Bab 28. Panda

75K 5.8K 264
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






 "Maaf ya, Zen. Kakak nggak bisa datang ke pasar malam."

Phoebe menggigit bibir bawahnya, merasa tidak enak hati dengan Zen di seberang line. Zen menelpon Phoebe melalui ponsel Kevin. Tidak sabar bertemu dengan Phoebe yang super aktif seperti dirinya.

"Yah, kakak..." Zen langsung lesu. "Bunga pengin ketemu kakak." Katanya. "Kita udah di pasar malam. Rame banget kak."

"Maaf ya, Zen. Pacar kakak nggak ngebolehin." Phoebe kembali minta maaf. "Nanti lain kali kita ketemu lagi ya. Kita ke pasar malam. Terus nanti kakak ajakin pacar kakak ke kebun binatang. Zen ajak Citra dan Kevin ya."

"Kebun binatang?" Zen histeris, Phoebe mengangguk membenarkan. "Mau, kak. Zen mau."

Phoebe ikut tergelak senang. "Iya. Nanti kita ketemu sama panda. Kakak suka lihat panda."

"Panda?" Zen membeo. "Panda yang ada di buku Zen ya?"

"Iya." Phoebe membenarkan. "Panda yang imut itu. Punya bulu tebal warna putuh dan hitam."

"Iya, mau, kak. Zen mau lihat panda."

"Nanti kakak kasih Zen satu boneka panda kakak. Kakak punya banyak di rumah."

"Mau, kak, mau." Zen kembali bersemangat. Sudah lupa tentang Phoebe yang tidak bisa datang karena Barta sedang menghukumnya.

"Iya, nanti ya." Zen kembali mengiyakan dari seberang. "Zen, udah dulu ya. Kakak mau istirahat. Zen semangat ya main-mainnya sama Bunga."

"Iya, kak. Zen mau main komedi putar sama bianglala."

Phoebe tersenyum kecut. Dia juga pengen ke sana. "Iya. Kakak tutup ya." Zen mengiyakan dari seberang. Phoebe langsung mengakhiri percakapan mereka. Lama cewek itu memandang ponselnya, tanpa menyadari Barta yang mendengar percakapan mereka tadi.

Kemudian Phoebe meletakkan ponselnya di atas nakas, menarik selimut dan memeluk boneka pandanya. Phoebe hanya memiliki boneka kecil-kecil, dia suka boneka panda bayi. Beberapa kali membayangkan anaknya tidur di antara bayi-bayi boneka panda tersebut.

Barta bergabung dengannya. Cowok itu pura-pura tidak tahu apa-apa. Menarik boneka dari dekapan Phoebe dan menggantikan dirinya untuk dipeluk oleh cewek tersebut. Phoebe terkejut, Barta sudah bergabung dengannya. Biasanya cowok itu masih merokok di balkon atau main game.

"Kenapa tidurnya cepet? Nggak main game?"

"Nggak." Jawab Barta singkat. Phoebe mengerucutkan bibirnya, tidak mau bertanya lagi. "Nelpon sama siapa tadi?" Phoebe terkejut, tidak biasanya cowok itu kepo dengan urusannya.

"Sama Zen. Katanya mereka udah di pasar malam."

"Oh." Barta menjawab cepat dan singkat, lalu memejamkan mata.

Phoebe masih terbengong-bengong dengannya. Hanya itu respon yang diberikan oleh Barta padanya setelah Phoebe merasa sangat galau karena keegoisannya. Menghukum Phoebe tidak boleh keluar rumah kecuali sekolah.

"Kapan Bee bisa keluar rumah? Kapan hukumannya selesai?"

"Nanti." Jawab Barta malas.

"Nantinya kapan?" Phoebe kembali bertanya. "Bee mau ke pasar malam. Bee mau ketemu sama Zen lagi."

"Jangan berisik, Bee!" Barta mulai jengah. "Tidur sekarang!"

"Tapi Bee belum ngantuk." Phoebe duduk dari pembaringannya.

"Yaudah."

"Yaudah apa?" Phoebe geram.

"Jangan tidur kalau nggak ngantuk!" Barta meninggikan suaranya.

Phoebe mengerucutkan bibirnya, dia turun dari tempat tidur dan keluar kamar. Barta tetap tidak peduli. Cowok itu memang tidak pernah peka dengan keinginannya. Phoebe hanya ingin pergi sebentar ke pasar malam, tapi cowok itu malah seperti itu.

Phoebe turun ke lantai dasar, dia pergi ke belakang rumah. Duduk di gazebo kolam renang. Air matanya mengalir perlahan, Phoebe menyeka kasar sembari turun lagi dari gazebo. Dia duduk di pembatas taman mini yang dihiasi batu kerikil.

Dia mengambil salah satu, lalu membuang ke kolam renang. Bukan hanya itu, Phoebe juga mencabuti rumput hias tanaman di sana lalu melempari asal. Tidak peduli jika Rachel nanti mengomelinya. Phoebe ingin melampiaskan kekesalannya sekarang.

"Ngapain malam-malam ke sini? Mau bercocok tanam?"

Phoebe terkejut, Niken menyedekapkan tangan di dada sambil menatapnya angkuh. "kak Niken." Kata Phoebe berharap cewek itu mau jadi temannya.

"Apa? Ngapain masih di sini? Ini udah malam, jangan ngerepotin orang."

"Maaf, kak."

"Sana tidur!"

Phoebe mengerucutkan bibirnya. Niken tidak sebaik yang dia kira, begitu juga dengan Nadya. Kedua cewek itu sering ketus padanya sehingga memupuskan harapan Phoebe untuk mengajak mereka pergi bermain.

Akhirnya Phoebe kembali ke kamar. Dilihatnya Barta sudah terlelap di atas tempat tidur, sama sekali tidak mengkhawatirkan Phoebe. Cewek itu keluar dari kamar cukup lama.

Dengan hati-hati Phoebe bergabung dengan Barta di tempat tidur. Cowok itu meleguh dan memunggunginya. Phoebe mengerucutkan bibir, dia tidak mau melihat Barta sekarang. Sehingga cewek itu juga tidur memunggunginya.

Phoebe belum ngantuk, tapi dia berusaha untuk bisa tidur cepat. "Sekarang udah ngantuk?"

Mengejutkan cewek itu, Barta berbisik di telinganya sembari memeluk Phoebe dari belakang. "Kamu belum tidur?" Tanya Phoebe menoleh sekilas.

"Menurut kamu?"

Phoebe tidak mau menjawab. Dia mengerucutkan bibirnya kembali. Tetap saja Barta tidak peka, Phoebe hampir baper barusan.

***

Kamis, 25 Oktober 2018

Sudah mulai konflik

Ada yang suka?

















Ada yang suka?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ounch banget anjir kkwkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ounch banget anjir kkwkw

His Girlfriend [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang