(19) Khawatir

2.2K 314 17
                                        

"Je, jangan pergi lagi."

Deg!

Apakah Hanbin sudah sadar dan tahu semuanya? Jennie segera memutar tubuhnya menghadap ranjang Hanbin.

Tangan lemah Hanbin menyentuh telapak tangan Jennie. Matanya masih terpejam dengan mulut meracau tak jelas. Tubuhnya bergerak-gerak gelisah. Suhu tubuh Hanbin meningkat, Jennie bisa merasakannya lewat sentuhan di telapak tangannya.

Jennie segera menghampiri Hanbin. Ia memegang dahi laki-laki itu untuk memastikan apakah benar suhu tubuhnya meningkat lagi.

Benar. Meningkat drastis.

"Kak, bangun. Astaga panas banget."

Jennie hendak berlari keluar untuk memanggil dokter tapi tangan Hanbin terus memegangnya.

"Jeje.. Jeje.."

"Gue harus panggil dokter, Kak." Jennie berusaha melepas genggaman Hanbin. Nihil, genggamannya justru menguat.

"Je.. jangan pergi."

Jennie terkejut melihat butiran bening mulai turun dari mata Hanbin.

"Binbin kangen Jeje,"

Entah mengapa rasa perih menjalar di dadanya. Jantungnya serasa ditusuk dengan jarum saat melihat begitu sedihnya Hanbin kala kehilangannya.

Jennie mengusap air mata Hanbin lalu memeluknya.

"Iya, Jeje di sini. Binbin jangan nangis ya. Binbin harus cepet sembuh," ucap Jennie sambil terus mengusap kepala Hanbin.

Setelah mengucap kalimat itu, air mata yang Jennie tahan akhirnya lolos juga. Jennie tak bisa menghentikan tangisnya. Sahabatnya terluka. orang yang paling ia sayangi terluka karena dirinya.

Mendengar suara aneh dari ruangan Hanbin, DK segera masuk. Ia mendapati Jennie masih memeluk Hanbin dengan berderai air mata.

"Kenapa Jen?" Nada bicara DK panik.

"Tadi Kak Hanbin demam tinggi, Kak." Jennie melepaskan pelukannya. Ia menghapus bekas tangisnya karena tak ingin teman-temannya tahu dan khawatir.

"Gue panggil dokter dulu." DK meninggalkan ruangan.

Jennie menatap Hanbin yang kini kembali tertidur pulas. Ia juga menghapus bekas air mata di pipi Hanbin. Sakit itu masih terasa, dada Jennie masih sesak mengingat kejadian tadi.

"Maafin Jeje.."

***

Flashback

Awalnya semua baik-baik saja hingga suara Jennie terdengar. Kepanikan terdengar jelas dari nada suaranya. Tak lama suara itu terganti dengan suara tangisan.

DK segera berlari masuk untuk memastikan keadaan Hanbin dan Jennie. Saat baru saja masuk ruangan, laki-laki itu sedikit terkejut melihat Jennie menangis dengan Hanbin dipelukannya.

Otak cerdas DK langsung menyimpulkan ada hal yang tidak beres. Tidak ingin suasana lebih canggung, DK memutuskan keluar dengan alasan memanggil dokter.

Flashback off

Di luar, DK menghalangi Jinan dan Jisoo yang mendesak ingin masuk. Selain khawatir dengan Hanbin mereka juga khawatir dengan Jennie. Apalagi mereka sempat mendengar suara tangis Jennie.

"Jangan masuk."

"Adek gue kenapa woy?" tanya Jinan.

Found You [ Jenbin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang