Mengapa tiap orang ditakdirkan untuk jatuh cinta? Jika pada akhirnya akan berakhir dengan kepedihan?
°°°°
SUDAH VOTE?OKE BOLEH BACAA:)
°°°
Melody baru saja keluar dari ruang ganti sambil menguncir rambut panjangnya. Ia menyelipkan karet rambut biru tosca hingga rambutnya menjuntai seperti ekor kuda. Setelah menyimpan seragamnya di loker lalu kembali menguncinya, ia meraih sepucuk surat yang sempat ia taruh di dalam tote bag cream miliknya
Sebelum itu, Melody memantapkan hati sambil menggenggam sepucuk surat berwarna biru muda di tangannya. Sesaat kemudian ia menoleh menatap loker ujung yang terdapat stiker dengan logo Alextor. Memperhatikan logo itu secara detail, sesaat ia bergidik ngeri. Namun dengan modal nekat ia kemudian menghembuskan napas lalu memasukkan surat biru muda itu melalui celah kecil di ujung loker.
Saat dirasa sudah beres, ia tersenyum puas. Kali ini ia merasa dirinya sudah mulai berani terang-terangan. Tidak salah bukan, jika mengharap balasan pada seseorang yang tidak pernah tahu kehadirannya?
"Oby cepetan! Caca ama Maura udah nyinyir dari tadi," Melody berteriak saat baru saja keluar dari area ruang ganti karena misinya telah beres lalu memutuskan untuk menunggu Oby ganti baju.
Ketika sosok sahabatnya muncul, tanpa buang waktu Melody langsung saja menarik tangan Oby setelah mereka baru saja menyimpan tote bag di loker. Mereka berdua berlari menuju lapangan basket karena suara peluit yang ditiup Pak Wira sudah terdengar. Ketahuilah, suara peluit pak Wira layaknya sebuah sirene yang menakutkan bagi murid Cendrawasih. Mungkin jika peluitnya sudah berbunyi dengan tempo ngegas, kedengarannya seperti suara sangkakala yang menakutkan. Berlebihan? Canda kok!
Kelas XI IPA 1 kini berbaris dengan rapi sambil pemanasan di tengah lapangan yang disinari matahari yang begitu sedang teriknya di siang ini. Pemanasan di pimpin oleh Tian ketua kelas yang super duper iseng dan menyebalkan, kadang cowok itu suka usil dengan menggoyang-goyangkan bokongnya secara berlebihan, kadang juga cowok itu menaruh upilnya di seragam anak-anak yang ada di dekatnya. Aksinya akan terjadi bila pak Wira tidak memperhatikannya.
Dari tengah lapangan, pandangan Melody justru menangkap sekelompok laki-laki yang tengah dihukum. Mereka berdiri di bawah tiang sambil hormat pada bendera. Arah matanya terus menatap punggung cowok bertubuh jangkung itu. Pasti mereka berbuat ulah lagi, pikirnya.
"Enak bener tuh si curut Ardi sama Satya gak kedapet," tutur Andre.
"Padahal tuh anak dua yang ngajak duluan," tambah Rey dengan wajah yang memelas pasrah, "hukuman itu rasanya seperti..."
"Anying bangeeet," sahut Midun dan Andre secara bersamaan.
"Woi apa ko liat!" tegur Midun sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Andre langsung saja menarik rambut kribo Midun. "Berisik banget si lo. Entar ketahuan Pak Wira nih."
"Mulut-mulutku. Masa tidak boleh bicara? Galak sekaliko." Midun mencebik kesal.
"Si kaleng rombeng, lo ngajak ribut lagi?" tantang Andre.
"Janganmi deh, kalah tong ji ka kalau kau mi sosorka."
Perdebatan kecil mereka terhenti karena menyadari tatapan tajam dari Sang pemilik mata bak elang kini mengarah pas menatap mereka berdua. Melihat itu, Andre dan Midun hanya nyengir kikuk lalu kembali saling menjulurkan lidah sebelum saling diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Kata [COMPLETED]
Teen Fiction"Samudra, pertemuan kita layaknya sebuah kebisuan yang tersesat dalam keheningan yang membelenggu. Hanya sebuah angan, yang kini hanya menjelma bayang-bayang." "Kepergianmu, mengapa membuatku semakin mati rasa?" ...