Bab 6. (Nggak) Bocor

133K 7.5K 323
                                    

"Bar, Bee kayaknya sakit."

Phoebe menyeruakkan wajahnya di dada Barta sembari memeluk tubuh cowok itu erat. Barta mengerutkan dahi, mengelus-elus kepala cewek itu sejak mereka usai melakukan hubungan percintaan lagi. Hubungan mereka semakin tidak jelas, semakin sering melakukan hubungan badan tanpa sebuah ikatan.

"Sakit apa?" Tanya Barta singkat.

Phoebe menarik nafas dalam dan memejamkan mata sesaat. "Badan, Bee, nggak enak udah beberapa hari ini." Jelasnya. Baru kali ini menceritakan keadaannya meskipun sudah merasakan berbeda selama beberapa hari ini. "Bee suka pusing terus muntah-muntah kalau pagi dan malam." Lanjutnya. "Terus Bee juga ngerasa beda. Bee kan nggak suka sama buah rambutan, terus tadi malam pengen banget buah itu. Sama kemarin juga pengen makan roti selai kacang. Bee kan nggak suka kacang."

"Kenapa bisa?" Barta mengerutkan dahi.

"Bee nggak tau." Phoebe menggeleng pelan. "Bee merasa seperti gejala hamil." Tambahnya lesu. Barta ototmatis berhenti mengelus kepalanya, merasa seperti tersengat di sekujur tubuhnya. "Bee kan suka baca buku-buku kak Bintang, gejala-gejala itu sama, Bar. Gimana kalau Bee hamil? Bee takut." Phoebe mendongak untuk menatap wajah Barta.

Nafas Barta tercekat, "Nggak mungkin, Bee. Kita pake pengaman!" Barta mengelak. "Nggak mungkin pengamannya bocor!"

Phoebe terlihat murung, meskipun dia semakin cinta pada Barta, namun cowok itu tidak merasakan apa-apa terhadapnya. Tetapi Barta mau mendengarkan curhatan keluh kesahnya, dia yakin cowok itu pendengar yang baik dan bisa membantu menyelesaikan masalahnya.

"Terus kalau Bee hamil beneran gimana?"

Barta menghela nafas berat. "Jangan mikir yang berat-berat." Phoebe kecewa mendengar jawaban Barta. Cowok itu kemudian bangun dan mengenakan celananya, Phoebe ikut duduk dengan selimut masih membelit tubuhnya. Dia menatap Barta sambil cemberut. "Kamu udah lapar?" Phoebe mengangguk. "Tunggu di sini, aku beli makan dulu." Barta mengecup bibirnya setelah mengenakan kaosnya.

Sudah beberapa kali Barta membawa Phoebe ke rumahnya ketika tidak ada orang. Asisten rumah tangga di sana akhir-akhir ini sering cuti menjaga anaknya sedang sakit. Hanya satu kali dalam dua hari dia datang membersihkan rumah, sehingga Barta yang tinggal seorang diri semakin bebas.

Orang tuanya selalu sibuk. Jarang pulang ke rumah, kadang hanya sekali sebulan saja mereka pulang.

Phoebe menoleh pada pintu, Barta kembali sekitar setengah jam kemudian. Phoebe yang suka lemas akhir-akhir ini hanya bermalas-malasan di atar ranjang Barta. "Kenapa belum mandi? Katanya udah lapar"

Cewek itu menggeleng. "Bee capek, Bar." Jawabnya lesu.

"Yaudah, kamu makan dulu terus nanti mandi." Phoebe mengangguk, dia duduk bersila di depan cowok itu. Barta membuka kemasan styrofoam dan mengangsurkan untuk Phoebe satu. Phoebe menggulung rambutnya yang sudah panjang, lalu menjepit asal dengan penjepit yang ada di atas nakas.

Mereka makan lahap, Barta memperhatikan cara makan cewek itu memang sedikit berbeda. Dia makan cepat, tubuhnya juga terlihat semakin berisi dari awal mereka dekat, pipinya cubby menggemaskan. Membuat Barta ingin menyingkirkan makanan mereka dan melahap cewek itu lagi.

Barta terkejut. Jangan sampe cewek itu hamil. Mereka masih muda dan semua yang mereka lakukan selama ini hanya sebatas bersenang-senang saja. Meskipun awalnya nekat karena sakit hati, tapi lama kelamaan Barta ketagihan dan memanfaatkan cewek tersebut.

Cowok itu mengerutkan dahi, selesai makan, Phoebe langsung kembali berbaring. Cewek itu tidak semalas itu sejak awal. "Bee, mandi dulu. Jangan tidur lagi." Barta mengingatkan.

"Bee kedinginan." Jawab Phoebe memejamkan mata.

"Kamu belum mau pulang? Katanya mama kamu mau pergi lagi." Barta mengingatkan. Phoebe kembali membuka mata sembari mengangguk.

"Iya, Bee, lupa." Phoebe bergerak malas. Cowok itu memasukkan bekas tempat makanan mereka ke dalam plastik lalu diletakkan di atas nakas.

Barta kemudian menyeringai, "Ayo mandi bareng sekalian biar cepet." Ucapnya sembari menggendong cewek itu. Phoebe tersenyum malu-malu tapi mau, dia mengalungkan kedua tangannya ke leher Barta.

Terkikik geli ketika cowok itu mengecupnya lagi.




***


Jakarta, 18.09.18


Tuh, kan. 

Bee gak mungkin hamil. Mereka kan pake pengaman.

Gamungkin pengamannya bocor kan.

Hahahaha



Weh, semua salah nih manggil nama Pibi. Kwkwkw.

Sampe ada yang parah ahaha



Sampe sini par ini, gimana gaes?

Udah nemu feel?

Ato belum?

His Girlfriend [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang