jennie tersenyum-senyum sendiri.
Jennie pun mengikuti pandangan mata mamanya.
"Eh! E-enggak Mah. Dia cuma like foto Jennie doang." Jennie gelagapan. Dengan segera ia mengunci layar ponselnya.
"Bohong nih,"
"Jadi dia yang bikin kamu senyum-senyum sendiri dari tadi?" tambah Mama mengangguk-angguk sambil tertawa penuh arti.
"Hoam.. Jennie ngantuk, Mah. Jennie tidur dulu ya, Mah. Night." Jennie menggiring ibunya keluar kamar tanpa menghiraukan godaan dari sang ibu.
"Nanti kalo udah jadian ajak ke rumah ya, Jen." ucap Mama sebelum benar-benar diusir Jennie.
Setelah ibunya keluar, Jennie menutup rapat pintu kamarnya lalu menguncinya. Ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu.
"Sadar, Jen. Lo bukan cewe barusan puber."
Jennie mematikan lampu lalu pergi ke alam mimpi.
***
"Dari mana saja kamu?!"Hanbin melengos pergi ke kamarnya. Ia benar-benar sedang dalam suasana hati yang baik dan ia tidak akan membiarkan situasi rumah merusaknya.
"Mama bicara denganmu, Hanbin!"
Hanbin tak mempedulikannya. Ia tetap berjalan menuju kamarnya. Terdengar suara langkah kaki mengikutinya. Hanbin jelas tahu ibunya mengikutinya.
"Mama sibuk menghubungi kamu dari tadi. Lihat!" gertak Mrs. Kim sambil memperlihatkan ponselnya. Tertera 53 panggilan tidak terjawab, 44 panggilan ditolak, dan 200 pesan belum terbaca.
Hanbin meliriknya sekilas kemudian melanjutkan langkahnya menaiki tangga.
Tap.. tap.. tap..
Hanbin menghela nafas. Ia terhenti tepat di depan pintu kamarnya. Mr. Kim berdiri dengan tegap masih memakai jas hitam kebesarannya itu.
"Dari mana?" Nada bicaranya sangat dingin. Nyaris membuat orang-orang bergidik ngeri. Jadi kalian tahu dari mana Hanbin belajar, bukan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Found You [ Jenbin ]
Fanfiction"Takdir yang mempertemukan kita, bukankah sangat tidak adil jika tiba-tiba ia juga yang memisahkan kita?" - Kim Hanbin "Jika takdir memang menghendaki kita untuk bersama, aku yakin suatu saat ia akan mempertemukan kita lagi. Kita hanya perlu waktu...