Bab 13. Pengakuan

106K 6.6K 372
                                    


"Beneran nikahnya minggu depan?

Barta mengangguk membenarkan. Dia tidak mau menoleh pada Phoebe, dia pura-pura serius menyetir. Cewek itu masih belum puas meskipun Barta menjemputnya ke sekolah pagi tadi.

"Jangan sampe ada yang tau!" Jawab Barta akhirnya.

Phoebe menghela nafas kecewa. "Bee nggak boleh cerita sama temen-temen sekolah?"

Barta menoleh sengit, cewek itu langsung tutup mulut. "Ngerti nggak sih jangan sampe ada tahu?" Kata cowok itu kesal. Makin ke sini, Phoebe makin telmi. Barta malas berurusan sama orang bego. Bisanya nyusahin, nggak bisa mandiri ngurus diri sendiri.

Sekarang ada calon anak di antara mereka. Barta menoleh sekali lagi padanya. Cewek itu dari sudut mana pun tidak cocok jadi seorang ibu. Sifatnya yang ceroboh tidak meyakinkan Barta dia bisa mengurusnya nanti.

"Bee sedih."

"Jangan banyak ngomong!" Barta malas mendengar suaranya. "Aku awasin kamu di sekolah. Pokoknya rahasianya jangan sampe kebongkar. Bukan kamu aja yang dikeluarin, aku juga!"

"Iya." Phoebe mengangguk patuh.

"Kalau sampe ketahuan, lo tanggung jawab!"

Bodohnya Phoebe sekali lagi mengangguk patuh. Setibanya di sekolah, Barta langsung pergi meninggalakn cewek itu, sekali lagi mengancam untuk tidak membuka mulut.

Cowok itu masih kesal. Sekarang hidupnya dikendalikan. Sejak kedatangan mereka kemarin sore ke rumahnya, kepercayaan orang tuanya hilang begitu saja. Barta tidak memiliki ruang untuk menolak.

Mau tidak mau, dia harus bertanggung jawab.

"Bar, kamu sama Phoebe pacaran ya? Tadi di parkiran Lea lihat kalian barengan lagi."

Barta menoleh, Azalea menghampirinya dengan senyum sumringah. Sama sekali tidak ada rasa bersalah dalam diri cewek itu yang sudah mengecewakannya. Dari awal sama sekali tidak memberitahukan keadaannya.

Meskipun salah Barta sendiri yang kelebihan baper, tapi tetap saja Azalea ngasih kesempatan buat dia maju dalam artian pedekate sebelum jadian.

"Iya. Dia cewek gue sekarang!" Jawab Barta datar tapi tegas.

Azalea berbinar senang. "Wah..., selamat ya, Bar. Lea seneng dengarnya." Barta meringis. Cewek lain pasti kecewa meskipun sudah memiliki pacar lain atau keadaannya seperti Azalea.

Namun ajaibnya, Azalea malah senang. Barta mengumpat dalam hati. Hatinya masih sensitive. "Keadaan kamu gimana?" Tanya Barta lembut. Meringis pelan karena mulutnya tidak bisa singkron. Bagaimana pun juga, Barta pernah berharap dan rasa itu sampe sekarang masih ada.

Senyum Azalea merekah. "Lea sehat." Ucapnya. "Sama baby-nya juga baik-baik aja." Bisiknya mendekat.

Cowok itu menghela nafas berat. Janin itu membuat Barta makin meradang. Di sini begini di sana juga begitu. Salah satunya karena perbuatannya yang terbawa perasaan. Barta memutuskan mengakhiri pertemuan mereka dengan segera masuk ke dalam kelasnya.

Azalea masih senyum lebar melihat punggung cowok itu hingga menghilang di balik tembok. Lalu ngacir ke kelasnya yang hanya berjarak dua kelas dari sana.

Barta kali ini hanya diam di kelas. Biasanya menjadi biang onar, tapi sekarang dia penurut. Pak Jarrot sendiri heran. Baru kali ini melihat Barta menurut, bahkan ketika guru BK tersebut menyuruhnya mengerjakan soal di depan kelas. Barta manut seperti ayam kate.

His Girlfriend [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang