(21) Pengakuan

2.3K 297 9
                                        

"Yang pernah terluka begitu hebat harus belajar dari awal untuk kembali percaya."

***

"Cinta pertama gue,"

"Ha?" Yoyo menganga.

"Kaga paham anjir." June menggaruk tengkuknya.

"Hmm," Bobby mengangguk-angguk membuat semua orang di sana menatapnya. Hal yang langka jika Bobby cepat menangkap maksud sesuatu.

"Wah, lo paham?" Tatapan Chanu berbinar saat menepuk pundak Bobby.

"Kaga sama sekali." Cengiran Bobby dibalas jitakan Chanu di kepalanya.

"Mending lo diem aja daripada gigi lo gue ratain." Yoyo tersenyum penuh arti kepada Bobby yang langsung membuatnya bergidik ngeri.

"Bin, mending lo jelasin semuanya. Satu persatu dari awal." kata DK.

Hanbin menghela nafasnya kemudian menatap satu persatu wajah konyol bercampur penasaran teman-temannya.

"Dulu pas gue masih kecil gue kabur dari rumah."

"Kenapa?" tanya Bobby.

Tatapan membunuh langsung menghujani Bobby. June tiba-tiba berjalan mendekati Bobby, "Lo nyela sekali lagi siap-siap kenalan sama tinju gue."

Bobby langsung terdiam sambil memasang cengiran khasnya. Hanbin tersenyum sekilas lalu melanjutkan ceritanya.

"Gue broken home. Mungkin banyak orang ngira kalo keluarga gue itu keluarga paling bahagia sedunia. Kaya, harmonis, tapi sebenernya banyak kebusukan dibalik itu semua. Bokap gue main cewek di belakang ibu gue. Ibu gue udah tau dari lama cuma ya karena masih sayang dan gak pengen nama baik keluarga Kim tercoreng, akhirnya dia mengalah." Hanbin membuat gerakan tanda kutip dengan tangannya setelah kata 'sayang'. Sudut bibirnya sedikit terangkat membentuk lengkungan tipis.

iKON saling bertatapan. Mereka baru tahu masalah sebesar ini di keluarga Hanbin. Mungkin jika tidak ada kejadian seperti ini, mereka tidak akan pernah tahu beban berat yang harus Hanbin pikul. Sendirian..

"Namanya manusia pasti punya batas sabar begitupun ibu gue. Waktu itu sore hari, gue lagi di kamar sendirian. Gue udah biasa denger mereka berantem. Tapi sore itu bener-bener beda. Ibu gue nangis dan gue denger bokap gue banting barang-barang. Bahkan gue denger ada suara Hanbyul. Dia nangis kenceng banget."

Hanbin berhenti sejenak. Rasanya tak mampu ia melanjutkan cerita itu. Sama saja ia membuka luka lama yang seharusnya ia lupakan.

DK menghampiri Hanbin yang nyaris terisak. DK memegang pundak Hanbin berharap bisa menyalurkan kekuatan.

Jinan sedari tadi berdiam diri menyimak pembicaraan teman-temannya. Rasa bersalah muncul di benaknya.

"Hanbyul?" tanya DK.

"Adik perempuan gue." Hanbin mengusap wajahnya, takut ada air mata yang tak sengaja terjatuh.

"Pas gue mau keluar kamar buat liat keadaan, kamar gue dikunci dari luar. Gue coba semua cara buat buka pintu tapi gak bisa. Gue dulu gak lebih dari sekedar bocah bego yang gak berguna." ucap Hanbin tertawa pedih.

Hati teman-temannya nyeri saat mendengar ucapan Hanbin. Ada rasa sakit yang tersirat dibalik senyum pedihnya itu.

"Gue depresi berat, tiap hari orang tua gue berantem. Kaya gak ada damai sama sekali di rumah gue. Jujur gue stres, hampir bunuh diri. Tapi gue inget, masih ada Ibu sama Hanbyul yang sayang sama gue. Gue bertahan buat mereka."

Found You [ Jenbin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang