XVIII

1.7K 191 10
                                    

Tubuhnya hanya mengikuti kemana langkah kaki membawanya pergi. Tidak memperdulikan ponsel yang digenggamannya terus bergetar sejak tadi. Tangannya mengusap air mata yang terus keluar membasahi pipinya tanpa diminta. Pikirannya penuh dengan hal-hal yang membuatnya sakit kepala. Dadanya bergemuruh ingin berteriak untuk melampiaskan kekesalannya selama ini.
Baru saja kakinya melanjutkan langkahnya, kedua mata itu menangkap sosok yang begitu tidak asing. Sosok yang selama ini ia rindukan tapi tidak bisa ia gapai lagi. Ketika melihat itu, dadanya kembali bergemuruh, hatinya berteriak bahwa ia merindukan sosok yang di panggil 'Ibu' olehnya. Seakan mengerti keadaan, bibirnya hanya mampu mengatup sempurna tidak berani berteriak untuk memanggil sosok yang selama ini ia rindukan dengan keras.

“Ma…” cicitnya pelan. Satu kata berhasil lolos dari bibir mungilnya.

Arin melihat Ibunya. Baru saja keluar dari toko roti yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Pandangan matanya kembali menangkap seseorang yang tampak asing sedan berdiri disamping Ibu, dan merangkul lengan Ibunya. Seorang laki-laki yang kemungkinkan berumur sama dengan Ibunya, tampak merangkul mesra lengan Ibunya.
Hatinya tercubit hanya melihat pemandangan yang menurut orang tampak biasa saja, namun tidak baginya. Lelaki yang di sebelah Ibunya, ia pastikan itu bukan Ayahnya. Jadi benar apa yang ia dengar dari Kakaknya.

Kedua orang tuanya telah bercerai.

Lima tahun yang lalu..

“Ma… Mama!”

Panggilnya seraya berlari kecil untuk menghampiri keduanya. Sedikit melajukan langkahnya ketika ia sudah tidak bisa menangkap sosok yang di panggil.

“Ma!”

BRAK

“Kau baik? Maafkan aku tidak melihatmu le—”

“—Arin?!”

Arin mendongakkan kepalanya keatas melihat siapa yang memeluk tubuhnya. Tadi ia sempat tertabrak laki-laki ini, tapi laki-laki itulah yang menangkapnya. Jika tidak ia benar-benar akan terjatuh.

“Jungkook?” serunya pelan

“Hei? Apa yang terjadi?” Jungkok terkejut, mendapati Arin yang menangis didepannya. Ia yakin keadaan gadis ini sangat buruk.

“Kak, lepas…” Arin melepas pelukan Jungkook dan kembali berlari untuk mengejar Ibunya.

“Mama!”

Jungkook mengejarnya. Langkah kakinya berhenti ketika Arin berdiri tidak jauh dari tempatnya.
Jungkook mengambil ponselnya dan menelfon Taehyung.

Jungkook.. aku sedang sibuk sekarang. Arin pergi

Hyung.. Aku melihat Arin”

Katakan kau dimana sekarang, Jeon?!

“Tidak jauh dari toko roti milik teman Jimin hyung. Arin melihat Ibumu hyung

Apa?! Sialan! Tunggu disana Jungkook”

Taehyung mematikan panggilannya sepihak, setelah kelepas berteriak pada Jungkook.




“Ma..”

“Arin?”

Tanpa ia sangka, Ibunya menoleh kebelakang ketika mendengar suara yang sangat familiar di telinganya. Arin menatap Ibunya dengan air mata yang tidak berhenti membasahi pipinya. Begitu pun dengan sosok Ibu yang balik menatap kearahnya dengan raut wajah yang terkejut. Arin bahkan tengah menjadi pusat perhatian bagi orang-orang yang berlalu lalang disana. Melihatnya dengan bingung dan berlalu setelahnya.

Eyes On You - VRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang