56. HUJAN BULAN DESEMBER

355 45 13
                                    

SIAP BACA PART INI? AWAS, JANGAN SAMPE NYESEK!

Detik-detik menuju ending, aku harap kalian berpartisipasi dengan memvote dan komen di bawah yaa.

Kangen Melody, Alvaro atau Samudra?

Heumm selamat membaca cerita Melody Kata:)

****

Melody berjalan sendiri ketika baru saja pulang sekolah. Akhir-akhir ini, ia tidak pernah membawa kendaraan sendiri. Selain ia malas memasuki parkiran yang penuh sesak dan ramai, ia juga malas bertemu tiap tatapan orang yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. 

Ketika pandangan Melody mengarah pada rumah makan pecel lele yang ada di seberang sana, tatapan gadis itu kembali mengarah pada sepasang sepatu yang mulai lusuh ia kenakan. Tatapan kosong yang penuh lesu. Melody kemudian memutuskan untuk duduk di kursi kayu yang berada di samping pohon besar. 

Bibir pucat gadis itu hanya bergumam pelan sambil mengingat-ingat kesalahannya malam itu. "Alvaro, aku kangen."

 Jika ia tidak membiarkan Alvaro pergi sendiri, mungkin saja laki-laki itu akan berada di sampingnya kali ini. Namun di sebuah malam sesak itu, ketika Melody justru memutuskan pulang bersama Samudra dan membiarkan Alvaro pergi sendiri, Melody tak pernah membayangkan seperti apa Alvaro mengerang sakit seorang diri. 

Ketika Melody menemukan sepasang kaki yang berdiri di hadapannya, perlahan Melody mendongak ke atas dan menatapi wajah Samudra yang juga menatapnya dengan tatapan lembut. Laki-laki itu kemudian menunduk di hadapan Melody sambil mengikat tali sepatu converse yang sudah mulai lusuh itu. 

Untuk pertama kalinya melihat tatapan tak biasa dari Samudra, rasanya seperti ada yang aneh. Kini  tak ada ekspresi di wajahnya. Kedua matanya yang Melody lihat hanya kehampaan yang begitu nelangsa. Namun, Melody dapat menangkap sarat akan kesedihan yang terpancar dari raut wajahnya. Melody kemudian memegang kedua tangan Samudra dan mengusapnya dengan lembut. 

"Jangan ikut sedih, Samudra."

Samudra kemudian mengukir senyum tipis. Mana mungkin ia tak bisa sedih ketika kehancuran keduanya ialah kecerobohan dirinya sendiri? 

Melihat Samudra, Melody lantas kembali mengingat dimana kali pertama ia bertemu dengannya. Di malam saat hujan turun begitu derasnya, ketika Melody menangis dengan penuh sesak sendiri, Samudra datang menghapus air matanya. 

"Indah, kamu mau buat saya hukum diri sendiri lagi?" tanya Samudra lembut lantas membuat Melody menggelengkan kepalanya. 

"Trus kenapa kamu nggak makan dari pagi?"

"Cuma nggak lapar."

Samudra menghela napas pelan sebelum ia beralih menggenggam tangan Melody dan mengajak gadis itu menyebrang menuju rumah makan pecel lele yang ada di depan. Genggaman tangan kokoh yang penuh kehangatan itu membuat Melody nyaman hingga tak kuasa untuk menolaknya.

Lagi dan lagi, Samudra meruntuhkan pertahanannya.

****

"Indah, sejak kapan kamu suka sate kambing? Perasaan kamu pernah bilang kalau kamu nggak terlalu suka."

Melody menjeda makannya dan menoleh menatap Samudra yang juga menatapnya dengan takjub karena makan begitu lahap. Mungkin faktor kelaparan sih!

"Em...sejak tahu kalau Alvaro juga suka sate kambing," jawaban Melody kemudian membuat Samudra tersenyum kecil mendengarnya. Laki-laki itu kemudian membersihkan sisa makanan yang belepotan di sudut bibir Melody.

Melody Kata [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang