X

1.7K 184 6
                                    

Flashback~











Masa SMA Irene tidak menyenangkan seperti yang ia harapkan sebelumnya. Ketika Irene masih kecil, Irene sudah memiliki gambaran bagaimana kehidupannya ketika beranjak ke masa remaja. Irene sama seperti anak lainnya. Irene gadis yang ceria. Senyum manisnya selalu terlihat di wajah cantiknya. Irene itu cantik, bahkan banyak lelaki disekolahnya yang berusaha mendekatinya. Tapi Irene itu pemalu.

Seakan seperti bom yang mengenai pada kehidupannya, yang berhasil meruntuhkan ekspetasinya selama ini. Irene berubah 180°.

Seperti kemarin dia masih memiliki pelangi

Dan hari ini pelangi itu menghilang digantikan awan abu-abu dan langit yang menghitam.

Irene tidak lagi dikenal dengan gadis ceria setelah kedua orang tuanya bertengkar hebat. Kedua orang tuanya memang sering bertengkar, tapi hanya masalah sepele. Sampai suatu hari Irene yang baru pulang sekolah tidak sengaja mendapati kedua orang tuanya bertengkar diruang tengah. Ayahnya terlihat marah besar pada Ibunya. Bahkan berkali-kali tangan Ayahnya menampar dan memukul Ibunya sampai terjatuh. Irene hanya bisa melihat dari balik pintu rumah depannya.

Kedua matanya membola ketika Ayahnya memukuli Ibunya tanpa ampun. Bahkan Ibunya sudah berteriak meminta berhenti, Ayahnya seakan tuli dengan teriakan Ibunya. Irene kenal betul dengan sifat Ayahnya, yang ia kenal adalah Ayahnya lelaki baik tidak pernah melukai orang lain. Tapi rasanya melihat kejadian seperti ini Irene menarik kembali kalimatnya. Irene tidak tahu apa biji permasalahan kedua orang tuanya. Irene mencoba diam seakan tidak pernah melihat kejadian itu. Irene pikir semua hanya terjadi sekali saja.
Namun, semua itu tidak berlaku, setiap hari Irene mendengar teriakan-rintihan-desahan menyakitkan dari suara Ibunya. Irene tidak tahu apa yang dilakukan Ayahnya pada Ibunya di kamar mereka. Irene hanya bisa duduk di belakang pintu kamarnya. Irene terlalu takut dengan suara yang ia dengar yang berasal dari kamar orang tuanya.

Irene semakin menutup diri pada lingkungan luar. Irene tidak akan keluar dari kamar kalau tidak sedang pergi kesekolah. Irene bahkan makan didalam kamar. Ia telalu takut jika harus meninggalkan kamarnya, ia merasa cemas berlebihan jika harus keluar dari kamar. Seakan kamarnya adalah salah satu tempat teraman yang ia miliki saat ini.

Irene tidak memiliki teman dekat di sekolah. Hanya teman biasa yang sering mengobrol singkat dengannya lalu mengajak makan dikantin setelah pulang tidak terjadi apa-apa lagi.
Irene bahkan tidak lagi mengirim pesan di grub kelasnya dan grup yang dibuat temannya. Pernah suatu kali ia mengirim pesan yang mengatakan bahwa ia sedang risau. Tapi temannya hanya membaca pesannya tanpa ada niatan membalasnya. Irene menjadi satu-satunya orang yang terlampau senang jika temannya ada berbicara hal yang lucu, dan Irene juga satu-satunya orang yang paling bersemangat ketika ingin memberitahu suatu hal pada temannya.

Yang di dapatkannya hanyalah 'Read by 7'

Irene bahkan selalu membantu temannya jika mereka sedang kesulitan, tapi ketika dirinya merasa benar-benar membutuhkan pertolongan walaupun itu kecil nilainya, mereka hanya membaca pesannya tanpa ada yang menanyakan apa yang sedang ia butuhkan.

Irene tidak percaya lagi pada dunia luar. Ia bahkan tidak mempercayai kedua orang tuanya lagi. Setiap kali Irene bertanya kepada kedua orang tuanya hanya jawaban kebohongan yang ia dapatkan. Irene hanya memastikan apakah orang tuanya mau memberitahunya secara jujur, atau tidak. Walaupun ia sudah melihat dengan matanya sendiri tapi ia hanya ingin memastikan saja. Irene semakin menutup dirinya. Ia benar-benar membuat pembatas dirinya dengan dunia luar.

Sampai suatu hari wali kelasnya menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada dirinya. Wali kelasnya menyarankan Irene untuk ke dokter psikolog bersama orang tuanya. Takut terjadi hal serius pada anak didiknya. Wali kelasnya tahu dan sudah mengenal Irene dari ia baru menjadi murid baru. Irene yang ia kenal itu tipikal gadis yang ceria tidak pendiam dan beraura dingin seperti ini.

Irene melakukan semuanya sendiri. Tidak tanpa bantuan dari siapapun. Orang tuanya bahkan tidak tahu ia mengalami Anxiety disorder.

Gangguan kecemasan atau Anxiety disorder adalah salah satu bentuk stres yang dialami baik secara fisik, emosional maupun sudut pandang mereka terhadap lingkungan sekitar. Kecemasan yang berkaitan tentang apa yang terjadi dimasa depan atau merasa bersalah karena hal yang di khawatirkan.

*Karena bagi orang yang memiliki gangguan seperti ini akan sangat susah baginya untuk berinteraksi lagi dengan orang luar, karena ia merasa kecemasan selalu melanda pada dirinya dan memilih untuk menutup dirinya dari dunia luar.

Apa yang akan dilakukan anak remaja yang sedang mengalami masa pubertas mengetahui jika dirinya memiliki gangguan mental seperti itu?

Menangis? Berteriak? Menceritakan pada orang terdekat?
Bagi sebagian orang mungkin iya, sebagian lagi mungkin tidak. Begitu juga dengan Irene, ia memilih tidak. Lebih memilih menutup rapat tentangnya.

Kedua orang tuanya bercerai. Ayahnya menggugat cerai Ibunya. Ibunya ketahuan berselingkuh itulah alasan yang menyebabkan Ayahnya marah besar dan melukai Ibunya. Ayahnya sempat di penjara selama tujuh bulan karena kasus kekerasan yang ia lakukan. Irene hidup sendiri, Ibunya seakan tidak perduli padanya dan meninggalkannya.







“Ma! Irene mohon bawa Irene ikut Mama!”

Irene menangis histeris, tidak mau melepaskan pegangan tangannya pada kaki sang Ibu. “Lepas, Rene! Mama pergi! Aku tidak bisa membawamu. Kau tanggung jawab Ayahmu kali ini. Bukan tanggung jawabku lagi” Ibunya berusaha melepaskan pegangan Irene di kakinya. Tapi Irene terlalu kuat mencengkramnya.

“Aku tidak mau Ma! Ayah bisa memukulku! Nanti bisa melampiaskannya padaku Ma! Irene mohon…” suaranya terdengar pilu, seakan ia benar-benar frustasi jika harus ditinggal Ibunya pergi. Ia tidak bisa membayangkan jika Ayahnya nanti telah bebas dan memukulinya seperti Ibunya. Ia merasa cemas. Ia tidak bisa.

“Ayahmu sedang dipenjara tidak mungkin! Lepas, Rene”

BUGH

Akh!”

Tubuhnya sedikit terhempas ke dinding ketika Ibunya menendangnya dengan kasar. Dan membiarkannya. Lebih memilih menyeret kopernya dan meninggalkan rumah. Tidak memperdulikan tangisan dan teriakan anaknya yang berusaha memanggil namanya.

“Maa!!”

Teriakannya terdengar pilu. Meraung memanggil Ibunya, walaupun ia tahu Ibunya tidak akan kembali. Tapi ia memiliki kepercayaan dalam dirinya. Mungkin saja Ibunya berubah pikiran dan akan membawanya pergi setelah mendengar tangisannya.

Dan itu tidak pernah terjadi.

Setelah kejadian ia ditinggal Ibunya pergi. Irene semakin tidak berani untuk membuka pintu rumah. Ia takut jika ia membuka pintu, Ayahnya akan muncul didepannya dan malah memukulinya. Irene bahkan berhenti sekolah.



Irene lupa jika sekarang tepat tujuh bulan Ayahnya dipenjara. Dan kemungkinan sebentar lagi Ayahnya akan bebas.

BRAK

“Dimana Mamamu yang sialan itu hah?!”

“Ayah kumohon jangan seperti ini!”

Seakan tuli, Ayahnya terus melampiaskan kemarahannya pada Irene. Ayahnya terlanjur sakit hati akan perbuatan Istrinya yang selingkuh dibelakangnya. Memukuli anak semata wayangnya. Tidak perduli tubuhnya yang penuh dengan lebam dan berdarah.

“Aku mendekam di penjara karena dia juga! Dia menghianatiku demi lelaki brengsek itu sialan!”

Irene menangis. Meringis kesakitan Ayahnya tidak berhenti untuk menendang dan memukulinya. Ayahnya benar-benar tuli pada raungan kesakitannya.

“Aku bahkan memberinya keturunan! Kenapa kau tidak diajak Mamamu pergi juga hah?!”

“Ayah!! Jangan! Jangan!”

Irene hanya bisa menangis-berteriak-kesakitan. Ia tidak mengenali Ayahnya saat ini. Ia tidak memiliki tenaga untuk menghindar sama sekali. Satu yang Irene syukuri, Ayahnya tidak mengambil keperawanannya. Ayahnya hanya memukulnya dan melampiaskan kemarahannya pada Irene. Setelahnya membiarkan Irene yang meringkuk kesakitan.













TBC






Cuman flashback masa lalu Irene manteman.. Jika membosankan bisa di scroll dengan cepat wkwk

Eyes On You - VRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang