XXV

1.2K 133 14
                                    

"Ti... Tidak mungkin"

"Aku tidak bercanda, Rene"

"Dia kritis, dua peluru bersarang di tubuhnya serta luka tusuk di perutnya"







Tubuh Irene hampir saja limbung jika saja ia tidak segera berpegangan pada pinggir meja makan. Niat awalnya Irene hendak minum, diurungkannya. Belum saja tangannya membuka lemari es Jimin menelfon. Awalnya Irene menyerngit bingung ketika nama Jimin muncul dalam panggilan di layar ponselnya. Jujur saja Jimin jarang sekali menghubungi jika tidak ada sangkut paut dengan Seulgi. Namun nyatanya sekarang Jimin menelfon, tapi tidak dengan membahas Seulgi.

"Halo" Irene terlebih dahulu membuka suara ketika indera pendengarnya mendengar deru nafas Jimin yang tidak beraturan di seberang telfon.

"Irene! Dengarkan aku baik-baik dan aku mohon tetap bicara padaku"

"Ada apa? Tenang sedikit, kau kenapa?"

"Irene kau harus berjanji padaku untuk tenang dan tetap mendengarkan aku, okay?"

Irene memutar bola matanya malas, Jimin terlalu bertele-tele saat ini. "Ada apa? Jangan membuatku menutup panggilan sepihak"

"Taehyung masuk rumah sakit, sekarang dia baru saja menjalani operasi" Irene dapat mendengar nada lirih dari Jimin.

"Ti... Tidak mungkin" Irene menutup mulutnya tidak percaya, dalam pikirannya Jimin membohonginya kali ini.

"Aku tidak bercanda, Rene" Jimin berujar pelan, menghela napas sebentar "Dia kritis, dua peluru bersarang di tubuhnya serta luka tusuk di perut" sambungnya

"Kirimi aku alamat rumah sakitnya, aku kesana"

Irene mematikan telfon sepihak, sebelum Jimin menjawab lagi. Melupakan acara ingin minum dan lebih memilih masuk kamarnya mengambil kunci mobil miliknya.







Range Rover Sport warna maroon miliknya tengah melaju membelah jalanan malam hari Seoul. Tidak perduli ia mengendarai pada kecepatan di atas sembilan puluh per km. Pandangannya tajam menatap jalanan Seoul, pikirannya hanya satu sampai dengan selamat dan segera menemui Taehyung. Sejak mendengar kabar dari Jimin pikirannya hanya dipenuhi dengan Taehyung.

Sungguh bahkan tidak sampai dua jam mereka berpisah di depan apartemennya, Taehyung masih dalam keadaan sangat baik sampai Taehyung merengek ingin tetap tinggal. Airmatanya mengalir begitu saja, seharusnya ia mengijinkan Taehyung tetap tinggal. Seharusnya ia tidak menolak walaupun tahu alasan besok Taehyung harus menjemput Arin karena sudah memiliki janji. Irene tidak mungkin terlalu memonopoli Taehyung yang masih memiliki tanggungan Arin.








Setelah memarkirkan mobilnya Irene berlari menuju ruang operasi dimana Jimin sudah memberitahunya. Tidak memperdulikan orang-orang yang menatapnya bingung. Pandangannya melihat siluet Jimin yang duduk dikursi depan ruang operasi bersama Namjoon, Hoseok, Yoongi serta Arin.

"Jim.. Jimin.. Taehyung bagaimana.." napasnya terdengar tidak teratur habis berlari, membiarkan rambut panjangnya yang sedikit berantakan.

"Masih didalam, sejak tadi kami menunggu disini dan belum ada satupun perawat yang keluar" Jelas Jimin "Kau termasuk cepat Rene, rasanya aku menelfonmu belum ada sepuluh menit yang lalu" Sambungnya

"Aku ngebut" Irene menjawab sekenanya.

Jawabannya pun mendapat tatapan dari mereka yang disana, selaju apa Irene membawa mobilnya. Mereka tahu apartemen Irene berjarak cukup jauh dari rumah sakit, kurang lebih tiga puluh menit. Tapi wanita ini mampu menempuh kurang lebih sepuluh menit.

Eyes On You - VRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang