Hati yang pernah sakit ini sudah lelah dan perlu istirahat agar dia dapat kembali percaya pada rasa manis yang cinta tawarkan (lagi).
***
Hanbin menarik tangannya Jennie. Satu tangannya membawa bola basket dan botol air minum.
"Eh, Kak"
"Lupain kejadian tadi, jangan dibawa perasaan." Hanbin menatap tajam ke arah Jennie.
***
Jennie berjalan gontai menuju kamarnya. Hanbin benar-benar tidak bisa dimengerti.
Tadi, baru saja mereka berjalan beberapa langkah keluar dari lapangan basket 'berpegangan tangan', tiba-tiba saja Hanbin melepas genggamannya. Tanpa mengucap satu kata pun pada Jennie kemudian ia berlalu.
Gadis yang kini terduduk di tepi tempat tidurnya kembali mengingat kejadian sore tadi. Otaknya seperti memutar cuplikan-cuplikan film.
Saat ia bertanding basket dengan Hanbin, seutas senyumnya, dan kedatangan seorang laki-laki tampan bernama Kai yang membuat suasana sore itu berakhir membingungkan.
"Dia kenapa sih." Jennie bergumam pelan dengan tatapan menerawang.
"Padahal kan cuma kenalan, toh dia juga bukan siapa-siapanya gua. Jangan-jangan.."
Jennie menggeleng cepat. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan memasuki kamar mandi. Tubuhnya sudah tidak nyaman karena keringat sewaktu bertanding basket tadi bersama..
"Kim Hanbin"
***
Hanbin terdiam menatap ponsel miliknya yang sedari tadi berkedip-kedip. Seseorang di seberang sana menunggunya mengangkat panggilan.
Hanbin mengabaikan 87 panggilan tidak terjawab dan 115 pesan dari seseorang. Tatapannya beralih pada gelandangan tua yang kini menatapnya heran.
"Kau sedang apa di sini, anak muda?" kata gelandangan itu. Ia kemudian ikut duduk di sebelah Hanbin.
Hanbin terdiam. Ponselnya kembali berdering menampilkan nama kontak "stranger" di layar. Gelandang itu berdehem pelan. Ia nampak tengah menunggu jawaban Hanbin.
Segera Hanbin menolak panggilan itu dan menyimpan ponselnya kembali dalam saku celana. Hanbin menggeleng.
Pak Tua itu mengamati penampilan Hanbin dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sedetik kemudian ia menghela nafas. Penampilan Hanbin jelas memperlihatkan bahwa dia bukan gelandangan sepertinya.
"Jadi, apa masalahmu?" Pak Tua itu kembali membuka suara.
Manik mata Hanbin menyiratkan sakit yang ia tahan selama ini. Pak Tua itu tau jelas bagaimana Hanbin terus mengabaikan panggilan dari ponselnya. Ia juga tahu bahwa setiap petang sehabis bermain basket, ia akan datang ke taman bermain ini. Tanpa peduli bisikan orang yang terheran-heran melihat Hanbin di sini.
"Saya baik-baik saja, Pak." jawab. Sudut bibirnya sedikit terangkat.
"Kau tidak lelah?"
"Maksudnya?" Hanbin memperhatikan Pak Tua itu.
Pak Tua itu tiba-tiba saja tertawa. Hanbin sempat bergidik ngeri. Pikiran pertama yang terlintas di benaknya adalah, dia waras kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Found You [ Jenbin ]
Fanfiction"Takdir yang mempertemukan kita, bukankah sangat tidak adil jika tiba-tiba ia juga yang memisahkan kita?" - Kim Hanbin "Jika takdir memang menghendaki kita untuk bersama, aku yakin suatu saat ia akan mempertemukan kita lagi. Kita hanya perlu waktu...