"Jiminie.." Seulgi memeluk pinggang Jimin erat. Debaran di dadanya terus bergemuruh sejak tadi ketika Seulgi mendapati kotak berwarna navy di meja riasnya. Sebuah kalung bermata pucuk bunga Lily putih yang berbahan berlian. Serta cincin berlian yang tidak kalah menariknya.
Jimin tersenyum lembut membalas pelukan Seulgi "Aku sudah bilang secepatnya bukan? Jadi bagaimana denganmu nyonya Park?" Jimin berujar pelan seraya merenggangkan sedikit pelukan sang kekasih. Nihil, Seulgi malah semakin memeluknya erat.
"Hanya tidak percaya akan secepat ini. Kenapa tidak bilang dulu, kan aku bisa mempersiapkannya" Seulgi mendengus kesal. Tapi tetap saja tidak dapat menyembunyikan wajah merona serta suara jantungnya yang terdengar berisik.
Jimin tertawa kecil "Bukan surprise namanya jika aku memberitahumu sayang"
"Pasangkan untukku, Jiminie" Seulgi bersuara pelan. Jimin bahkan masih dapat mendengarnya dengan sangat baik.
"Sayang? Kau serius?!" tanya Jimin terlampau keras. Jimin terlalu terkejut, tidak dapat menyembunyikan perasaan bahagianya sekarang. Tatapannya bahkan menatap lekat Seulgi berusaha mencari kebohongan disana. Rasanya lututnya mendadak lemas ketika mengetahui bahwa Seulgi juga serius padanya.
Jimin menghela nafas panjang "Ya Tuhan.. Kang Seulgi terima kasih. Aku mencintaimu.." memeluk tubuh Seulgi terlampau erat, tidak memperdulikan wajah Seulgi yang terjepit di dadanya. Jimin hanya ingin Seulgi tahu bahwa dia benar-benar bahagia sekarang.
"Pakaikan dulu, Jiminie" pinta Seulgi lagi. Seulgi sangat gatal ingin mencoba kedua benda dari Jimin.
Jimin melepas pelukannya, mengabulkan keinginan kekasih-ah tidak calon istrinya untuk memakaikan kalung dan cincinnya.
Jimin tersenyum puas ketika melihat pantulan tubuh Seulgi di cermin ketika kalungnya terpasang "Aku tahu benar seleramu nyonya Park"
Seulgi tersenyum, cantik sekali ketika matanya menyipit membentuk eyesmile yang sempurna.
"Suka?"
Seulgi memutar tubuhnya menghadap Jimin. Menangkup wajah Jimin dan mengusap pipi Jimin. "Suka sekali sampai tidak bisa berkata apa-apa selain suka." Seulgi tertawa pelan, begitu juga dengan Jimin yang hanya mengeluarkan tawa pelan. Dikarenakan Seulgi masih menangkup wajahnya dengan kedua tangan, jadi agak susah Jimin tertawa lebar. Inginnya sih tertawa puas.
"Aku mencintaimu, Park Jimin. ." Seulgi berkata ketika ia dengan sengaja mendekatkan hidungnya pada hidung Jimin. Mencium bibir Jimin terlebih dahulu dengan lembut. Masih membiarkan kedua tangannya menangkup wajah yang akan menjadi calon suaminya.
Jimin mengikuti permainan Seulgi. Tangannya sejak tadi bertengger manis di pinggang mungil Seulgi, sesekali mengelusnya lembut.
Dapat Jimin lihat Seulgi terengah karena permainannya sendiri. Tapi setelahnya wanita itu tertawa kecil menampilkan deretan giginya.
Jimin jadi gemas sendiri, pipi Seulgi itu chubby sama sepertinya. Ketika tertawa pasti terlihat akan tumpah. "Aku juga mencintaimu nyonya Park" Seulgi menutup matanya ketika Jimin mengecup pucuk hidungnya dan kedua matanya lembut.
Jimin suka jika berdekatan dengan Seulgi begini. Ia tidak akan pernah bosan untuk memperhatikan dengan detail bagaimana wajah Seulgi. Semenjak Seulgi masuk dalam kehidupannya, Jimin nyaris seperti orang gila. Sedikit saja Seulgi telat memberinya kabar. Jimin paniknya bukan main. Jimin itu posesif.
Hanya 'cinta' yang mampu membuat orang menjadi gila karena satu hal.
Irene mendiamkannya seharian ini. Demi Tuhan, bahkan sebentar lagi malam telah tiba, Irene mendiamkannya dari pagi.
Taehyung frustasi bukan main. Irene hanya berbicara dengan Arin. Giliran Taehyung mencoba berbicara, Irene mengacuhkannya habis-habisan. Tidak tahu apa kesalahan yang ia perbuat sampai membuat wanitanya mendiamkannya seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes On You - VRENE
Fiksi PenggemarDi dalam ingatannya, dalam kenangannya dia tidak berniat untuk melupakan sosok yang telah membuatnya tertarik seperti magnet hanya melalui sorot matanya. Namun, seseorang yang dimaksudnya, tidak mengingat siapa dirinya karena suatu alasan. Mereka se...