INFO PENTING:
Cerita ini telah di revisi berkali-kali. So, kalau dari kalian kadang dapat narasi atau dialog pada part yang berantakan, terus berulang, ataupun putus nyambung dengan acak, kalian bisa refresh cerita ini kembali dengan cara hapus dulu dari perpustakaan wattpad lalu tambahkan kembali ke perpustakaan.
Oke, sekian terima kasih.
Sudah vote belum?
Vote dulu ya hehe.
Sudah vote? Oke boleh baca <3
****
Musik. Salah satu cara sederhana yang bisa mengobati kepiluan dan kesepian. Kadang pula menjelma sebuah harapan kecil untuk meringankan beban yang dipikul tiap makhluk bumi. Setiap nada dan getaran yang dihasilkan musik, berhasil membuat sebagian makhluk bumi percaya bahwa musik ialah hal yang paling ampuh mengobati segala luka. Terutama kepada gadis bermata hazel yang akan membuat kalian jatuh cinta pada lembaran kisah ini.
Dalam ruangan yang bernuansa putih ditemani cahaya lilin yang menghangati, terlihat seorang gadis berambut sebahu memainkan piano di ujung ruangan. Jemarinya dengan lincah menekan tiap tuts-tuts secara berganti. Percayalah--tiap nada yang diciptakan gadis itu seakan menjelma melodi-melodi indah yang meneduhkan. Persis seperti namanya, Melody Indah Juwanda. Bibir mungilnya ikut bersenandung pelan dengan mata yang terpejam.
Jemarinya begitu lincah bergerak, seakan menciptakan melodi-melodi menghanyutkan dalam hitungan detik ialah hal yang gampang.
BRAK!!!
Suara bantingan pintu berhasil membuat Melody menoleh cepat bersama dengan napasnya yang kini tercekat. Sungguh, kini ia tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin nasib naas akan menimpa untuk kesekian kali lagi.
Tiap kali melihat wajah ayahnya, segala sesuatu yang mengerikan kembali terbayang-bayang dalam benaknya. Kini Melody hanya bisa menundukkan pandangannya--enggan dan merasa takut menatap manik mata tegas milik ayahnya.
"MELODY! SUDAH BERAPA KALI PAPA BILANG BERHENTI BERMAIN MUSIK!" teriak Bondan dengan wajah sangar.
Melody menunduk takut. Tubuhnya bergetar begitu hebat. Perlahan kedua tangannya lepas dari piano tua di depannya. Mungkin ini adalah kali terakhirnya ia melihat piano itu masih utuh, entah bagaimana nasib benda itu nantinya jika ayahnya sudah bertindak.
Dengan langkah cepat ayahnya membanting semua alat musik yang ada di kamar Melody. Melody hanya bisa menyaksikan semuanya dengan pandangan pasrah, bibirnya terus bergetar tetapi masih saja bungkam.
Ribuan kalimat tanya yang ingin sekali Melody ungkapkan rasanya semakin tertahan dan membuat mulutnya terus terkunci rapat. Mengapa sampai saat ini rasanya begitu sulit untuk menemukan jalan keluar menuju ketenangan?
Melody juga ingin menjadi seperti yang lainnya. Ingin sekali merasakan bagaimana hangat kasih dari seorang ayah yang sesungguhnya. Ia juga butuh bahu kokoh dari seorang ayah untuk menguatkannya. Namun, orang yang seharusnya menjadi cinta pertama untuknya di dunia ini justru membuatnya sulit percaya dengan adanya cinta sejati.
Suara bantingan demi bantingan yang masih saja menggema di indra pendengarannya kini berhasil membuat cairan bening itu lolos membanjiri pipinya. Dadanya semakin terasa sesak dan butuh pasokan udara. Ia hanya mampu bersuara dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Kata [COMPLETED]
Teen Fiction"Samudra, pertemuan kita layaknya sebuah kebisuan yang tersesat dalam keheningan yang membelenggu. Hanya sebuah angan, yang kini hanya menjelma bayang-bayang." "Kepergianmu, mengapa membuatku semakin mati rasa?" ...