Hoseok membuka pintu apartemennya. Taehyung berdiri didepannya, Hoseok langsung menyuruh Taehyung masuk. Taehyung mengiriminya pesan mengatakan bahwa ia akan berkunjung ke apartemen Hoseok untuk menemui Adiknya yang menginap disana. Apartemennya memiliki dua kamar, satu miliknya dan satu milik Arin. Hoseok sengaja menjadikan kamar tamu tersebut menjadi kamar milik Arin. Arin sering menginap dirumahnya jika Taehyung sibuk. Lebih baik ia merubahnya agar mempermudah Arin. Bahkan beberapa baju dan perlengkapan miliknya yang di belikan oleh Hoseok ada disitu."Aku membawa ini hyung, makanlah" Taehyung menyerahkan dua bingkisan yang sempat dibelinya sebelum ke apartemen Hoseok tadi.
"Thanks.. temui saja dia dikamar, Taehyung-ah. Jelaskan padanya dengan perlahan" Hoseok berujar pelan seraya meletakkan bingkisan yang dibawa Taehyung ke meja makannya. Meninggalkan Taehyung yang masih terdiam di ruang tengah apartemennya.
"Apa dikunci hyung?"
"Aku rasa tidak. Dia baru saja selesai makan malam tadi"
Tanpa menunggu lama, Taehyung segera berjalan menuju kamar Arin yang terletak di dekat kamar mandi tamu. Mengetuknya sebentar hanya untuk memastikan. Sampai terdengar suara yang menyahut dari dalam kamar.
"Kenapa Dad? Masuk saja, Arin tidak menguncinya"
Taehyung menghembuskan nafas sebentar. Melirik Hoseok sekilas yang berada di sofa ruang tengah, menganggukkan kepalanya setelah Hoseok memberinya kode untuk masuk.
"Rin?"
Tampak yang dipanggil, terdiam membeku di tempat. Tidak mengedipkan matanya ketika Taehyunglah yang berdiri di depannya.
"Keluar"
"Aku akan menjelaskannya padamu sebentar"
"Keluar"
Taehyung menghampirinya tidak memperdulikan seruan yang dilontarkan Arin untuk menyuruhnya keluar. Bahkan Arin melemparinya dengan bantal. "Dengarkan aku sebentar, jika tidak, aku tidak akan mau menjelaskan apa yang terjadi"
"Tidak perduli! Keluar sana!" seru Arin lagi. Rasa kesalnya menguar ketika melihat Taehyung. Sudah beberapa hari ini ia merasa baikkan karena Hoseok selalu bersamanya untuk melupakan Taehyung sebentar. Tapi dengan santainya Taehyung malah berdiri didepannya.
Jika bisa dihitung ini adalah hari kelima setelah kepulangan Taehyung dari Switzerland. Bahkan Taehyung hanya dua hari saja di Switzerland dan tidak langsung menemuinya. Arin mengetahui Taehyung berada di Switzerland dari Yoongi. Ia tidak sengaja mendengar pembicaraan Yoongi dan Taehyung melalui telfon. Maka dari itu ia tidak mau bertemu Yoongi maupun Taehyung.
"Aku memiliki alasan kenapa tidak bisa memberitahumu hal ini."
"Sampah! Aku tidak perduli alasan tidak masuk akalmu itu. Pulang sana jangan temui aku!"
"Jaga cara bicaramu, Kim Arin. Aku tidak pernah mengajarkanmu berkata seperti itu" Taehyung berujar dingin. Sepertinya ia sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi. Cukup terkejut mendengar kata 'sampah' yang di lontarkan Adiknya padanya. Arin hanya memandangnya datar, tidak perduli jika Taehyung bisa saja membentaknya lebih dari ini.
"Aku tidak perduli! Pulang kerumahmu sana, karena aku tidak akan mau pulang!"
Arin berdiri menghampiri Taehyung, bahkan mendorong Taehyung untuk keluar dari kamarnya. Bukannya terdorong, Taehyung malah mencengkram tangannya kuat dan menutup pintu kamar Arin.
"Hei.. Hei.. aku tidak ada menyuruhmu untuk memarahinya begini, Taehyung-ah." Hoseok datang, ketika mendengar suara ribut dari kamar Arin. Hoseok langsung saja masuk ketika Taehyung menutup pintunya. Hoseok dapat melihat Arin didudukkan paksa di tempat tidurnya ketika Taehyung mencengkram tangannya kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes On You - VRENE
أدب الهواةDi dalam ingatannya, dalam kenangannya dia tidak berniat untuk melupakan sosok yang telah membuatnya tertarik seperti magnet hanya melalui sorot matanya. Namun, seseorang yang dimaksudnya, tidak mengingat siapa dirinya karena suatu alasan. Mereka se...