Langit sedang bersedih dibalut kelabu yang ikut menyelimuti semesta. Minggu ini hujan mengguyur kota Jakarta. Menampakkan mendungnya awan yang menggambarkan rasa sedih. Orang-orang banyak berdiam di dalam kediaman masing-masing sambil menyesap teh hangat dan duduk di teras rumah sambil menunggu hujan reda.
Melody lebih memilih mengurung diri di dalam kamarnya. Ibunya sibuk meeting dengan rekan kantornya. Deva sedang ada acara perkemahan di sekolahnya. Ayahnya? Mungkin lebih memilih menghabiskan waktu dengan perempuan pilihannya.
Memang susah menjadikan dirinya prioritas utama saat ini. Selalu ada alasan yang membuat dirinya menjadi down begitu saja. Seperti mengingat perpecahan keluarganya. Keluarga yang sudah tidak terbentuk seperti dulu. Segala tawa bahagia keluarganya yang dulu ia rasakan kini sudah berubah menjelma menjadi kumparan duka yang terpecah belah. Tidak ada lagi harapan yang bisa membuatnya percaya jika ayah dan ibunya akan bersatu seperti dulu lagi. Kini, semua terasa berbeda.
Suara gedoran pintu membuatnya berhenti dari lamunan. Ia mencebik kesal. Siapa yang berani menggedor pintu kamarnya sekeras itu? Bi Ijah? Tidak mungkin, mengingat jika bibinya baru pulang kampung sejak kemarin.
"Iyaa tunggu," sahut Melody dengan nada kesal.
Saat pintunya terbuka, terlihat ketiga sosok perempuan sebaya dengannya. Siapa lagi jika bukan ketiga makhluk laknat yang selalu membuatnya kesal di sekolah. Maura, Caca dan Oby. Melody kemudian menghembuskan napas pelan lalu membiarkan mereka masuk. Jangan tanya mengapa mereka bertiga langsung masuk seenaknya, soalnya rumah Melody pun sudah dianggap seperti rumah sendiri bagi mereka. Untuk saat ini ia harus pasrah merelakan kamarnya menjadi kapal pecah jika ketiga bocah itu masuk.
"KALIAN NIAT AMAT DATANG KE SINI, LO PADA NGGAK LIHAT DI LUAR HUJAN?" cerocos Melody seraya melempar handuk kering saat melihat baju ketiga temannya itu sedikit basah. Perkiraannya, mereka pasti menerobos hujan lagi.
"Yaelah, hujan air doang, bukan hujan batu," ujar Oby yang lalu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur Melody tanpa berniat mengeringkan bajunya lebih dulu. Semua mesti tahu bila Melody spesies perempuan yang paling tidak suka jika kasurnya basah hingga membuat tidurnya tidak nyaman nanti.
"Kalian ini bener-bener! kamar gue bentar lagi sarang tikus," Melody kembali mengomel kesal kala mendapati Maura menyelipkan bungkus snack bekasnya di bawah kolong kasur.
"Ra, pungut gak?!"tukas Melody tak mau tahu.
"Oby, kotak itu jangan di otak-atik," sungut Melody lagi.
Oby hanyanyegir kuda,"Sekali-kali Ndah, kita pengen bongkar dan nyoba aksesoris koleksian lo."
"Waw ada lip cream keluaran baru!" Maura berteriak antutias lalu mencoba memoles lip cream yang baru kemarin di beli Deva untuk Melody.
"Eh lo pada tau gak, kalo ada make up terbaru dari kylie?" tanya Maura saat mengingat kemarin ia melihat di beranda akun instagramnya produk make up yang baru jadi.
"Gak, yang gue tau cuma bedak bayi, facial wash sama sunscreen," ungkap Melody dengan jujur karena dia memang tidak seribet teman-temannya yang paham soal poles memoles wajah.
"Yaelah, itu skincare Indah sayang!" Oby meralat jawaban Melody baru saja.
"Tau deh, mau skincare kek, make up kek, bodoamat!" ujar Melody merasa kesal.
"Yang foundation itu kan? Kayaknya minggu depan juga bakal ada highliter warna baru," Oby ikut menimpali.
"Eleh, jauh banget lari ke kylie. Yang gue tau cuma merk dalam negeri. Wardah always in my heart," sahut Caca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Kata [COMPLETED]
Roman pour Adolescents"Samudra, pertemuan kita layaknya sebuah kebisuan yang tersesat dalam keheningan yang membelenggu. Hanya sebuah angan, yang kini hanya menjelma bayang-bayang." "Kepergianmu, mengapa membuatku semakin mati rasa?" ...